Ina meninggalkan keluarganya demi bisa bersama Ranu, dengan cinta dan kesabarannya, Ina menemani Ranu meski masalah hidup datang silih berganti.
Setelah mengarungi bahtera selama bertahun-tahun, Ranu yang merasa lelah dengan kondisi ekonomi, memutuskan menyerah melanjutkan rumah tangganya bersama Ina.
Kilau pelangi melambai memanggil, membuat Ranu pun mantap melangkah pergi meninggalkan Ina dan anak mereka.
Dalam kesendirian, Ina mencoba bertahan, terus memikirkan cara untuk bangkit, serta tetap tegar menghadapi kerasnya dunia.
Mampukah Ina?
Adakah masa depan cerah untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
“Quina Salsabilla?” Anton menoleh ke arah semua yang ada di sana. “Gugatan cerai dari Quina Salsabila. Siapa Quina Salsabila?”
Yuli dan Ratna saling pandang. Mereka juga tidak mengenal pemilik nama tersebut. Sandy yang tangan dan matanya fokus pada ponsel, tapi telinganya mendengar obrolan mereka menggelengkan kepala sambil tersenyum sinis. Bola matanya memutar ke atas tak habis pikir dengan keluarga istrinya.
"Dasar keluarga durjana.setidak peduli itu mereka dengan kakak iparnya, hingga bahkan nama lengkapnya saja mereka tidak tahu? Sungguh miris keluarga ini."
“Itu kan nama Kak Ina?” celetuknya.
“Haaa?”
Celetukan yang terdengar dari mulut Sandy membuat mereka tidak percaya.
“Itu nama Si Udik?” seru Ratna.
“Kebagusan gak sih? Udik gitu namanya kaya anak konglomerat aja.” cibir Yuli. Tak suka Ina memiliki nama panjang yang lebih bagus darinya.
“Iya. Sok keren amat. Gak pantes. Harusnya cukup Suminah atau Painah gitu kan lebih cocok buat modelan seperti dia.” Ratna ikut mencibir tak suka.
“Ada apa sih Kalian ini? Berisik amat!” Bu Rahayu muncul dari belakang seraya mengeringkan tangan basahnya dengan kain lap yang kemudian dia sampirkan di pundak.
“Ini loh Bu. Ada surat untuk Mas Ranu dari pengadilan agama. Surat panggilan sidang. Ina menggugat cerai!” jawab Anton.
“Apa?” Bu Rahayu terbelalak tak percaya. “Dia menggugat cerai? Berani-beraninya perempuan tidak tahu diuntung itu.” Bu Rahayu sengaja melarang anaknya mengurus perceraian agar status Ina menjadi tidak jelas. Tapi kini datangnya surat gugatan dari Ina membuat harga dirinya bagai diinjak.
Tidak seperti itu yang dia ingin. Harusnya Ranu putranya yang tampan itu yang menceraikan Ina. Kalau seperti ini, mereka sudah kalah satu poin. Di mana mereka aka meletakkan wajah mereka jika ada yang tahu Ina yang menggugat cerai.
“Hillihhh, biarkan saja. Memangnya dia punya uang untuk biaya segala macam? Nanti kalau dia minta kita patungan bayar gak usah mau. Biar dia rasa pontang-panting cari uang.” Berusaha menghibur diri, Bu Rahayu memikirkan sesuatu yang seharusnya mustahil bagi Ina.
Hari itu, setelah menerima telepon dari Bi Hindun, Adam memang langsung menemui pengacara Raditya Sanjaya. Pengacara kepercayaan keluarga Wardhana.
Semua berjalan lancar di tangan Radit. Ina hanya diminta untuk menyerahkan berkas-berkas berupa, buku nikah asli, foto kopi buku nikah, foto kopi KTP milik Ina sebagai penggugat, foto kopi kartu keluarga, surat keterangan dari lurah di desa Ranu, yang Adam minta pada Adnan untuk mengurusnya, dan foto kopi akte kelahiran Andri, karena Adam juga menjelaskan bahwa dalam pernikahan mereka telah hadir seorang anak.
Dan hanya dalam waktu seminggu, surat panggilan sidang sudah datang ke alamat masing-masing. Hanya saja alamat Ina yang tertera di surat yang dikirim pada Ranu adalah alamat Bu Hindun. Bukan alamat rumah mereka yang ada di ibukota. Sidang juga akan dilakukan di pengadilan agama yang bertempat di kota kabupaten yang ada di daerah Ranu.
“Tidak usah beritahu Ranu. Biar dia tidak usah datang. Biar sidangnya kacau. Biar perempuan itu susah dapat surat cerai!” Dengan kesal Bu Rahayu Menghempaskan bokongnya di salah satu sofa.
“Iya, Bu. Aku setuju,” timpal Ratna. “Lagipula Mas Ranu juga sudah pulang ke kota.”
Sandy menoleh, tak percaya dengan pemikiran mereka. “Bukankah jika Mas Ranu tidak datang dalam tiga panggilan berturut-turut, justru lebih mudah bagi Kak Ina. Pengadilan akan mengambil keputusan secara verstek, karena Mas Ranu dianggap setuju.” Pria itu menyahuti celotehan mereka yang menurutnya layaknya badut. Tampaknya dalam keluarga itu memang hanya Sandy yang bisa berpikir waras dan rasional.
“Memangnya begitu, Mas?” tanya Ratna tak percaya.
“Ya iya lah begitu. Semua ada aturannya.” Sandy kemudian kembali fokus dengan ponselnya.
“Oh, kalau gitu, Bu. Bilangin saja Mas Ranu. Sidang pertama dia gak usah datang. Yang kedua baru datang. Nah sidang ketiga juga gak usah datang. Biar puyeng tuh si Ina.” Tiba-tiba Anton berseru dengan sebuah ide cemerlang.
“Iya, Bu. Begitu saja!” Yuli setuju dengan usulan suaminya.
Lagi-lagi fokus Sandy pada ponselnya terganggu dengan suara yang tak masuk akal baginya. Menoleh tanpa suara. “Bukankah itu nanti malah mas Ranu akan terkena teguran karena dianggap mempermainkan sidang?” Disimpannya sendiri hal itu dalam otaknya.
“Masa bodoh lah. Dasar keluarga minus akhlak mereka semua.” Tidak peduli. Lebih seru baginya bermain dengan ponselnya.
“Suami kamu itu loh, Rat. Kok kerjaannya hanya main HP saja kalau di rumah.” tegur Bu Rahayu.
“Biarin lah, Bu. Yang penting uang skincare ku ngalir terus.” Ratna tentu saja membela suaminya.
“Ai lap yu, Darling. Aku main hp kan juga menghasilkan walau tidak banyak.” Sandy mengerling genit ke arah istrinya. Tiba-tiba di otaknya muncul satu gagasan seru. Segera saja dia mengotak-atik hp-nya.
“Mana ada main HP menghasilkan. Yang ada justru ngabisin paketan.” Bu Rahayu kesal karena ucapan nya dibantah.
“Tidak percaya juga tidak apa-apa kok Bu. Bukan lagu wajib juga.” Sahut Sandy santai.
“Yank, sini Yank!” Sandy mengisyaratkan kepada istrinya untuk mendekat dan duduk di sebelah pahanya.
Merasa penasaran Ratna pun mendekat. Sandy memperlihatkan layar ponselnya pada Ratna. “Coba lihat Yank. Diantara koleksi-koleksi ini kamu pilih yang mana. Aku mau beli satu ini buat kamu.”
Ratna menutup mulutnya dengan telapak tangan, sedang dua matanya terbelalak sempurna. Yang sedang ditunjukkan oleh suaminya adalah koleksi perhiasan mahal. “Beneran kamu mau beli ini buat aku Mas?” tanyanya tak percaya.
“Iya dong. Kan aku sudah janji kemarin, kalau investasiku gol, aku akan belikan perhiasan buat kamu. Nah, ternyata itu beneran gol. Makanya ayo pilih. Kamu pasti makin cantik dengan perhiasan-perhiasan itu. Tapi satu set dulu aja ya, nanti kalau gol lagi aku belikan lagi.”
Ratna mengangguk dengan bahagia dan mulai memilih-milih. Sementara itu Bu Rahayu Anton dan Yuli saling pandang dengan pembicaraan sepasang suami istri itu. Investasi apa? Kenapa begitu mudahnya Sandy ingin membelikan perhiasan untuk Ratna.
***
“Apa, Bu? Ina menggugat cerai?” Ranu setengah tidak percaya. Laki-laki itu benar-benar syok mendengar berita yang baru saja disampaikan oleh ibunya. Kenapa yang terjadi tidak sesuai dengan yang dia harapkan.
Bukankah seharusnya Ina memohon padanya untuk membatalkan talak. Tapi kenapa malah wanita itu menggugatnya. Apakah itu artinya Ina benar-benar mantab untuk berpisah dengannya? Itu artinya Ina tak lagi cinta padanya. Kenapa rasanya sakit?
“Kenapa, Mas?” Tanya Siska yang tidak terlalu jelas mendengarkan pembicaraan mereka.
Ranu menoleh ke arah istri keduanya. “Ina mengajukan gugatan cerai.” Ucapnya lemah.
“Ya bagus dong. Bukankah dengan begitu dia yang keluar biaya? Itu kan yang jadi masalah kemarin?” Siska merasa aneh dengan perubahan raut wajah suaminya. Kenapa laki-laki itu tampak seperti tidak rela berpisah dengan istri tuanya.
Ranu terdiam. Dia tidak tahu harus bicara apa. Memang seperti itu maksud ibunya kemarin. Tetapi entah kenapa sekarang kegamangan itu semakin nyata dalam hatinya.
“Kamu merasa ragu, untuk cerai secara resmi dengan Ina, Mas?” Siska menerka-nerka.
“Tidak Yank. Bukan seperti itu. Aku hanya khawatir dengan Andri. Bagaimana dengan kehidupan anakku itu setelah kami berpisah. Ina kan gak bisa cari uang!” Ranu memberikan alasan.
Akan tetapi itu justru membuat Siska semakin merasa aneh. Selama ini Ranu tidak pernah peduli dengan anaknya. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba…
Tangan wanita itu terkepal dengan raut wajah yang berubah datar. “Aku tidak akan membiarkanmu mempermainkanku! Aku pasti akan melakukan sesuatu agar kalian secepatnya bercerai!!"
padahal belum tentu Ranu mau meresmikan pernikahannya.. pasti alasannya krn sayang duitnya.. 😅😅😅