FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Lara memejamkan mata, tubuhnya bergetar ketakutan. Dia seperti seonggok angsa yang akan di mangsa predator. Sangat mengerikan.
"Nona Sierra yang menyerahkan cincin itu kepadaku, Tuan. Aku bersumpah, aku tidak berbohong." Lara berusaha menjelaskan sejujur-jujurnya kepada Lio. Tapi apa daya, kalau pria itu tidak mempercayainya.
"Kau pikir aku akan percaya dengan kata-kata busukmu!!!" Lio menggeser pundak Lara dengan kasar menggunakan tangannya. "Ingat, kata-kataku ini! Aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia jika Sierra belum aku temukan!!!" desisnya sebelum keluar dari kamar tersebut.
Lio berbicara kepada kedua orang tua Sierra di ruang VIP restoran mewah hotel tersebut. Di dalam ruangan itu ada orang tua Sierra, Arra, dan Carlos.
"Kami yakin Sierra pasti akan segera kembali. Karena dia sangat mencintaimu. Dan maafkan kami atas kekacauan ini. Kami harap, kamu bisa menceraikan wanita itu setelah Sierra kembali," pinta orang tua Sierra kepada Lio dengan penuh harap.
Lio tidak menjawab atau pun merespons ucapan mereka. Raut wajahnya terlihat datar, dingin dan sangat menyeramkan, menandakan kalau dia sedang sangat marah.
"Aku sendiri yang akan memastikan kalau Lio akan menceraikan wanita itu. Kalian tidak perlu cemas." Arra menyahut seraya melirik suaminya yang duduk di sampingnya, seolah meminta dukungan.
Carlos hanya menghela nafas panjang seraya menatap putranya yang tampak hancur. "Aku rasa pertemuan ini disudahi saja. Aku juga sudah mengerahkan para anak buahku untuk mencari keberadaan Sierra," ucap Carlos dengan nada tegas dan dingin seraya beranjak berdiri, dan keluar dari ruangan itu diikuti istrinya dengan tergesa.
Di ruangan itu kini tersisa Lio dan kedua orang tua Sierra. Mereka terlibat obrolan sangat serius.
Lara berdiam diri di dalam kamar hotel bernuansa putih itu. Dia masih mengenakan baju pengantin, karena tidak mempunyai baju ganti. Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar itu, tatapanya terhenti saat melihat ranjang yang terlihat berantakan, bagai kapal pecah.
Perasaan resah, gelisah, ketakutan terus-terusan menggelayuti hati, jiwa dan pikirannya. Lara tidak tahu harus berbuat apa. Dia seolah terjebak dalam labirin yang amat rumit dan sulit menemukan jalan keluar.
Sudah jam 12 malam waktu setempat. Lara menguap karena sangat mengantuk. Pandangannya tertuju pada pintu kamar.
"Dia tidak mungkin kembali ke sini." Lara bergumam dengan perasaan perih tiada terkira. Dia korban di dalam masalah ini, tapi kenapa dia dituduh menjadi tersangka?
Kata-Kata tajam Lio masih membekas di dalam benaknya dan berhasil menyayat-nyayat hatinya dan menyiksakan luka yang teramat dalam.
Helaan nafas panjang berulang kali keluar dari bibirnya. Berusaha menenangkan diri, dan berharap rasa sesak yang menjerat dadanya terurai, tapi sayang, rasa sesak itu malah semakin erat menjerat jiwa dan raganya.
Lelah sudah sejak tadi duduk dengan penampilan berantakan dengan gaun pengantin yang masih menempel di badan. Lara berjalan menuju kamar mandi, mencari kain yang bisa dia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Dan syukurnya ada jubah mandi yang tersedia di dalam kamar mandi tersebut.
Lara segera membersihkan diri secepat kilat karena hari sudah lewat tengah malam. Selesai mandi dia segera memakai jubah mandi itu guna menutupi tubuhnya yang polos. Lara menarik selimut dari ranjang dan membawanya ke sofa. Dia merebahkan diri di sana dan membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.
Meski kedua mata sangat mengantuk berat, tapi hati dan pikirannya tidak tenang, membuatnya kesulitan untuk tidur.
"Ya Tuhan. Aku harap ini semua hanya mimpi," gumam Lara di dalam hati. Berharap kalau semua peristiwa ini hanyalah sebuah mimpi yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya.
Cairan bening mengalir dari sudut matanya. Cepat-Cepat dia mengusapnya. Tapi, bukannya berhenti mengalir, air matanya malah semakin mengalir deras. Dalam sendirian dan keheningan malam di kamar tersebut, dia menangis penuh kesedihan.
KLEK!
Suara pintu terbuka dari luar, membuat Lara terkejut bukan kepalang. Aroma parfum Lio menyeruak masuk ke indra penciumannya. Lara cepat-cepat memejamkan mata, pura-pura tidur guna menghindari interaksi dengan pria mengerikan itu.
Dia kira Lio tidak akan pernah lagi datang ke kamar itu, tapi dugaannya salah.
tp kyanya lara pasti bisa mnerima calon logan, pling tidak ada sedikit sejarah lara yg mdh2an bisa bersikap bijak ya... krn perempuan mnjdi pihak yg dirugikan kl terjadi hal2 yg kurang baik....