NovelToon NovelToon
Memiliki Bayi Bersama Pria Yang Kubenci

Memiliki Bayi Bersama Pria Yang Kubenci

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Single Mom / Nikah Kontrak / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Jenar dan Gena bertemu di Pantai Pangandaran. Mereka sedang terluka hatinya dan saling menyembuhkan satu sama lain. Namun di hari terakhir Gena mendengar pembicaraan Jenar dan sahabatnya di telepon. Jenar mengatakan bahwa Ia hany mengisi hatinya dan tidak menganggap serius. Gena sakit hati karena Ia menyukai Jenar. Pergi tanpa mengatakan apapun. Jenar merasa juga dibodohi Gena. Lalu memang takdir tak bisa ditolak, Kakak mereka jodoh satu sama lain dan akan menikah mereka diperkenalkan sebulan sebelum pernikahan sebagai calon ipar. Walaupun saling membenci, mereka tahu bahwa ini demi kebahagian Kakak yang mereka sayangi. Berpura-pura tidak saling mengenal. Tanpa berkata apapun. Sembilan bulan kemudian saat musibah terjadi, saat Kakak mereka kecelakaan dan meninggalkan seorang bayi. Mereka mau tidak mau harus bersama, mengurus keponakan mereka. Dan saat itulah cinta mereka bersemi kembali. Apakah ini sebuah takdir dengan akhir bahagia atau hanya luka lama yang terbuka lagi? -You Never Know What Happen Next-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Kabut Duka

Sembilan bulan ini, Jenar melalui hari-hari seperti biasanya. Tinggal terpisah dengan Leknor dan belajar hidup mandiri dengan tinggal di apartemen. Dari yang awalnya hanya karena ingin menghindari Gena, sekarang Jenar terbiasa hidup sendiri. Ia sering menghindar bila Astri dan Leknor mengajak untuk sekedar makan bersama. Sebegitu kuat tekad gadis itu untuk menjauh dari lelaki yang ia kenal hitungan hari itu.

Akan tetapi, Jenar tentu tidak bisa selamanya memakai alasan sibuk sebagai tameng untuk menghindari pertemuan. Adakalanya ia harus mengiyakan ajakan Leknor dan Astri karena tidak ingin kakak dan iparnya itu curiga.

Seperti saat ini contohnya. Astri yang rewel karena rindu pada Jenar itu entah berapa kali menelfon sejak tadi pagi, menyuruh Jenar datang ke rumah untuk merayakan ulang tahun Astri. Jenar kehabisan alasan untuk menolak Astri. Pada akhirnya ia mengiyakan ajakan iparnya itu.

"Iya, Mbak. Jenar usahakan datang, ya."

"Wajib! Mbak marah kalau kamu nggak datang. Selama ini Mbak pikir kamu marah sama Mbak karena nggak pernah datang berkunjung ke sini. Mbak sampai berpikiran kamu pergi dari rumah karena nggak terima pernikahan Mbak sama Mas ...." Astri menyahut dari seberang.

"Enggak gitu, Mbak," desah Jenar sembari memijat pangkal hidungnya. "Aku sama sekali nggak keberatan Mbak nikah sama Mas. Aku emang sibuk akhir-akhir ini. Duh, maafin aku ya kalau sikapku bikin Mbak salah paham. Sama sekali aku nggak bermaksud gitu," terangnya merasa bersalah.

"Kalau gitu datang ya, Je, besok malam. Cuma acara kecil-kecilan kok. Nggak acara besar. Mbak tiba-tiba kangen berat sama kamu. Nggak tau kenapa ..."

Jenar terdiam. Jujur, ia juga rindu pada iparnya itu. Bohong kalau Jenar tidak ingin berada di tengah-tengah kakak dan iparnya. Jenar sudah lama tidak merasakan hangatnya keluarga. Ia ... benar-benar kesepian.

"Iya, Mbak. Jenar usahakan datang ya?"

"Makasih, Sayang..."

Dan setelahnya mereka pun berpamitan untuk mengakhiri pembicaraan di telfon. Usai sambungan telfon terputus, Jenar termenung di meja kerjanya. Pikirannya menerawang jauh pada Gena.

"Kenapa ya susah lupain dia? Beda waktu lupain Mas Hanif dulu. Gue capek ngehindar terus," celetuk Jenar murung.

Gena, Gena dan Gena. Lelaki pemilik kedai kopi itu terus-terusan hadir di benaknya. Dan kini ia harus mempersiapkan diri bertemu Gena di perayaan ulang tahun kakak iparnya itu.

"Nggak! Gue nggak boleh terus-terusan gini. Gue harus coba bersikap biasa aja sama dia!" Jenar bertekad mengubah pola pikirnya.

Sepulangnya dari kantor, Jenar mampir ke toko perlengkapan bayi untuk membeli hadiah ulang tahun. Dikarenakan sudah masuk bulan ke sembilan, Jenar memutuskan untuk memberikan Astri hadiah ulang tahun berupa barang yang bisa dipakai nantinya untuk Astri setelah melahirkan. Oleh karena itulah ia berada di toko yang letaknya tidak jauh dari kantornya ini.

Jenar melangkah ke arah pakaian setelah melahirkan. Tampak di sana baju-baju ibu menyusui yang tergantung rapi di hanger. Jenar pikir sebaiknya ia membelikan Astri daster dan pakaian dalam saja. Ini lebih berguna semasa Astri menyusui anaknya nanti.

“Kayaknya yang ini bagus, deh.”

Perhatian Jenar tertuju pada daster berwarna maroon dengan motif bunga daisy. Merasa tertarik, Jenar pun meraih hanger daster tersebut. Akan tetapi, belum sempat baju itu ia turunkan, sebuah tangan mendarat di hanger tersebut hingga membuat tangannya dan tangan orang itu bersentuhan.

Jenar menoleh, bersamaan dengan itu pria yang barusan memegang hanger itu ikut menoleh ke arahnya. Detik itu juga nafas Jenar tertahan melihat siapa yang muncul di hadapannya.

Gena. Lelaki yang ia hindari, yang membuatnya jauh dari Leknor selama ini. Rasanya sekujur badan Jenar membeku. Aliran darah dalam tubuhnya memanas. Refleks ia jauhkan tangannya dari hanger tersebut dan membuang wajahnya ke arah lain.

“Kamu di sini juga?” tanya Gena santai.

Suaranya lebih tenang, ekspresinya tidak seterkejut Jenar.

“Iya. Aku nyari kado buat Mbak Astri,” jawab Jenar. Ia mencoba tenang agar gugupnya tidak tercium oleh Gena. Bukankah lebih baik bersikap biasa saja dan melupakan apa yang terjadi di antara mereka?

Bulan berganti bulan. Harusnya, Jenar bisa move on dari momen seminggu yang mereka jalani di Pangandaran waktu itu. Jenar berusaha menanamkan ke otaknya sendiri. Alhasil, setelah menarik napas dalam-dalam untuk mendapatkan oksigen sebanyak mungkin, ia toleh kembali pria itu.

“Kamu juga cari kado?” tanya Jenar, sekedar basa basi.

Gena mengangguk. Tatapannya tak lepas dari wajah cantik yang dulu sempat mengisi hari-harinya meski dalam waktu singkat itu.

“Aku belum menemukan kado yang bagus dari tadi.”

“Oh...” Jenar menyibak rambutnya ke belakang telinga. Rasanya ingin pergi saja dari sini. Tidak sanggup berlama-lama di dekat Gena. “Kalau gitu aku lanjut nyari kado dulu. Permisi.”

Jenar pun melangkah pergi dari Gena. Namun belum sempat ia memutar badan, tangannya ditahan dulu oleh lelaki itu.

“Tujuan kita sama. Bukannya lebih bagus kalau kita nyari kadonya bareng?” ajak Gena.

Jenar terdiam beberapa detik. Ia memikirkan cara menolak Gena. Akan tetapi, alasan konyol apa yang harus ia karang? Tujuan mereka sama. Dan mereka berada di toko yang sama pula. Jenar mengembuskan napas berat. Akhirnya, satu anggukan terayun dari kepalanya.

“Boleh.”

Maka mereka pun mencari kado bersama. Keduanya tidak banyak bicara. Ada kecanggungan yang menyelinap di antara mereka setelah lamanya mereka berpisah dan tidak bertegur sapa.

Jika dulu Jenar ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Gena, sekarang Jenar justru merasa sebaliknya. Satu detik bersama Gena rasanya sangat lama. Jantung dan perut Jenar tersiksa berada di sebelah pria itu.

Dari pusat baju untuk busui, mereka pindah ke perlengkapan bayi. Gena akhirnya memutuskan membeli kereta bayi. Sementara Jenar yang tadinya yang ingin membelikan Astri daster kini berubah pikiran. Ia pikir, peralatan makan bayi lebih efektif dibanding baju-baju yang mungkin saja sudah mereka persiapkan dari jauh hari.

Selesai dengan barang satu sama lain, keduanya lantas bergegas menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.

“Seharusnya kamu nggak perlu menghindar seperti ini. Yang kena imbasnya Kakakku.” Gena tiba-tiba memulai percakapan saat mereka tiba di antrian.

Perkataan lelaki itu tentu membuat Jenar tersentak. Ia toleh Gena ke balik bahu dan mendapati lelaki itu menatapnya dengan sorot datar.

“Maksudnya apa ya? Aku kurang paham,” kata Jenar berbohong. Padahal jelas ia tahu arah obrolan Gena itu ke mana.

“Kamu pikir aku nggak tahu kamu pindah apart karena ingin menghindari aku?”

Jantung Jenar terasa hendak copot dari sarangnya. Segera ia menggeleng untuk menutupi niat aslinya itu. “Aku pindah karena pengen hidup mandiri. Nggak ada urusannya sama kamu.”

“Hidup mandiri sampai diajak makan malam sekali seminggu saja susah?”

“Gena, sebaiknya kamu urus urusan kamu sendiri.”

“Awalnya aku begitu. Terlalu malas buat aku mengurus urusan kamu. Tapi, masalahnya di sini kakak aku sampai overthinking. Dia ngerasa bersalah nikah sama kakak kamu hanya karena kamu terlihat nggak suka sama dia.”

Deg! Jantung Jenar berdentum kencang. Mendadak rasa bersalah menguasai jiwanya. Sembilan bulan belakangan ini ia memang lebih sering mendiamkan telfon Astri karena tahu ujung pembicaraan iparnya itu. Pasti seputar menyuruhnya ke rumah. Dan Jenar selalu menolak karena berpikir malas bertemu dengan Gena.

“Oke, seperti yang kamu bilang waktu itu. Di depan mereka kita pura-pura nggak saling kenal. Tapi, apa menurut kamu mengabaikan kakak-kakak kita adalah keputusan yang bagus? Kamu nggak mikir sama sekali gimana sakit hatinya mereka sama sikap kamu,” tegur Gena.

Jenar terdiam.

“Kamu boleh nggak suka sama aku. Kamu boleh pengen lupain semua tentang kita. Tapi jangan libatkan kakak-kakak kita. Apalagi Mas Leknor. Dia terlihat sangat menyayangi kamu,” lanjut Gena.

Bersamaan dengan itu, Jenar tiba di antrian paling depan. Ia serahkan barang bawaannya ke kasir untuk dibayar. Jenar merasa tidak tenang sepanjang si mbak pegawai toko itu menghitung belanjaannya.

“Pertimbangkan saranku Je. Jangan sampai kamu menyesal karena menyia-nyiakan kakak kamu sendiri,” kata Gena sebelum akhirnya Jenar selesai dan keluar dari garis antrian.

Gena menatap kepergian perempuan itu sampai punggungnya mengecil ditelan jarak. Gelisah dan resah membelenggu perasaan Gena usai bertemu dengan gadis itu. Ralat. Bukan hanya setelah mereka bertemu hari ini, melainkan sejak perpisahan mereka waktu itu....

Jenar menghempaskan badannya ke ranjang kamar yang berukuran tidak terlalu besar itu. Omongan Gena tadi benar-benar terserap di otaknya. Gena bicara fakta, dan Jenar tidak bisa menyanggahnya sama sekali.

Yang ada, ucapan pria itu semakin membuat Jenar merasa bersalah pada kakaknya sendiri.

“Apa iya gue keterlaluan ngehindarin semua orang hanya karena nggak mau berurusan sama Gena lagi?”

“Tapi gue nggak mau jatuh kedua kalinya. Gue terus-terusan nggak tenang. Bahkan rasanya lebih menyiksa dibanding dulu pas kehilangan Mas Hanif,” celetuknya lagi.

Jenar rasanya hampir gila karena berdebat dengan isi pikirannya sendiri. Sudah ia lakukan berbagai cara untuk mengusir pikiran itu, tetap saja ketidak tenangan yang ia rasakan tidak mau pergi.

Menarik napas dalam-dalam, Jenar pun akhirnya bertekad, “gue bakal tebus kesalahan gue selama ini dengan menyempurnakan ulang tahunnya Mbak Astri,” ucapnya yakin.

Jenar rasa ia harus berdamai dengan dirinya sendiri dan mulai memandang Astri sebagai ipar, bukan sebagai kakaknya Gena lagi ....

Cahaya mentari menelisik masuk menembus indra penglihatan Jenar. Bola mata indah itu perlahan mengerjap menerima sinar tersebut, dan berselang beberapa detik akhirnya menyalang. Hal pertama yang Jenar lihat adalah langit-langit ruangan berwarna putih tulang.

Jenar menguap, kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya. Setelah semenit mengumpulkan nyawa, akhirnya ia beringsut duduk. Jenar langsung teringat pada Astri. Ah, hari ini hari ulang tahun iparnya itu. Jenar tersenyum penuh semangat. Tidak sabar rasanya ia datang ke rumah kakaknya nanti malam untuk merayakan hari bahagia ini.

Mengambil ponselnya, Jenar mendapati banyak notifikasi pesan masuk dari Leknor.

Dek, Mas harap kamu benar-benar mau datang ya ke hari bahagia Mbakmu? Mas kangen berat. Keinginan terbesar Mas yaitu bisa merasakan makan malam sama kamu lagi. Semoga terkabul ya? Mas sayang kamu. Kamu harus tau itu.

Perlahan teks tersebut memudar saat cairan bening menutupi sclera Jenar. “Ih, Mas Leknor apaan sih bikin mewek aja,” ringiknya. Tangan Jenar sampai gemetaran membaca pesan tersebut.

Seorang Leknor yang biasanya cuek dan dingin itu ternyata bisa mengirimkan pesan sehangat ini. Mana romantis pula kata-katanya. Kalau begini ceritanya Jenar lebih merasa bersalah lagi karena mengabaikan masnya itu. Jenar ketik balasan—

Iya, nanti aku datang.

Singkat, padat, jelas. Jenar memang suka jual mahal pada Masnya itu. Tapi percayalah, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Jenar sudah lebih dulu membalas, ‘Je juga sayang sama Mas,’ hanya saja ia malu mengatakannya langsung.

Kening Jenar sedikit mengerut karena pesan tersebut ceklis satu. “Pasti masih molor jam segini,” duganya.

Meletakkan ponsel itu ke atas nakas, Jenar pun beringsut turun dari ranjang, menuju kamar mandi untuk memulai ritual paginya. Selama di kamar mandi, samar-samar kuping Jenar mendengar dering ponselnya yang terus berbunyi. Terdengar seperti spam telfon.

“Siapa sih pagi-pagi ribut?” gerutu Jenar.

Meletakkan handuk wajah ke tempat semula, Jenar keluar dari kamar mandi setelah selesai menggosok gigi dan mencuci muka. Ia ambil ponsel itu, tertera nomor yang tidak dikenal di sana. Tanpa menunggu lama, Jenar pun mengangkat panggilan tersebut.

“Ya, halo?”

“Selamat pagi, apa ini dengan keluarganya Leknor Dermawan?”

Perasaan Jenar mulai tidak enak. “Iya, saya adiknya. Ini siapa ya?”

“Sebelumnya maaf, Mbak, mengganggu pagi harinya. Kami dari pihak rumah sakit ingin mengabarkan kalau kakak Anda mengalami kecelakaan bersama istrinya. Dan sekarang kondisi mereka kritis. Kami harus segera melakukan operasi bedah untuk Mbak Astri demi menyelamatkan janinnya ....”

Bagai tersambar petir di siang bolong rasanya Jenar mendengar berita itu. Lututnya lemas, tenaganya terkuras habis sampai ponsel yang ia pegang tersebut jatuh dari genggamannya.

“Nggak ... nggak mungkin ....”

1
Wirda Wati
😇😇😇😇😇😇
Wirda Wati
😭😭😭😭😭😭
Wirda Wati
semoga mereka bersatu
Nur Adam
lnjur
Wirda Wati
😂😂😂😂
Wirda Wati
nikah aja Jenar sama gena kan aman
Wirda Wati
cari baby siter aja....dan pembantu
Wirda Wati
🥰🥰🥰🥰
Wirda Wati
😂😂😂😂😂😂
Wirda Wati
senang dg ceritamu thort
Wirda Wati
semoga baik baik saja
Wirda Wati
😂😂😂😂
Wirda Wati
ya kamu juga sih ngomongnya sembarangan.
hanya mengisi kekosongan dan move on.
siapun pasti kesal dengarnya.
Wirda Wati
sebenarnya mereka serasiii...
Wirda Wati
cepat kali....
cinta atau obsesi
😇😇😇
Wirda Wati
cinta kilat namanya😂
Wirda Wati
semoga hubungan mereka berkelanjutan..
Wirda Wati
kereeen thort
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!