Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Ayo turun, kakek menunggu kita makan malam!", ajak Fazal pada istrinya. Aisha menoleh sekilas. Ia sibuk dengan benda pipihnya yang canggih itu.
"Duluan aja! Paling kalian mau bahas soal pelakor itu kan?", Aisha tersenyum remeh.
Fazal menghela nafas berat.
"Setidaknya kamu bisa mendengar semuanya Sha!", kata Fazal.
Aisha meletakkan ponselnya di atas kasur. Ia pun bergegas turun dari ranjang. Diikat nya asal rambut panjangnya yang hitam tersebut hingga lehernya terekspos.
Fazal masih bisa mengingat aroma gadis itu. Hingga saat Aisha melintas, Fazal menghentikan Aisha.
"Apa lagi?", tanya Aisha geram. Tadi Fazal mengajaknya makan, tapi sekarang di saat ia mau justru Fazal menahannya.
"Kalau kamu ngga pakai hijab, setidaknya jangan perlihatkan lehermu. Di rumah ini, bukan hanya aku lelaki dewasa Aisha! Hanya aku yang berhak melihat juga menyentuhnya", kata Fazal. Ia melepaskan ikatan Aisha.
Aisha memejamkan matanya dengan gigi yang bergemeletuk.
"Terlalu banyak aturan! Seharusnya kamu berkaca! Seperti apa kamu dengan Naura!", kata Aisha kesal. Ia pun merebut ikat rambutnya dari tangan Fazal.
Aisha kembali mengikatnya namun ia menyisakan sebagian rambut bagian bawah hingga leher belakangnya tak nampak.
"Puas!!??", sarkas Aisha. Fazal tersenyum. Meski terdengar menentang, nyatanya Aisha menuruti keinginannya.
Sepasang suami istri itu pun menuruni tangga. Ternyata di ruang makan semua anggota keluarga sudah duduk di kursi nya masing-masing.
"Lagaknya seperti nyonya besar!", sindir Binar pelan namun bisa di dengar oleh mereka semua yang ada di rumah itu termasuk Aisha.
Dengan santainya ia duduk di bangku yang biasa ia gunakan.
Melihat piring kakeknya masih kosong, Aisha menawarkan untuk mengisinya.
"Mau Aisha ambilkan nasi dan lauknya, Kek?", tanya Aisha. Entahlah, menurut Aisha hanya kakek tua itu yang nampak orang baik dan tak ada kepura-puraan.
"Boleh!", jawab Kakek Abid. Fazal tersenyum istrinya seperti sudah kembali seperti sebelumnya yang selalu mengisi piring kekeknya juga piringnya.
"Penjilat!", sindir Binar lagi. Adi menyikut lengan Binar agar tak mengatakan hal aneh-aneh lagi apalagi di depan keluarganya.
Aisha nampak cuek tak menanggapi ocehan Binar.
"Cukup, Sha!", kata kakek yang sudah merasa isi piringnya berlebihan. Aisha pun menyerahkan piring itu pada kakek. Baru selesai, Fazal menyerahkan piringnya pada Aisha.
Gadis itu melirik kesal.
"Mau lauk apa?", tanya Aisha.
"Apa pun aku mau, asal jangan terlalu banyak!", jawab Fazal. Kakeknya melirik sang cucu yang seolah sedang menertawakannya karena porsi yang Aisha berikan cukup banyak.
Selesai menghidangkan makanan untuk kakek dan suaminya, Aisha pun bermaksud mengambil untuk dirinya sendiri. Tapi saat ia akan mengambil lauk, Binar lebih dulu mengambilnya.
"Ini makanan kesukaan ku, kamu ambil lauk yang lain aja!", kata Binar. Semua menoleh pada Binar.
"Oh...ambil aja! Bisa makan nasi aja aku mah Alhamdulillah!", sahut Aisha. Ia mengambil lauk yang lain.
"Jangan keterlaluan, Binar! Seperti tidak pernah makan saja!", bisik Adi. Binar mengedikkan bahunya lalu menyantap makanan yang ia rebut dari Aisha.
Fazal dan kakek meletakan lauk itu bersamaan ke piring Aisha. Gadis itu menoleh bergantian pada kakek dan suaminya.
"Kakek kurang suka!", kata Kakek Abid tanpa di tanya.
"Punya mas dua, buat kamu aja yang satu!", kata Fazal.
Eva dan Binar memberengut karena Abid dan Fazal kompakan seperti itu.
"Makasih kek!", kata Aisha. Fazal melirik sekilas karena heran kenapa hanya kakek yang mendapatkan ucapan terimakasih.
Makan malam usai, kakek meminta mereka semua berkumpul untuk membicarakan masalah Fazal dan Naura.
Kakek dan Ayah Fazal tak heran jika Aisha tampak biasa saja. Di pikiran mereka, Aisha masih hilang ingatan.
"Menurut Eva, Fazal harus bertanggung jawab atas kehamilan Naura, Yah, Mas!", kata ibu mertua Aisha.
Aisha yang duduk di samping Fazal nampak biasa saja.
"Untuk apa aku mempertanggungjawabkan yang ngga pernah aku lakuin, ibu....!", Fazal tersulut emosi. Ibunya sangat memihak Naura.
"Memangnya kami perlu melihat adegan dewasa antara kamu dan Naura, begitu?", tanya Eva.
"Eva!", Firman sedikit membentaknya.
"Adegan apa bu? Demi apa pun, aku ngga pernah melakukan hal begitu pada Naura!", Fazal tetap kekeh jika ia tak melakukan hubungan badan dengan Naura apa lagi sampai membuatnya hamil.
"Pria beristri kalau selingkuh memang nya mau ngapain? Cuma makan di luar, nonton ?", tanya Binar. Ia pun berpihak pada Naura yang di rasa lebih pantas menjadi iparnya. Selain karena penampilannya, Binar juga cukup baik mengenalnya.
"Mba ngga usah ikut-ikutan ya!", Fazal berdiri tapi Aisha menariknya hingga lelaki itu kembali duduk.
"Dia punya bukti kalian sering check ini, punya bukti video. Apa lagi? Masih mau mengelak? Kamu tega dengan darah daging mu sendiri? Mau melenyapkannya?", tanya Eva.
Fazal berdecak kesal.
"Lagian ya ...kamu nikah sama anak kampung itu juga belum punya anak juga kan?", tanya Binar sambil tersenyum remeh.
Aisha terkekeh kecil.
"Mas Fazal memang belum pernah menyentuhku! Wajar kalau aku tidak hamil. Toh, memang selama ini waktunya lebih banyak untuk Naura. Tapi ngomong-ngomong, kayaknya mba Binar sama mas Adi duluan deh yang nikah. Kalian juga belum punya anak kan?", tanya Aisha yang cukup menohok.
Binar melebarkan matanya.
"Kamu....!", Binar berdiri siap menghampiri Aisha tapi Adi menahannya.
"Apa maksudnya Fazal?", tanya Firman. Bagaimana bisa Fazal belum pernah menyentuh Aisha padahal sudah dua tahun lamanya mereka menikah.
"Itu...itu....?!", Fazal sampai tak bisa berkata-kata.
"Maaf ya Ayah, kakek, ibu dan mba Binar! Ngga usah lah terlalu menyalahkan mas Fazal! Lagi pula aku sama sekali tidak keberatan kok, beneran!", kata Aisha santai.
Fazal menatap sang istri dengan tatapan yang sulit di artikan. Ingin marah seperti dulu-dulu, tapi masalahnya Aisha yang sekarang tak bisa lagi di tindas dengan kata-kata kasar.
"Aisha....!", kakek Abid prihatin mendengar Aisha berkata seperti itu dengan mimik wajah tenangnya.
"Untuk masalah Naura, ngga usah ribet! Ajak Naura ke rumah sakit. Periksa usia kehamilannya. Cocokkan dengan video yang katanya dia punya. Beres!", kata Aisha.
Fazal menggeleng pelan.
"Aku ngga pernah melakukan hal kotor begitu, Sha!", Fazal mulai putus asa meyakinkan Aisha.
"Iya, ayah juga berpikir seperti itu!", kata Firman.
"Lagian...logika aja ! Dia punya bukti check in lah, video lah...itu artinya dia emang udah nyiapin ini semua. Bisa saja karena dia ngga terima mas Fazal mau melanjutkan pernikahan kami ini. Ya kan?", tanya Aisha dengan santai.
Gadis itu menatap jam klasik yang ada di ruangan itu. Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam kurang sepuluh menit.
Eva tak bisa berkata-kata. Kalau suami dan mertuanya yang turun tangan langsung, ia yakin semua akan clear. Apakah Naura berbohong atau tidak!?!
"Aku balik ke kamar dulu! Selamat malam!", pamit Aisha. Gadis itu berlari kecil menuju ke kamarnya. Ia tak memperdulikan lagi yang keluarga suaminya bahas.
Ternyata Fazal menyusul di belakang Aisha. Gadis itu mengganti piyama nya dengan sweater besar juga celana panjang.
Meski masih agak sulit, ia memaksakan diri memakai hijab sportnya.
"Kamu mau ke mana Sha?", tanya Fazal yang heran dengan penampilan Aisha. Gadis itu memasukkan ponsel dan dompet kecilnya ke dalam saku sweater yang ada di depan perutnya.
"Pengen jalan-jalan!", sahut Aisha singkat.
"Ini udah malam, Sha!", Fazal menahan istrinya. Aisha melihat pergelangan tangannya yang di tahan Fazal.
"Aku ngga ngijinin kamu pergi!", kata Fazal.
"Aku ngga butuh ijin kamu!", kata Aisha melepaskan tangan Fazal. Gadis itu mengambil kunci roda duanya dan keluar dari kamar.
Fazal pun buru-buru menyusul sang istri. Keluarga Abidzar masih membahas masalah Fazal dan Naura. Tapi perhatian mereka teralihkan pada Aisha yang keluar dengan buru-buru di susul Fazal di belakangnya.
"Biarkan saja! Mungkin mereka akan menyelesaikan masalah berdua!", ujar Abid. Firman mengangguk pelan. Sedang Adi, menantu di keluarga itu hanya bisa diam karena ia tak di mintai pendapat apa pun.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih 🙏