Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5.
“Baiklah. Aku bisa menandatangani dokumen ini…..tapi aku punya dua permintaan,” ucap Brielle menatap ayahnya dengan dingin dan sinis. “Berikan padaku 50 miliar dan tandatangani dokumen lain. Apapun yang terjadi di masa depan, kita tidak ada hubungan apapun lagi. Kalian tidak membutuhkanku!”
Tidak ada yang namanya memutuskan hubungan antara ayah dan anak. Brielle hanya ingin memutuskan semua hubungan dengan keluarganya. Dia tidak mau terikat apapun dengan orang-orang jahat itu.
“Apa kau mau merampok kami? Kau meminta 50 miliar rupiah? Gila kau, Brielle!” Perla merasa marah mendengar permintaan Brielle.
“Perla sudah berjanji akan memberikan 150 juta padamu. Tapi kau merasa tidak puas hati dan meminta 50 miliar rupiah? Kau serakah sekali! Kau hanya mengingingkan uang!” ujar Robin. “Sahammu tidak bernilai sampai 50 miliar. Kau keterlaluan sekali, Brielle!”
“Oh, kalau menurutmu saham milikku tidak bernilai 50 miliar maka aku yang akan memberimu 50 miliar dan aku membuat surat wasiat. Jika aku tiba-tiba meninggal dunia, semua saham milikku akan kusumbangkan. Orangtua dan saudara laki-lakiku tidak berhak mendapatkan warisanku. Bagaimana menurutmu?” balas Brielle dengan sarkasme.
“Jangan!” mereka berteriak serempak.
Brielle semakin muak melihat orang-orang ini, “Kenapa? Bukankah tadi kalian bilang saham milikku tidak bernilai 50 miliar?”
Wajah sekelompok orang itu sontak memerah. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa sekarang. Brielle kembali bicara, “Jangan pernah mempermainkanku karena aku tidak tahu apa-apa. Setelah aku mendapatkan saham dari kakek, aku langsung menemui pengacara. Saham yang ada ditanganku bernilai lebih dari 1 triliun.”
“Karena kalian adalah keluargaku makanya aku hanya meminta 50 miliar saja. Aku cukup bermurah hati pada kalian, bukan?” ucap Brielle lagi. “Ketika aku berkonsultasi dengan pengacara, aku sudah membuat surat wasiat. Jika aku tidak menyerahkan sahamku pada siapapun sebelum aku mati maka semua saham dan hartaku dinegara ini akan disumbangkan.”
“Orangtuaku dan saudara laki-lakiku tidak berhak mendapatkan sepeserpun harta milikku. Lebih baik semuanya disumbangkan saja pada orang yang membutuhkan.” ujar Brielle. Dia merasa puas ketika melihat ekspresi wajah keluarganya yang langsung berubah. Mereka terlihat sangat marah.
“Aku tidak menyangka kau sangat licik. Kau membuat surat wasiat tanpa sepengetahuan kami. Kau tidak menganggap kami sebagai keluarga sama sekali. Bagaimana mungkin kau layak mendapatkan kasih sayang dan kebaikan keluarga ini? Sejak awal kau tidak peduli pada kami.” ujar Perla dengan suara gemetar menahan amarah.
“Tutup mulutmu! Kalau kau berani berpura-pura baik dihadapanku lagi, aku akan memukul mulut kotormu itu! Dasar jalang tidak tahu diri!” dengus Brielle sinis.
Perkataan Brielle sontak membuat Perla menutup mulutnya, matanya memerah menahan kesedihan. Jordan hendak membela Perla namun Brielle lebih cepat. Brielle mengambil asbak dan melempar Jordan sambil berkata, “Diam! Aku tidak mau mendengar gonggonganmu!”
Keluarga Galasti kembali kaget dengan kegilaan Brielle. Ketika mereka melihatnya mengamuk seperti orang gila, mereka tidak berani bertindak sembrono lagi karena takut dipukuli oleh Brielle. Bramasta menggertakkan rahangnya dan berkata, “baiklah. Aku setuju dengan permintaanmu.”
Brielle pun mengusir mereka dari kamar hotel lalu membasuh tubuhnya sebelum dia keluar menemui mereka. Pertama-tama mereka pergi ke bank dan Bramasta mentransfer uang sejumlah 50 miliar kepada Brielle. Bahkan dia dipaksa Brielle menandatangani surat yang menyatakan bahwa uang itu adalah hadiah yang diberikan dengan sukarela.
Dengan begitu, Bramasta tidak akan bisa meminta uangnya kembali dikemudian hari. Setelah urusan di bank selesai, mereka pergi ke kantor hukum untuk menandatangani surat perjanjian putus hubungan dimasa depan. Bramasta sudah menghubungi pengacara untuk membuat surat itu sebelumnya.
Ketika mereka tiba di kantor hukum, surat perjanjian sudah siap untuk ditandatangani. Brielle membaca isi surat perjanjian itu dan tidak menemukan kesalahan. Namun dia masih merasa belum puas hati. Dia mengambil foto surat perjanjian dan mengirimkan pada Kaiden, meminta agar pengacara Kaiden memeriksa kembali.
Setelah sepuluh menit, Kaiden mengirimkan pesan bahwa surat perjanjian itu tidak ada masalah. Brielle menghela napas lega dan langsung menandatangani. Setelah itu Bramasta menyerahkan dokumen serah terima saham kepada Brielle untuk segera ditandatangani. “Cepat tanda tangan! Kau tidak berhak memiliki sesuatu yang bukan milikmu!”
“Ya, memang benar kalau saham itu memang bukan milikku….” Brielle menjawab sambil tersenyum. Pembalasannya sudah dimulai dan saham itu memang bukan miliknya lagi karena sudah dijualnya pada Kaiden. Dia sudah menerima uang 50 miliar dari keluarga Galasti secara cuma-cuma.
Keluarga Galasti merasa senang melihat Brielle menandatangani dokumen. Mereka menatap dokumen itu dengan mata berbinar-binar. Ketika mereka tersadar, Brielle sudah pergi meninggalkan kantor hukum. Keluarga Galasti tidak mempedulikan hal itu, mereka bergegas pergi ke departemen industri dan perdagangan membawa dokumen itu.
Mereka ingin segera menyerahkan dokumen itu kepada pihak terkait dan memindahkan saham kepada mereka. Namun ketika mereka tiba disana dan petugas memeriksa dokumen dan data, dengan nada rendah petugas itu berkata, “Maaf, aku tidak menemukan saham atas nama Nona Brielle Calista Galasti. Dokumen ini tidak berlaku.”
Semua orang terkejut. Bramasta langsung berkata, “Brielle memegang 30 % saham Galasti Group atas namanya. Bagaimana bisa tidak ada saham atas namanya? Apa mungkin ada kesalahan di sistem komputer kalian?”
Petugas itupun dengan sopan berkata, “Silahkan tunggu sebentar. Saya akan memeriksa lagi.” Setelah beberapa saat, petugas itu kembali dan berkata, “Aku melihat ada nama Brielle……”
Mendengar itu semua orang menghela napas lega, wajah mereka langsung sumringah dan merasa senang. Namun, belum sempat mereka merasakan kebahagiaan, petugas itu kembali berkata, “Aku menemukan nama Brielle di daftar saham. Memang benar dia kalau sebelunya dia memegang 30% saham Galasti Group.”
“Tapi….pukul delapan pagi ini 30% saham itu sudah menjadi milik orang lain. Saat ini Brielle tidak memiliki selembar sahampun. Jadi, dokumen serah terima saham milik kalian ini tidak berlaku sama sekali.” ujar petugas itu menambahkan.
Seperti tersambar petir di siang bolong, semua anggota keluarga Galasti membelalakkan mata tak percaya. Berita ini cukup mengagetkan mereka semua, Bramasta langsung angkat bicara, “Apa katamu? Brielle sudah menyerahkan semua saham miliknya? Siapa yang menerima saham miliknya?”
“Namanya Kaiden Faruch,” jawab petugas itu. Mata Bramasta menggelap seketika dan tubuhnya bergetar hebat. Untungnya Perla langsung menangkap tubuh ayahnya tepat waktu. Kalau tidak, pria itu pasti jatuh ke lantai.
“Jahat! Kurang ajar! Brielle binatang itu! Dia menjual seluruh sahamnya kepada saingan bisnis kita!” Bramasta sangat marah, sekujur tubuhnya gemetar. Satu tangannya memegangi dadanya yang terasa sesak karena sulit bernapas. Yang lainnya pun ikut merasakan kemarahan dan kesal dengan tindakan Brielle.
Brielle tidak hanya menjual saham miliknya, tetapi dia juga mengambil uang mereka dan menipu mereka sebanyak 50 miliar rupiah. Senyum diwajah keluarga Galasti pun lenyap seketika, marah dan geram dipermainkan oleh Brielle. Disaat seluruh keluarga Galasti dalam kondisi terpuruk, Brielle malah sebaliknya.
Brielle berada di sebuah mall, suasana hatinya sangat baik hari ini jadi dia memutuskan untuk pergi berbelanja. Sejak dia meninggalkan kediaman keluarga Galasti, dia tidak membawa apapun kecuali barang pribadinya. Jadi dia harus membeli banyak barang keperluannya. Dia berjalan memasuki sebuah butik ternama.
Dia memilih sebanyak tiga puluh pasang pakaian tanpa mengedipkan mata. Kemudian dia memilih beberapa pasang sepatu dan juga perhiasan. Setelah dia membayar seluruh belanjaannya, dia meminta butik untuk mengirimkan ke alamatnya. Brielle menghabiskan sekitar 1.4 miliar, dia merasa puas menghabiskan uang yang didapatnya secara cuma-cuma.