Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5.
Semenjak Austin melihat Rudolf melakukan hal yang tidak pernah di lihatnya, ia jadi terbiasa melihat Rudolf menghajar anak buahnya yang berkhianat, selama ia tinggal memulihkan kesehatannya di Mansion Rudolf.
"Sepertinya kesehatan mu sudah pulih, dan kamu sudah dapat berjalan dengan baik, hari ini aku akan mengantar mu untuk menemui keluarga mu, nak!"
Akhirnya Rudolf memperbolehkan Austin untuk kembali ke keluarganya, penolongnya saat ia berusia sepuluh tahun. Senyuman Austin mengembang, ia sangat senang sekali mendengar apa yang dikatakan Rudolf.
"Baik, Paman!" ucapnya dengan nada gembira.
"Ayo!"
Johan Asisten Rudolf membuka pintu mobil untuk mereka berdua, dan mobil pun meluncur menuju alamat rumah susun tempat tinggal baru keluarga nya.
Sesampainya mereka di rumah susun, Austin tidak sabaran menanyakan keberadaan rumah Erick, di lantai keberapa kepada seorang Petugas rumah susun tersebut.
"Coba naik ke lantai lima, tanya saja kepada siapa saja yang anda temui di lantai tersebut!" jawab Petugas kepada Austin.
"Terimakasih, Tuan!"
Dengan cepat Austin menuju tangga. Dengan langkah cepat ia bergegas menaiki tangga. Dan sesampainya di lantai lima, ia pun menyebutkan nama Erick, warga yang baru pindah dari perumahan sederhana yang telah di gusur.
"Oh, rumahnya yang itu, tapi sekarang mereka tidak ada di sana, kalau tidak salah kemarin orang tua Erick jatuh pingsan, Erick membawanya ke rumah sakit, katanya orang tuanya terkena serangan jantung!"
Austin jatuh terduduk mendengar tentang kondisi orang tua Erick, ia tahu orang tua Erick sudah sangat tua, dan sering sakit-sakitan akhir ini.
Yang ia tidak sangka orang tua Erick, sudah ia anggap keluarga mengalami kondisi kesehatan yang semakin parah. Baru beberapa hari mereka berpisah, keadaan mereka membuat ia tidak bisa menerima keadaan.
"Ke rumah sakit mana kak Erick membawa Paman dan Bibi?" tanya Austin kembali tersadar dengan akan situasi yang di hadapi Erick.
"Rumah sakit terdekat!" jawab pria itu.
"Oh, terimakasih, Tuan!" Austin menyeka air matanya.
Ia pun bergegas dengan setengah berlari menuruni anak tangga, dan di pelataran rumah susun ternyata Rudolf belum pergi.
"Paman!" Austin merasa terharu melihat pria dewasa itu masih belum beranjak, setelah mengantarkannya ke rumah susun tersebut.
"Kenapa turun? apakah tidak ketemu dengan keluarga mu?" tanya Rudolf dengan rasa peduli akan keadaan Austin.
"Paman dan Bibi ku terkena serangan jantung, kak Erick membawanya ke rumah sakit terdekat!" jawab Austin dengan nada yang begitu cemas.
"Ayo, biar aku antar kamu ke sana!" ujar Rudolf.
Johan dengan cepat membuka pintu mobil, lalu Rudolf masuk, dan kemudian di susul Austin masuk ke dalam mobil.
Tidak berapa lama mereka memasuki pelataran rumah sakit terdekat, dan Austin dengan cepat keluar dari dalam mobil.
Begitu ia berada dalam lobby rumah sakit, ia langsung menuju bagian resepsionis medis mencari tahu keberadaan Paman dan Bibinya.
Lima menit mencari nama pasien pada daftar pasien, akhirnya Austin menemukan keberadaan Paman dan Bibinya.
Pertemuan yang sangat mengharukan, saat ia akhirnya bertemu dengan keluarga nya tersebut, hingga ia memeluk Erick dengan erat saking senangnya.
"Keadaan mereka sangat parah, karena kami tidak menemukan kamu saat rumah kita di gusur, mereka sangat cemas sampai pingsan begitu sampai di rumah baru kita!" Erick menceritakan keadaan orang tuanya, kenapa bisa sampai terkena serangan jantung.
"Aku memang bodoh! dasar sampah! tahunya berkeluyuran saja hingga pulang tidak sadar pemukim rumah kita di gusur!" Austin menangis, lalu menampar wajahnya dengan kencang.
Plak! plak!
Kiri dan kanan dengan kuat, ia melayang kan tangannya menampar wajahnya. Erick dengan cepat menahan tangan Austin yang akan kembali menampar wajahnya.
"Stop! sudah Austin! itu bukan salah kamu! itu salah kami karena lupa memberitahukan padamu, kalau rumah kita akan di gusur, aku yang salah tidak segera mencari kamu!"
Erick memegang tangan Austin dengan erat, agar Austin tidak menyakiti dirinya lagi. Dan mereka pun kemudian saling menangis sedih, memandang tempat tidur pasien di mana ke dua orang tua Erick berbaring.
"Sejak dari rumah mereka belum siuman sampai sekarang!" kata Erick melihat kondisi orang tuanya yang belum siuman.
Tubuh Austin bergetar oleh rasa tidak rela, seandainya hal yang tidak ia inginkan terjadi pada ke dua orang tua Erick, yang sudah begitu perhatian dan menyayanginya selama ini.
Bersambung......
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗
lanjut