NovelToon NovelToon
Cinta 1 Atap Bareng Senior

Cinta 1 Atap Bareng Senior

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Galuh yang baru saja diterima di universitas impiannya harus menerima kenyataan bahwa ia akan tinggal di kos campur karena kesalahan administratif. Tidak tanggung-tanggung, ia harus tinggal serumah dengan seorang senior wanita bernama Saras yang terkenal akan sikap misterius dan sulit didekati.

Awalnya, kehidupan serumah terasa canggung dan serba salah bagi Galuh. Saras yang dingin tak banyak bicara, sementara Galuh selalu penasaran dengan sisi lain dari Saras. Namun seiring waktu, perlahan-lahan jarak di antara mereka mulai memudar. Percakapan kecil di dapur, momen-momen kepergok saat bangun kesiangan, hingga kebersamaan dalam perjalanan ke kampus menjadi jembatan emosional yang tak terhindarkan.

Tapi, saat Galuh mulai merasa nyaman dan merasakan sesuatu lebih dari sekadar pertemanan, rahasia masa lalu Saras mulai terungkap satu per satu. Kedekatan mereka pun diuji antara masa lalu Saras yang kelam, rasa takut untuk percaya, dan batasan status mereka sebagai penghuni kos yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 9 Bayang Masa Lalu yang Tak Pergi

Pagi itu, suasana rumah kos terasa lebih sunyi dari biasanya. Saras bangun lebih awal dari Galuh. Ia duduk di dapur, memandangi secangkir kopi yang belum disentuh. Matanya sembab karena semalam hampir tak tidur terus terbayang pesan dari Rangga.

Satu kalimat itu seperti bom waktu. “Sendiri. Atau semuanya akan tahu.”

Apa yang ingin Rangga ungkap? Rahasianya bersama Saras dulu? Atau sesuatu yang bahkan Saras sendiri tak tahu?

Galuh turun dari lantai dua sambil mengucek matanya. Saat melihat Saras duduk termenung, ia langsung menghampiri.

“Kamu belum siapin sarapan? Biasanya kamu udah rame dari pagi,” candanya ringan, mencoba mencairkan suasana.

Saras tersenyum tipis. “Nggak mood masak. Maaf.”

Galuh duduk di sebelahnya. “Masih kepikiran pesan semalam?”

Saras mengangguk pelan. “Aku takut, Galuh.”

“Takut kalau orang-orang tahu soal masa lalu kamu?”

Saras menatapnya dengan tatapan sendu. “Lebih dari itu. Aku takut kamu berubah pikiran kalau tahu semuanya.”

Galuh menghela napas panjang. Ia menggenggam tangan Saras.

“Saras, aku bukan anak kecil yang gampang lari karena masa lalu seseorang. Selama kamu jujur, aku tetap di sini. Gimanapun keadaannya.”

Saras ingin percaya. Tapi kehadiran Rangga seolah menjadi bayangan kelam yang sulit dihindari.

---

Hari itu, Galuh pergi ke kampus lebih dulu karena ada jadwal presentasi kelompok. Saras masih di rumah, gelisah dan tak tahu harus bagaimana. Ia akhirnya memutuskan untuk membalas pesan dari Rangga.

“Kita ketemu. Tapi jangan dekat kampus. Aku tentuin tempatnya.”

Tak butuh waktu lama, Rangga membalas.

“Taman belakang gedung seni. Jam 3 sore.”

Saras menggertakkan gigi. Dia tetap ngatur, seakan aku masih cewek lugu kayak dulu.

---

Di kampus, Galuh selesai presentasi dan langsung menghubungi Iqbal. Ia tahu, mereka tak bisa membiarkan Rangga bertindak seenaknya.

“Bal, lo bisa bantu gue selidikin Rangga? Gue pengen tahu dia ngapain balik ke sini,” ujar Galuh.

Iqbal mengangguk. “Oke. Gue kenal beberapa anak di jurusan hukum yang tahu track record dia. Gue cari-cari infonya.”

Galuh menepuk bahu sahabatnya. “Gue punya firasat buruk.”

---

Jam tiga sore, Saras tiba di taman belakang gedung seni. Tempat itu sepi, dipenuhi pohon rindang dan bangku-bangku batu yang berlumut. Ia berdiri di tengah taman, lalu melihat sosok pria dengan jaket hitam datang dari arah berlawanan.

Rangga.

Pria itu masih tampan seperti dulu, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang dingin dan menghitung. Bukan tatapan seseorang yang datang membawa permintaan maaf melainkan seseorang yang membawa misi tersembunyi.

“Lama nggak ketemu,” ujar Rangga santai, seolah tidak pernah ada luka di antara mereka.

Saras menyilangkan tangan. “Apa yang kamu mau?”

“Langsung to the point ya?” Rangga tersenyum miring. “Gue cuma pengen tahu… kamu masih nyimpen file video itu, kan?”

Saras mengerutkan kening. “Video?”

“Video waktu kita berantem. Waktu lo ngancem bakal nyebarin kalau gue selingkuh. Gue tahu lo rekam semuanya.”

Saras memejamkan mata sejenak, berusaha mengingat. Ya, ia memang pernah merekam salah satu pertengkaran terakhir mereka. Tapi videonya sudah dihapus, atau setidaknya ia pikir begitu.

Rangga mendekat, nadanya jadi lebih pelan namun mengancam.

“Kalau video itu sampai jatuh ke tangan orang lain, gue bisa habis. Tapi kalau lo kerja sama sama gue, kita bisa anggap masa lalu selesai.”

“Kerja sama?” Saras menatapnya curiga.

“Gue cuma minta lo jauhin cowok itu. Galuh. Gue punya rencana sendiri, dan dia bakal ganggu. Simple kan?”

Saras melangkah mundur. “Lo gila. Gue nggak akan nurutin kemauan lo.”

Rangga terkekeh. “Sayang sekali, karena kalau nggak… gue bisa mulai sebarin cerita yang beda. Cerita di mana lo bukan korban. Tapi pelaku.”

Saras menatapnya dengan api di mata.

“Pergi dari hidupku, Rangga. Sekarang juga.”

---

Tanpa sadar, seseorang memotret dari kejauhan. Sosok itu bukan Galuh, bukan Iqbal melainkan seseorang dari masa lalu Saras yang belum diketahui siapa.

---

Malamnya, Saras menceritakan semuanya pada Galuh.

Termasuk tentang video, ancaman Rangga, dan pertemuan di taman tadi. Galuh mendengarkan dengan rahang mengeras.

“Kita harus lawan dia. Kalau perlu, kita kumpulin bukti juga.”

“Tapi aku takut, Galuh. Dia mungkin punya koneksi. Bisa aja dia balikin semuanya ke aku.”

Galuh menatap Saras dalam-dalam.

“Berapa kali aku harus bilang, aku nggak akan ninggalin kamu?”

Saras akhirnya memeluk Galuh, lebih erat dari sebelumnya. Mereka tahu, badai sedang datang. Tapi setidaknya kali ini, mereka tak menghadapinya sendirian.

---

Di sudut kota, Rangga sedang berbicara di telepon.

“Tenang, gue udah bikin Saras takut. Tapi kayaknya cowoknya itu bakal jadi masalah.”

Suara di seberang menjawab singkat. “Kalau gitu, singkirkan dia.”

Rangga tersenyum dingin. “Dengan senang hati.”

1
Esti Purwanti Sajidin
waaahhhhhhhh keren galuh nya,laki bgt
kalea rizuky
bagus lo ceritanya
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 1 replies
kalea rizuky
Galuh witing tresno soko kulino yeee
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
ceritanya bagus👌🏻
Irhamul Fikri: terimakasih kak🙏
total 1 replies
lontongletoi
awal cerita yang bagus 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!