Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11. Keras Kepala
...Tidak semua yang kasat mata itu benar adanya. Look like happy but not happy, look like okay but not okay...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Di ruang UKS yang sunyi, di sinilah Ratu berada. Duduk berdua bersama dengan seniornya yaitu Nathalie. Nathalie mendekatkan dirinya pada Ratu seolah ingin mengatakan sesuatu yang benar-benar rahasia.
"Gue mau kasih tahu tentang Raja, lebih tepatnya rahasianya dia. Jangan bilang siapa pun, oke?" kata Nathalie yang kini duduk di samping Ratu.
Ratu memamerkan lipatan di dahinya. "Kalau itu rahasia kenapa bilang sama Ratu? Berarti itu bukan rahasia lagi, dong, namanya," celetuknya.
Nathalie terdiam, Ratu memang gadis yang benar-benar lugu. "Wajar aja kalau Raja suka sama lo. Lo itu mirip banget sama ceweknya dia dulu, sikap lo yang lugu, cara bicara lo, bahkan tingkah lo beneran mirip sama dia," beber Nathalie.
Kening Ratu semakin berkerut tidak mengerti apa maksud ucapan Nathalie. "Maksud Kakak apa? Tolong jangan buat Ratu pusing, Kak," lirihnya.
Nathalie tersenyum simpul sembari terkekeh kecil. "Mungkin kalau udah waktunya lo bakalan paham siapa yang gue maksud. Oh iya, gue boleh minta tolong sama lo?"
Ratu hanya menggangguk, kepalanya masih terasa pusing. Ditambah dengan ucapan Nathalie yang penuh dengan teka-teki itu.
Nathalie meraih telapak tangan Ratu kemudian menatapnya lekat. "Gue minta tolong sama lo, tolong ubah pemikiran Raja. Gue mohon, Ratu. Cuma lo yang bisa mengubah pemikiran dia, gue harap lo paham apa yang gue maksud."
Kepala Ratu terasa semakin berat, seolah-olah kepalanya hendak terbelah menjadi dua bagian. "Ratu gak paham maksud Kakak apa. Pemikiran apa yang harus Ratu ubah, Kak? Emang pemikiran Kak Raja kayak apa?"
"Nanti lo bakalan paham sendiri. Oh iya, lo istirahat dulu di sini. Lo boleh ikutan kegiatan nanti malam aja sehabis shalat isya. Cepat sembuh, ya," ujar Nathalie kemudian mememerkan senyum manisnya.
Ratu mengangguk pasrah kemudian memejamkan kedua bola matanya berharap rasa pusingnya akan hilang selepas bangun. Nathalie kemudian keluar meninggalkan Ratu seorang diri, ia kembali ke area perkemahan sembari mencari keberadaan salah satu teman di regu Ratu agar menemani Ratu di ruang UKS.
...🍬...
Selepas sholat Isya Ratu duduk di depan tendanya, kini kondisinya sudah berangsur membaik. Mata cantiknya terus menatap sang Dewi Malam sembari mengulum permen di mulutnya.
Dewi Malam terus memancarkan cahayanya seolah tengah tersenyum pada Ratu, membuat gadis dengan lolipop yang menyumbat di bibirnya itu menitikkan air mata teringat akan orang yang amat ia sayangi. "Ratu kangen banget," lirihnya sendu.
"Berhenti nangis, lo bukan anak kecil lagi. Buruan kumpul ke sana, gua gak suka cewek lelet!" sarkas cowok bermata elang itu, siapa lagi jika bukan Raja pelakunya.
Ratu segera menghapus jejak air matanya dengan tangan mungilnya. Ia mendongak menatap Raja sembari berdecak. Cowok itu memang tidak bisa bersikap manis sedikit saja. "Kak Raja gak bisa kah bersikap lembut sedikit aja gitu, padahal orang lain lagi sedih. Kakak nyebelin banget jadi orang," cibirnya.
Raja terus menatap gadis dengan lolipop yang kembali menyumbat bibir gadis itu. "Kalau gua bersikap manis nanti baper, gua gak mau dosa gua bertambah."
Ratu kemudian beranjak dari posisinya lalu mendekat pada Raja. "Kenapa gitu, Kak? Emang kalau buat orang baper itu bisa buat dosa, ya? Kok Ratu baru tahu, sih?" celetuknya.
Sudut bibir Raja terangkat membentuk senyuman kecil di wajahnya. Selang beberapa detik ia melunturkan kembali senyum di wajahnya itu.
Dia polos atau bego? pikirnya.
"Membunuh tanpa menyentuh itu dosa. Cepetan kumpul sekarang teman lo di sana." Raja berjalan meninggalkan Ratu sendirian sembari menahan kesal. "Jadi cewek jangan lelet, gua paling gak suka cewek kayak lo!"
Ratu melemparkan tusuk lolipop ke dalam tempat sampah yang ada di dekat tendanya. Dengan langkah kecil ia mengekori Raja yang melangkah dengan langkah cepat. Ratu menatap punggung cowok itu dengan tatapan sendu.
Andai Kakak tahu gimana rasanya rindu sama orang yang gak bisa dijumpai, sakit banget, Kak. Rasanya itu lebih sakit dari dipatahkan oleh pujaan hati, ungkapnya dalam hati.
"Ngapain lo ngikuti gua? Kumpul sama teman lo di sana!" usirnya tegas.
Ratu masih menatap Raja lekat membuat cowok itu mengernyit. "Kak, bisa gak kalau Kakak gak kasar gitu sama orang? Bisa gak lembut sedikit sama cewek? Gak semua cewek itu baperan kayak yang Kakak pikir. Terkadang sikap Kakak itu justru menghancurkan hati orang lain tanpa Kakak sadari," lontarnya dengan nada tinggi kemudian ia kembali melangkah meninggalkan kebingungan di benak Raja.
Sebelum benar-benar menjauh, Ratu sempat berbalik pada Raja. "Semoga Kakak bisa lebih mengerti perasaan seseorang dan bisa lebih menghargai. Tidak semua yang kasat mata itu realita, Kak. Lihatlah dari sudut pandang yang berbeda dan Kakak akan mengetahui kebenarannya."
Raja terus menatap bingung ke arah gadis yang perlahan menjauh darinya. Ucapan gadis polos itu membuat hatinya seakan tertusuk. "Apa gua buat dia sakit hati? Emang apa yang gua lakuin? Ah, bodoamat," pungkasnya.
...🍬...
Ratu datang menghampiri Niara, Meyla, dan Alisya. Niara lalu menarik lengan Ratu sembari mengomeli dirinya dan memaksanya untuk kembali ke tenda karena udara malam ini memanglah dingin, namun tentu Ratu akan menolaknya dan dengan tegas ia tetap akan mengikuti kegiatan jurit malam.
"Kata Kak Nathalie Ratu boleh kok ikutan malam ini. Kalau Ratu enggak ikutan kegiatan terus buat apa Ratu ikut kemah ini? Gak seru dong nanti, Ratu juga udah gak pa-pa kok. Lihat, Ratu bisa senyum manis semanis lolipop, 'kan?" candanya berusaha mengurangi rasa khawatir dalam diri teman-temannya.
"Tapi ini dingin banget tahu. Nanti kalau lo demam lagi gimana?" Kali ini Meyla yang bersuara, ia benar-benar khawatir pada sahabat barunya itu.
Ratu menyengir kuda sembari meraih sesuatu dari dalam saku jaket tebalnya. "Tada ... Ratu punya lolipop yang bakalan jagain Ratu biar ngalihin rasa sakit."
Niara menjitak puncak kepala sahabatnya ini. Sedari dulu gadis di hadapannya memang tidak pernah berubah, selalu saja keras kepala. Bahkan lolipop pasti menjadi alasan andalan baginya, padahal lolipop tidak akan mampu menjaga kesehatan justru merusak kesehatan.
"Berhenti makan lolipop, ini cuma buat lo sakit, Ratu Mischa Ravelyn. Jangan keras kepala, deh, pengin cekik lama-lama," sambarnya sembari merebut permen lolipop dari genggaman Ratu.
Sontak Ratu memajukan bibirnya beberapa centi lantaran lolipop kesukaannya justru direbut oleh Niara. "Hmm ... gak pa-pa, deh. Ratu masih ada lagi!" serunya sembari mengeluarkan dua permen lolipop dari sakunya.
Meyla dengan sigap merebutnya kemudian memakan satu permen milik Ratu tanpa dosanya. "Uh, manis, makasih Ratu yang cantik dan imut tapi lebih imutan Meyla," kekehnya.
"Itu punya Ratu kenapa dimakan, sih? Bodoamat Ratu marah sama kalian!" decaknya.
"Makanya jangan keras kepala jadi orang! Lo di tenda aja, di sini itu dingin nanti lo sakit lagi gimana?" omel Niara dengan gaya layaknya emak-emak.
"Ya udah, sih, kalau dia mau ikut biarin aja ikut. Ribet amat kayaknya," sahut Alisya dengan wajah jutek.
Ratu kemudian tersenyum lebar mendengarnya berbeda dengan Niara dan Meyla yang tampak tak suka dengan perkataan Alisya. "Nah, benar kata Alisya. Makasih, Alisya baik, deh!" serunya.
"Tapi lo nanti kedinginan gimana? Kita gak ada yang bawa syal buat lo, Cha. Gue takut lo demam lagi, ih," geram Niara.
Tiba-tiba saja sebuah syal melingkar di leher Ratu, sontak mereka menoleh pada seorang cowok yang tengah menyengir pada Ratu. "Pakai aja daripada lo kedinginan gitu, jaga kesehatan lo. Kalau lo gak kuat lo balik aja ke tenda atau bilang sama gue gak pa-pa," ujar cowok itu kemudian melenggang menjauh dari kelompok Ratu.
"Makasih, Kak," balas Ratu sembari tersenyum simpul.
"Dia suka sama lo apa gimana, sih?" celetuk Niara menatap bingung cowok itu.
Meyla menatap Ratu dari atas hingga bawah kemudian menatap Ratu iri. "Ratu, enak banget lo banyak yang peduli dan suka sama lo. Bagi tips dong atau bagi-bagi cowok ganteng ke gue gitu, ya, 'kan, Ra?" seru Meyla sembari menyenggol lengan Niara.
Alisya hanya diam menyimak obrolan ketiga temannya itu. Ia merasa jengah dengan teman-temannya yang tampak begitu membanggakan Ratu. "Jangan baper dulu namanya juga senior wajar aja kalau perhatian."
Ratu mengangguk menyetujui ucapan Alisya begitu juga dengan Meyla. Hanya Niara yang masih kukuh dengan pendapatnya. Dirinya merasa aneh dengan Alisya akhir-akhir ini. "Kalau gitu kenapa perhatiannya cuma sama Ratu? Kenapa sama kita dianya gak peduli, hmm? Atau jangan-jangan lo—"
"Ih, tapi gue setuju ucapan Alisya. Wajar aja kalau Ratu dipeduliin, karena Ratu baru aja sakit, 'kan? Udah kita ke sana aja, yuk, kayaknya senior yang tampan kayak mantan gue itu udah mau mulai acaranya, deh," ajak Meyla.
"Huuu ... edisi gagal move on!" sambar Niara dan Alisya dibalas gelak tawa dari Ratu dan Meyla tentunya.
Saat Ratu hendak melangkah tiba-tiba saja ada seseorang yang merangkulnya. "Hai, kesayangan Dylan! Udah mendingan belum, nih? Perlu gue gendong, hmm?" godanya.
"Ih, Ratu bukan kesayangan Kak Dylan, ih. Cari doi baru aja sana, Ratu gak like buaya jadi-jadian kayak Kak Dylan," cetus Ratu dengan santainya.
Bukannya pergi, Dylan justru semakin menggoda Ratu hingga gadis itu kesal karenanya. Niara dan yang lain hanya menyimak aksi Dylan yang terus menggoda Ratu. Niara mengangkat sudut bibir kanannya mengetahui ada yang tengah terbakar api kecemburuan.
"Hei, kalau pacaran jangan di sini, kasihan ada yang cemburu," tegur Niara dan dibalas tatapan sinis dari sang empu.
Padahal yang cemburu gak cuma dia, keluh sang gadis dalam hatinya.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/