NovelToon NovelToon
Figuran Dalam Dunia Fiksi

Figuran Dalam Dunia Fiksi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Idola sekolah
Popularitas:79k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jelita Pramono seorang gadis periang, namun jangan sampai kalian mengusik nya, apalagi keluarga maupun orang yang ia sayang disekitarnya. Karena jika kamu melakukannya, habislah hidupmu.

Hingga suatu hari, ia sedang pergi bersama kakak nya, tapi di dalam perjalanan, mobil mereka tertabrak mobil lain dari arah belakang. Sehingga, Jelita yang berada di mobil penumpang mengeluarkan darah segar di dahi nya dan tak sadarkan diri.

Namun, ia terbangun bukan di tubuh nya, tapi seorang gadis bernama Jelita Yunanda, yang tak lain merupakan nama gadis di sebuah novel yang ia baca terakhir kali.

Bukan sebagai pemeran utama atau si antagonis, melainkan figuran atau teman antagonis yang sikapnya dingin dan jarang bicara sekaligus jarang tersenyum.

Mengapa Jelita tiba-tiba masuk kedalam novel menjadi seorang figuran? Apa yang akan terjadi dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tatapan Berbeda

Mey dan Dara kembali jadi suporter di luar, bersorak-sorai.

"Gaskeun Tia! Jangan biarin Lita menang dua kali!"

"Ayo Litaaa! Tambah kecepatannya!"

Balapan berlangsung sengit, keduanya saling salip di layar. Tiara cukup mahir, tapi Jelita seperti punya perhitungan sendiri. Di detik-detik terakhir, Jelita menyalip dan menang dengan selisih tipis.

"WOOOHHHHH! Menang lagiiii!" sorak Jelita sambil berjingkrak.

Tiara menepuk jidat. "Duh... seminggu traktir... baiklah, deal tetap deal."

Setelah puas beradu game, Mey menggandeng ketiganya ke arah mesin capit boneka.

"Sekarang giliranku! Kalian tinggal tunjuk, kakak Meyriska yang ambilin!" ucapnya penuh gaya, dadanya membusung.

Jelita memandang datar. "Yakin?"

Mey mengangguk mantap. "Yakin dong!"

"Baiklah. Aku mau yang itu... dinosaurus hijau di pojok," ujar Jelita sambil menunjuk.

Mey mengangguk, lalu melirik Dara dan Tiara. "Kalau kalian?"

Dara saling tatap dengan Tiara.

"Aku mau bebek kuning itu," ucap Dara.

"Aku panda imut yang di tengah," tambah Tiara.

Mey menarik napas dalam, lalu mulai bermain. Koin demi koin masuk. Tangannya bergetar pelan setiap menggerakkan joystick. Capit turun… nyaris dapat… tapi jatuh.

"Aduh nyangkut!" seru Mey.

"Tadi tuh dikit lagi!" semangat Tiara.

Namun hingga puluhan koin berlalu, hasilnya masih nihil.

Jelita berdiri bersandar di mesin sebelah, menyilangkan tangan. Dalam hati ia bergumam, Itu mah gampang, ada triknya. Arahkan dari samping bukan dari depan. Timing dan keseimbangan aja. Tapi... biarin deh, liat dulu perjuangan si kakak Meyriska ini.

Keringat mulai menetes di pelipis Mey. Koin di genggamannya tinggal beberapa.

"Mey... kamu yakin bisa?" bisik Dara pelan.

Mey menggertakkan giginya. "Aku bisa! Demi dinosaurus, bebek, dan panda!"

Namun capit lagi-lagi gagal mencengkeram kuat.

Jelita akhirnya melangkah pelan, mengambil satu koin, dan berkata, "Pinjem mesinnya sebentar."

Tanpa banyak kata, Jelita memasukkan koin, mengarahkan capit ke dinosaurus hijau dengan cepat dan presisi. Capit turun, mengangkat, dan cling, boneka berhasil dijatuhkan ke lubang.

"WOOOOOHHHH!" seru Tiara dan Dara.

"Gila, gila! Kamu jago banget!" seru Mey dengan mulut terbuka lebar.

"WOOOOOHHHH!" Tiara dan Dara bersorak nyaring, hampir membuat pengunjung di sekitar mereka menoleh heran.

"Gila, gila! Kamu jago banget, Lit!" seru Mey dengan mulut terbuka lebar, ekspresinya campuran antara kagum dan tidak percaya.

"Ya dong..." Jelita membusungkan dada dengan penuh kebanggaan. "Mulai sekarang panggil aku, BUNDA!"

"BUNDAAAA!" teriak ketiga sahabatnya kompak sambil tertawa.

"Baiklah anak-anakku tersayang, katakan! boneka apa yang kalian mau?" Jelita bergaya ala ratu yang tengah memberi hadiah pada rakyatnya.

"Aku mau boneka kura-kura, Lita!" sahut Mey semangat.

"Bunda! Mey." koreksi Jelita cepat, mengangkat alis sambil menatap Mey dengan mata tajam bercanda.

Mey langsung merapatkan tangan di depan dada. "Baiklah, Bunda Jelita tersayang, anakmu yang imut ini minta boneka kura-kura hijau itu, yaa~"

"Nah begitu dong, anak yang manis." Jelita tersenyum lebar, lalu menepuk kepala Mey layaknya ibu-ibu menyayangi anak kecil.

Mey langsung menyipitkan mata. "Halah, jangan tepuk kepala orang sembarangan, Bundaaa~" protesnya dengan gaya sok cemberut.

Tawa Dara dan Tiara langsung pecah melihat tingkah mereka.

Jelita kemudian memasukkan koin ke mesin capit-capitan. Begitu alatnya mulai bergerak, suara Mey makin nyaring.

"Ke kanan dikit, Lit! Ya—ya—dikit lagi! Eh, bukan, ke kiri! Eh, eh, STOP!"

Jelita langsung berhenti dan memutar kepalanya pelan ke arah Mey dengan mata menyipit.

"Mey..." suaranya pelan tapi mengandung aura ancaman. "Kamu pengen aku ambilin boneka yang kamu maunggak sih? Kalau enggak, ambil sendiri gih!"

Mey langsung mengangkat kedua tangan seperti orang menyerah. "Ampun, Bundaku tersayang. Anakmu cukup jadi penonton saja deh."

"Lagian kamu, Mey," celetuk Dara sambil nyengir, "dari tadi ngasih perintah kayak pelatih nasional, padahal kamu sendiri gagal mulu."

"Betul banget." Tiara menimpali sambil nyengir.

"Weh, refleks dong! Aku kan niat bantu biar berhasil!" bela Mey sambil nyengir malu.

"Yuk, lanjutkan perjuanganmu, Jelita sang bunda handal!" sambung Mey sambil membuka kedua tangan lebar ke arah mesin permainan seolah-olah sedang mempersembahkan panggung.

Jelita hanya mendengus pelan, tapi sudut bibirnya membentuk senyum geli. Dia kembali fokus ke mesin, tangannya mantap mengatur arah capit, dan sekali lagi.

"YES! Kura-kura berhasil ditangkap!"

"BUNDA TERHEBAT!" Teriak ketiganya serempak, membuat pengunjung lain di sekeliling mereka lagi-lagi melirik penasaran.

Jelita memutar badannya dengan gaya dramatis, menyodorkan boneka kura-kura ke Mey dengan ekspresi penuh wibawa.

"Terimalah hadiah dari Bundamu tercinta ini."

Mey mengambil bonekanya dengan ekspresi haru pura-pura, "Terima kasih, Bunda Jelita. Anakmu ini sangat tersentuh."

"Udah ah drama-nya," potong Tiara sambil tertawa.

Setelah semua mendapat boneka dari mesin capit-capitan, keempat sahabat itu kini berdiri berjejer sambil menatap sekeliling.

"Kita main apa lagi ya?" tanya Tiara sambil menggoyangkan boneka panda kecil di tangannya.

"Main dance yuk," usul Jelita tiba-tiba, matanya tertuju pada alat dance battle yang menyala terang di pojok ruangan. "Nanti gantian gitu... antri satu-satu. Mau nggak?"

"MAAUUUUU!" sahut Tiara, Mey, dan Dara bersamaan, membuat beberapa anak kecil di dekat mereka menoleh karena kaget.

Sementara itu, di lantai dasar mall yang sama...

Seorang pria bertubuh tinggi dengan setelan jas abu muda tengah melangkah mantap menyusuri lorong mall. Di sampingnya, Roy, tangan kanan sekaligus sahabatnya, menatap layar tablet yang penuh laporan.

Di sisi lainnya, seorang pria paruh baya dengan name tag "Manajer Operasional" berjalan cepat sambil menunjukkan arah.

"Toko di sisi barat lantai dua mengalami peningkatan penjualan 35% bulan ini, Pak Arizo. Apalagi setelah event weekend lalu..." ujar manajer tersebut dengan nada penuh semangat.

Roy menyela tanpa mengangkat kepala dari tabletnya, "Dan tempat makanan di food court lantai tiga tumbuh 20%. Ada pengaruh dari kerja sama promosi dengan influencer juga."

Arizo mengangguk pelan, tatapannya lurus ke depan, tenang namun mengintimidasi.

Beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka.

"Eh, eh... itu siapa sih? Cakep banget, tinggi banget, kayak aktor drama Korea." bisik seorang gadis muda sambil menarik tangan temannya.

"Itu...bukan kah itu tuan muda Arizo, katanya pemilik mall ini. Tajir gilaaa..." bisik yang lain dengan mata berbinar.

"Yang di sampingnya juga keren tuh, mungkin asisten pribadi nya kali." suara seorang ibu muda sambil celingukan.

Mereka terus berjalan, hingga akhirnya tiba di lantai tiga.

Begitu keluar dari lift, suara ramai dari arena permainan langsung terdengar. Arizo melangkah pelan, pandangannya menyapu sekitar... lalu matanya berhenti pada sosok yang sangat dikenalnya.

Seorang gadis berpakaian seragam sekolah, yang ditutup oleh jaket sedang tertawa bersama ketiga temannya sambil menunjuk ke arah alat dance. Gadis itu tertawa bebas, tak menyadari bahwa seseorang sedang mengamati dengan tatapan berbeda.

"Bukankah itu... gadis yang tadi?" ucap Arizo dalam hati, alisnya mengerut sedikit. Kakinya berhenti melangkah.

1
Sribundanya Gifran
lanjut
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪😍
Putra Baja
dobel up nya torrrr semangat /CoolGuy//CoolGuy/
Viona Syafazea
lagi thor yang banyak.. /Chuckle/
𝓔𝓵𝓵𝓮 ✰
semangat dan selalu ditunggu up nya akak
𝓔𝓵𝓵𝓮 ✰
taklukkan arizo dengan pesonamu lit 🤣
Marfirah Akmal
lanjutt thot
cowettttttt
lanjut
Mineaa
berasa kurang update nya Thor...
maaf ya...edisi maruk betul...
tinggal author yg ngebul...
buat ngabulin permintaan nya
para reader....😁🙏
karina
semangat up
Sribundanya Gifran
lanjut
Retno Palupi
yang kayak kamu jelita
Marfirah Akmal
lanjutttt thor makin seru aja ceritanya 🥳🥳
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut.. hati-hati loh kak Zio kalau sampai jatuh cinta sama Lita 😂🤭😍
cowettttttt
lanjut
Ayu Ning Ora Caantiikk
lnjut kak ku ksih vote devh
vj'z tri
walaupun author dah up tapi aku berasa kurang terus loh up nya 🫣🫣🫣🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Risna Wati
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjur
Lala Kusumah
rasain tuh si Verrel kalau tahu kelakuan si ulet bulu tuh 🫣😵‍💫😵‍💫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!