Putri Yang Terbuang
“Nona, anda belum pulih benar. Sebaiknya anda tetap tinggal disini.” ucap seorang perawat pada Brielle. Saat dia masuk ke kamar itu, dia melihat Briella sudah mengganti pakaiannya dan bersiap untuk pergi. Namun Briella tidak mendengarkan perawat itu dan hanya menatapnya sekejap.
Merasa khawatir, perawat itu langsung memegang lengan Brielle yang hendak keluar. “Nona, tolong tinggallah dua hari lagi sampai kau sembuh. Aku khawatir…..” belum sempat perawat itu menyelesaikan ucapannya, Briella sudah menatapnya tajam.
“Terima kasih atas perhatianmu. Tapi aku sudah merasa lebih baik sekarang. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Aku ada urusan penting dan harus segera pergi.” ucap Briella berjalan melewati perawat itu lalu pergi.
“Tapi Nona, aku sangat mengkhawatirkanmu..” ucap perawat itu lagi yang langsung membuat Brielle menghentikan langkahnya tepat di pintu kamar. Dia berbalik dan menatap perawat paruh baya itu dengan senyuman.
“Aku tahu. Aku akan selalu mengingatmu, bibi Aishah! Bolehkah aku bertanya padamu? Kenapa tak ada seorangpun yang mau memberitahuku siapa yang menyelamatkanku malam itu dan membawaku kesini?” tanya Brielle.
“Maafkan aku Nona. Waktu itu aku hanya diberi perintah untuk merawatmu saat kau dibawa kesini dalam keadaan terluka dan tak sadarkan diri.” ujar bibi Aishah menjelaskan. “Dia telah menyelamatkanmu dan membayar biaya pengobatanmu.” bibi Aishah berhenti sembari menarik napas panjang lalu melanjutkan, “Ehem….tapi pria yang membawamu kesini sangat tampan.”
“Tampan?” tanya Brielle dengan kening berkerut.
“Iya, nona. Semua orang disini membicarakan ketampanannya. Apakah nona tidak mengenalnya?”
Tanya bibi Aishah yang dijawab Brielle dengan gelengan kepala. Bagaimana dia bisa mengenal pria itu? Dia hanya melihat samar-samar karena kepalanya pusing dan pandangan matanya kabur sehingga tidak bisa melihat dengan jelas.
“Jangan khawatir bibi Aishah! Aku sudah pulih, dan kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku pergi dulu, jika pria itu datang kesini lagi, tolong sampaikan terima kasihku.” ucap Brielle. Bibi Aishah hendak berbicara lagi namun Brielle sudah pergi. Wanita paruh baya itu hanya bisa
“Ck! Kenapa dia keras kepala sekali? Seharusnya dia tetap disini saja, bagaimana kalau orang-orang jahat itu melukainya lagi?” kekhawatiran muncul diwajah tuanya. Dia bergegas mengeluarkan ponsel dari saku lalu menghubungi seseorang. Setelah berbicara dengan orang itu, wajah cemas bibi Aishah pun berubah menjadi tenang dan tersenyum lega.
Semasa bayi, Brielle dibuang ke sebuah panti asuhan di kota kecil yang jauh. Namun tidak ada yang tahu kalau Brielle di adopsi dan menjadi putri sebuah keluarga di negara Ortis . Namun Brielle kembali ke kota kecil itu untuk mencari informasi tentang keluarga kandungnya. Hingga akhirnya dia ditemukan dan dibawa pulang.
Brielle menaiki taksi dan dia melamun di sepanjang perjalanan. Dia kembali teringat kejadian dimana dia hampir terbunuh. Mengingat kejadian itu, tanpa sadar kedua tangannya terkepal erat dan matanya yang indah berubah dingin. Ada kilatan amarah dan kebencian muncul di matanya yang sedetik kemudian menghilang.
Namun tak disangka keluarga kandungnya ternyata dipenuhi orang-orang brengsek. Mereka memiliki seorang putri angkat bernama Perla yang diperlakukan sangat baik dan dimanjakan. Brielle bahkan tak mendapatkan sedikitpun kasih sayang dari keluarganya. Keluarga itu menganggapnya tak sebanding dengan Perla hanya karena Brielle dibesarkan di perkampungan kecil.
Flashback on
BRAK! Sebuah mobil menabrak mobil yang ditumpangi Brielle. Ketika dia menoleh, dia melihat senyum jahat dari wajah yang tak asing itu. Perla Galasti! Saat itu juga supir taksi menepikan mobilnya dan langsung melarikan diri. Brielle kebingungan sekejap dan detik berikutnya dia tersadar bahwa ini sebuah konspirasi untuk membunuhnya.
Dengan cepat Brielle berpindah ke kursi depan dan mengambil alih kemudi lalu melajukan mobil. Namun baru saja mobil melaju, Perla kembali menabrak mobilnya diikuti sebuah mobil truk yang datang dari arah lain. Brielle langsung membanting setir ke kiri dan melajukan mobilnya dengan kencang untuk menghindari Perla.
Namun saat tiba di tikungan, mobil truk datang dari arah depan. Brielle menginjak rem namun remnya blong. Tanpa pikir panjang dia segera berpindah ke kursi penumpang lalu melompat dari mobil. Tubuhnya berguling-guling kebawah hingga jatuh di lintasan jalan yang berada dibawahnya.
BANG!
Sebuah benda jatuh diikuti suara deritan ban mobil yang bergesekan dengan aspal jalan. Pria yang mengemudikan mobil menatap kedepan dengan mata melotot dan wajah pucat. “ Tuan, seseorang terkapar didepan mobil kita.” ucapnya dengan napas tercekat. Seandainya dia tidak menginjak rem tepat waktu, mobilnya sudah menggilas tubuh orang itu.
Dihadapannya terpampang pemandangan yang mengerikan, dia seolah melihat sebuah tindakan kriminal dimana ada orang yang baru saja membunuh seseorang. Melihat pakaian orang itu dan bentuk tubuhnnya, sepertinya orang yang terkapar berlumuran darah itu adalah seorang gadis muda.
“Pergi dan lihatlah!” perintah seorang pria yang duduk di kursi belakang. Suaranya terdengar maskulin dan tegas sehingga membuat siapapun yang mendengar suara itu akan merasa takut.
“Tapi, tuan…..anda akan terlambat menghadiri rapat.” jawab Dane dengar suara gemetar. Perlahan dia turun dari mobil dan dia semakin terkejut saat melihat pria yang duduk di kursi belakang juga ikut turun. Tanpa membuang waktu, dia bergegas menghampiri gadis yang terkapar berlumuran darah itu.
Wajah gadis itu tampak pucat karena kehilangan banyak darah. Tapi dia masih bisa melihat ada tahi lalat di sudut mata sebelah kanan gadis itu. Dane lebih terkejut lagi melihat wajah gadis itu. Meskipun dalam keadaan sekarat, gadis itu tampak cantik. Dane memperhatikan tubuh gadis itu dan melihat luka menganga dibagian perut.
Jika tidak segera membawa gadis itu kerumah sakit, maka dia pasti akan mati akibat kehilangan banyak darah. Luka di perut sebelah kanan itu menganga lebar dan cukup menggenaskan. Dane tiba-tiba merasa kasihan dan memutuskan untuk menelepon ambulan. Setelah memperhatikan wajah gadis itu, akhirnya dia mengenalinya.
Perempuan muda ini adalah putri keluarga Galasti yang hilang semasa bayi. “Tuan, gadis muda ini adalah putri keluarga Galasti yang baru dibawa kembali enam bulan yang lalu.”
Dane takut untuk mengangkat tubuh gadis itu karena gadis itu terlihat sekarat dan sepertinya akan sulit untuk bertahan hidup. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon ambulan agar segera datang, namun dia terkejut saat melihat tangan gadis itu mencengkeram ujung celana pria yang berdiri disebelahnya.
Gadis itu sekarat dan hampir mati, tapi dia memperlihatkan keinginan untuk hidup. “To---to----tolong…..se---se---selamatkan aku!”
Pria yang mengenakan setelan jas berwarna biru tua itupun kini melihat celananya yang kotor terkena darah. Dane yang kaget pun berdiri dengan tubuh gemetar dan tanpa sadar menjatuhkan ponselnya. Brielle Calista berusaha membuka matanya, tetapi pandangannya kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas.
Yang dia tahu, pria yang berdiri dihadapannya mengenakan setelan mahal. Brielle berusaha keras membuka matanya untuk melihat wajah si pria tapi matanya tak bisa melihat. Brielle tak ingin mati, dia ingin bertahan hidup untuk membalas orang-orang yang membunuhnya. Dia bisa merasakan pria didepannya bergerak seolah berjongkok.
“Baiklah. Aku akan menyelamatkanmu. Katakan padaku, apa yang ingin kau lakukan jika kau selamat?” tanya pria itu pada Brielle. Suara pria itu enak didengar dan penuh kesabaran, Brielle merasakan sebuah tangan besar mengelus pipinya dengan lembut. Brielle merasa keinginan untuk hidup semakin besar.
Bagaimana bisa dia kalah begitu mudah? Dengan perasaan yang dipenuhi kebencian dan dendam, Brielle mencoba bicara dengan susah payah, “A--aku ingin menghancurkan seluruh keluarga Galasti. Mereka semua harus mati! A---aku mau mereka ma----” sebelum Brielle sempat menyelesaikan kalimatnya, dia sudah pingsan dan koma.
Pria itu menatap gadis muda didepannya lalu melirik celananya yang terkena noda darah. Gadis itu pingsan dan sekarat tapi tangannya masih mencengkeram erat celana pria itu. Dane menatap horor pemandangan didepannya dan tak berani berkata-kata. Dia tidak yakin apakah gadis itu masih hidup atau sudah mati.
“Sebaiknya kita segera membawanya ke rumah sakit! Ambulan datang terlalu lama.” ucap pria itu yang membuat Dane semakin terkejut. Tanpa menunggu respon dari asistennya, pria itu langsung menggendong tubuh Brielle dan membawanya masuk kedalam mobil. Dia bahkan tidak berani bergerak karena takut akan mencelakakan gadis yang sekarat itu.
“Dane, selesaikan registrasi dan pembayaran biaya pengobatan gadis itu.” ujar pria bernama Kaiden Faruch. “Pastikan gadis itu mendapatkan perawatan terbaik.”
Lagi-lagi Dane bengong mendengar ucapan atasannya itu. ‘Sejak kapan Tuan peduli pada orang lain? Apalagi seorang gadis?’ pikirnya. Tanpa menunggu lama dia pun melakukan perintah atasannya setelah mendapat tatapan tajam.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2024-12-23
0