Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telepon
"S-saya minta maaf.... Saya benar-benar tidak tau jika Meimei dengan polosnya a-akan... "
"Jangan diteruskan Arin!" Sela Sonny memotong ucapan wanita di depannya, jantungnya sudah tidak bisa berfungsi dengan normal.
"S-saya tau itu bukan hal kesengajaan, Meimei masih belum mengerti apa-apa. Tolong maafkan dia, t-tapi... Saya janji saya akan melupakan hal itu, saya tidak akan mengingatnya, kamu tenang saja" Jelas Sonny panjang lebar.
Arin mendengar ucapan pria itu dengan seksama, ia pun lantas mengangguk.
"Baiklah, terimakasih mas" Lirih Arin malu.
Sonny tanpa sadar menatap tubuh Arin dari atas sampai bawah, bagaimana ia bisa melupakan tubuh indah itu. Tubuh Arin sudah bisa membakar gairahnya meski hanya dengan melihat, bagaimana jika ia bisa merasakannya juga??
Haisshh..... Apa yang ia pikirkan?!! Bisa-bisanya ia membayangkan menyentuh tubuh indah Arin? Ia sudah berjanji untuk melupakannya!
Sonny menggeleng-gelengkan kepala beberapa kali hingga membuat Arin bingung dengan tingkah pria itu.
"Mas Sonny kenapa?" Tanya Arin.
Sonny langsung tersadar, ia jadi gelagapan ktika Arin menyadari kelakuan anehnya.
"T-tidak ada apa-apa! Kepalaku hanya sedikit pusing, pekerjaan hari benar-benar memusingkan" Ujar Sonny berdusta, ia tak mungkin berkata jujur pada Arin tetang apa yang ia pikirkan sebenarnya.
"Mas Sonny sakit? Kalau begitu sebaiknya mas Sonny istirahat. Biarkan Meimei disini dulu, nanti kalau Meimei mau pulang akan saya antar" Kata Arin yang tiba-tiba merasa khawatir akan kondisi Sonny.
"Sebaiknya saya paksa Meimei pulang saja, kamu juga pasti lelah sudah menjaga Meimei hari ini. Tidak apa kalau di menangis nanti pasti berhenti kalau sudah di rumah"
"Jangan mas! Kasihan Meimei, mungkin dia masih ingin main sama Noval. Tolong jangan paksa dia, mas" Pinta Arin penuh harap, ia tak akan tega melihat anak manis itu menangis, biarlah Meimei tetap disini bahkan menginap jika gadis itu mau.
"Ya sudah, saya tidak akan memaksa Meimei. Saya titip Meimei kalau be... "
"GAK BOLEHH!! PAPAH GAK BOLEH PULANG" Teriak Meimei menghampiri orang tuanya, ternyata ia tak sengaja menguping ketika Arin menyarankan Sonny untuk beristirahat di rumah.
"Sayang papahnya lagi sakit, kasihan papah harus tidur" Ungkap Arin membujuk.
"Kalau gitu papah tidur disini jangan pulang!" Kata Meimei bersikukuh tak mengizinkan orang tuanya pergi.
"Kan ada tante Arin disini, biasanya Meimei mau sama tante Arin terus" Ujar Sonny.
"Mau sama papah juga! Temenin sampe Meimei beres makan pizza nya!" Ungkap Meimei menahan Sonny untuk bangkit.
"Iya iya papah gak jadi pulang, tapi Meimei cepet ya habisin pizza nya"
"Iya, tapi papah janji ya jangan kemana-mana"
"Iya papah janji"
"Janji?" Tanya Meimei sembari mengacungkan jari kelingking.
"Iya, janji" Balas Sonny dengan saling menautkan jari kelingking mereka.
Meimei pun kembali lagi ke tempat tadi melanjutkan makan pizza bersama Noval.
Alhasil Sonny dan Arin lagi-lagi harus berduaan di ruangan itu, padahal sudah bagus tadi Sonny mau pulang tapi Meimei tiba-tiba saja menahannya.
Arin berusaha keras mencari topik, ia tak mau membuat pikirannya terus melayang pada masalah tadi.
"Oh iya mas, ada yang ingin saya katakan" Seru Arin.
"Oh ya? Katakan saja Rin" Sahutnya.
"Begini, saya ada rencana mau mengantar Noval nanti ke Bogor. Saya mau izin dulu untuk cuti sehari menjaga Meimei, apa boleh mas?"
"Bogor? Kalau boleh saya tau ada urusan apa kalian kesana?" Tanya Sonny penasaran.
"Noval mau ikut berlibur dengan sodara jauh saya disana, kebetulan anaknya seumuran dengan Noval jadi meminta Noval untuk ikut. Tapi saya akan langsung pulang lagi kok, saya cuma mengantar Noval saja, karena Noval akan menginap tiga hari disana" Jelas Arin panjang lebar memaparkan maksudnya.
"Hari apa kalian kesana?"
"Hari sabtu, mas"
Sonny tampak berpikir sejenak, agak sulit sebenarnya membujuk Meimei ketika Arin pergi ke suatu tempat.
"Emm... Rin, bagaimana jika saya dan Meimei mengantarkan kalian ke Bogor?" Tawarnya.
"Tidak usah mas! Saya bisa naik mobil sendiri kok"
"Ya saya tau, tapi... Saya tidak yakin bisa membujuk Meimei ketika kamu pergi, dia pasti akan menangis mengetahui kamu tidak ada" Jelasnya.
"Begitu ya? Benar juga" Gumam Arin membenarkan.
"Bagaimana? Hari sabtu saya sepertinya tidak terlalu banyak pekerjaan" Tambah Sonny.
Arin berpikir sebentar sebelum mengambil keputusan, haruskah ia membiarkan sonny dan Meimei mengantarnya? Karena perjalanan dari Jakarta Bogor akan cukup menguras waktu terlebih lagi jalanan Ibukota yang terkenal dengan kemacetan nya.
"Kalau mas tidak keberatan tidak masalah bagi kami"
Ucapan Arin membuat bibir Sonny melengkung membentuk senyuman, sejenak ia melupakan peristiwa hari ini.
***
Malam harinya, Sonny yang baru saja keluar dari kamar mandi mendengar suara dering ponsel miliknya tanda ada panggilan masuk untuk Sonny.
Sonny pun mengambil ponsel genggam dan ternyata seseorang menelpon dirinya, tertera nama mbak Ayu disana.
Sudah lama mbak Ayu tidak menghubunginya. Sonny lantas mengangkat sambungan telepon itu.
"Hallo, mas Sonny"
"Hallo, mbak"
"Apa kabar mas? Maaf saya baru menghubungi lagi, bagaimana kabar si adek?" Tanya mbak Ayu di sebrang sana.
"Kami baik, mbak. Bagaimana kabar mbak dan orang tua mbak?"
"Baik, mas. Tapi Ibu saya masih sakit, katanya harus di operasi jadi saya belum bisa kesana"
"Cepat sembuh untuk orang tua mbak disana, maaf saya belum bisa mengunjungi"
"Tidak apa-apa, mas Sonny. Doa saja sudah cukup untuk kami. Meimei sudah tidur, mas?" Tanyanya.
"Belum, tadi saya tinggal sebentar di bawah. Mbak Ayu mau berbicara dengan Meimei?"
"Mau, mas. Mau banget!" Jawabnya antusias.
"Sebentar ya, saya turun dulu ke bawah"
Sonny lalu keluar dari kamar dan masuk ke dalam kamar putrinya, memberitahu jika mbak Ayu menelpon dan ingin berbicara dengan Meimei.
"Sayang, mbak Ayu telepon katanya mau ngomong sama Meimei"
"Mbak Ayu?? Sini pah meimei mau denger suara mbak" Meimei pun terlihat gembira mengetahui pengasuhnya menelpon.
Sonny memberikan ponselnya pada Meimei membiarkan mereka melepas rindu satu sama lain.
"Mbak Ayu...!"
"Adek mbak kangen sekali sama adek..!"
"Meimei juga, mbak kok gak kesini kesini sih?"
"Iya maafin mbak ya, Ibunya mbak lagi sakit enggak ada yang nemenin. Adek sama siapa selama mbak gak ada?"
"Sama tante Arin!"
"Tante Arin?" Nampaknya mbak Ayu sedikit lupa dengan sosok wanita itu.
"Yang rumahnya depan rumah Meimei mbak" Jelas Meimei.
"Oh mbak Arin, iya iya mbak inget! Adek sama mbak Arin sekarang?"
"Iya, mbak"
"Mbak Arin baik sama Meimei?"
"Baik! Tante Arin suka kasih es krim yang banyak buat Meimei"
Terdengar suara tawa dari balik ponsel sonny.
"Syukurlah kalau mbak Arin baik sama adek, maaf ya mbak belum bisa ketemu adek"
"Iya mbak, gapapa kok"
"Adek kok belum tidur? Biasanya adek udah tidur jam segini"
"Belum ngantuk, meimei mau dengerin cerita dongeng dulu dari papah"
"Oh gitu, ya udah mbak tutup dulu ya telponnya. Adek jangan tidur terlalu malem, nanti sakit"
"Iya mbak"
"Dah adek.... "
"Dadah mbak.... "
Setelah telepon terputus barulah Sonny membacakan cerita dongeng sebelum tidur untuk sang putri tercinta.