Seorang gadis cantik, jenius dan berbakat yang bernama Kara Danvers bekerja sebagai agen ganda harus mati di karena dikhianati oleh rekannya.
Namun, alih-alih ke alam baka. Kara malah bertransmigrasi ke tubuh bocah perempuan cantik dan imut berusia 3 tahun, dimana keluarga bocah itu sedang di landa kehancuran karena kedatangan orang ketiga bersama dengan putrinya.
"Aku bertransmigrasi ke raga bocil?" Kara Danvers terkejut bukan main.
"Wah! Ada pelakor nih! Sepertinya bagus di beri pelajaran!" ucap Kara Danvers menyeringai dalam tubuh bocah cilik itu.
Apa yang yang akan dilakukan sang agen ganda saat di tubuh gadis cilik itu dan menggemaskan itu. Yuk mari baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelidikan Si Bocil Vara
Sinar bulan menerobos melalui celah tirai kamar Vara. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun bocah tiga tahun itu tidak tampak lelah sama sekali.
Selvira, yang baru saja menyuruh anaknya tidur, menatapnya dengan lembut.
"Vara, sayang, ini sudah malam. Tidur ya? Besok kamu kan harus ikut ibu ke kantor lagi," ucap Selvira sambil mengecup keningnya.
"Iya, Mama," jawab Vara manis, bersembunyi di balik selimut. Ia menunggu ibunya keluar dari kamar sebelum rencana aslinya dimulai.
Begitu Selvira menutup pintu, mata Vara langsung terbuka, penuh semangat. Dalam tubuh bocah mungil itu, jiwa seorang agen ganda yang sudah terbiasa dengan misi-misi berbahaya tidak pernah berhenti bekerja.
Vara menarik selimut, melompat dari tempat tidur, dan menghampiri meja kecilnya yang berisi peralatan komputer canggih yang ia rakit sendiri.
"Baiklah," bisik Vara sambil duduk di kursi, jari-jarinya menari di atas keyboard mini. Saatnya mencari tahu siapa sebenarnya kedua pria itu. Mereka mendekati Mama, jadi aku harus memastikan niat mereka murni! pikir Vara serius.
Layar monitor memantulkan wajah mungil Vara yang serius. Ia memulai pencariannya dengan Andrian, pria yang lebih sering menunjukkan keramahannya setiap kali bertemu Selvira. Nama lengkap Andrian muncul di layar.
"Andlian Soedilo," gumam Vara sambil membaca data yang mulai muncul. "CEO muda, lulusan universitas ternama, dan ... tunggu, apa ini?"
Vara mengernyit saat menemukan lebih banyak informasi.
Andrian ternyata adalah tulang punggung keluarganya. Ia harus menghidupi kedua orang tuanya yang sudah pensiun, seorang adik yang masih kuliah, dan seorang saudara lain yang terus-menerus meminta bantuan finansial.
"Genelasi candwich," ucap Vara sambil mendengus pelan. "Tidak mudah menjadi dia. Tapi ... tellalu banyak belgantung pada kelualganya bisa jadi kelemahan," gumam Vara menggeleng pelan.
Vara terus menggali informasi. Ternyata, Andrian pernah mengakhiri hubungan serius dengan seorang wanita karena keluarganya tidak setuju dengan latar belakang wanita tersebut.
Ini masalah besar! pikir Vara sambil mengetuk dagunya. Kalau keluarganya tidak menyukai Mama, dia mungkin akan memilih keluarganya daripada Mama. Apalagi keluarga mereka sering berfoya-foya, mungkin mereka hanya akan mengeruk kekayaan kakek! pikir Vara lagi.
Setelah selesai dengan Andrian, Vara beralih ke target berikutnya. Leonardo Vincent. Pria yang selalu tampak dingin dan penuh misteri ini menarik perhatiannya sejak awal. Jari-jarinya dengan lincah mengetik nama Leonardo di sistem pencariannya.
Data tentang Leonardo mulai bermunculan, dan salah satu informasi awal membuat Vara mengernyitkan dahi.
"Dia mafia?" gumam Vara. Ia membaca lebih lanjut, dan semakin banyak data yang ia temukan, semakin menarik pria ini tampak.
Leonardo ternyata adalah pemimpin sebuah sindikat mafia internasional. Perusahaannya yang bergerak di bidang properti hanyalah kedok untuk menyembunyikan operasi gelapnya.
Namun, meskipun memiliki latar belakang kelam, Leonardo dikenal sebagai pemimpin yang adil dan tidak menyentuh orang-orang yang tidak bersalah.
Menarik! pikir Vara sambil tersenyum kecil.
Selain itu, ia menemukan fakta bahwa Leonardo memiliki seorang ibu dan saudara tiri, tetapi ia tidak pernah tunduk pada mereka.
Ibu tiri Leonardo dikenal ambisius dan suka mencoba mengontrol hidup Leonardo, tetapi ia selalu melawan.
"Dia belbeda dali Andlian," gumam Vara. "Leonaldo tidak takut untuk membuat keputusan cendili. Tapi, apakah cici gelapnya bisa ditelima oleh Mama?" tanya Vara pada dirinya sendiri.
Ketika menggali lebih dalam, Vara menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Ternyata, Leonardo memiliki hubungan dengan keluarganya. Orang tua Leonardo dan kakek Vara, Tuan Anggara Prameswari, adalah sahabat lama.
"Tunggu ... apa kakek tahu tentang ini?" Vara mengernyitkan dahi. "Kalau iya, kenapa kakek tidak pelnah bilang apa-apa?"
Vara memutuskan untuk menyimpan fakta ini untuk sementara waktu. Ia ingin mendengar langsung dari kakeknya sebelum mengambil kesimpulan lebih jauh.
Setelah mengumpulkan semua informasi, Vara mematikan komputernya dan duduk bersandar di kursinya. Ia merenungkan semua yang ia pelajari malam itu.
Andrian baik hati dan pekerja keras, tapi terlalu bergantung pada keluarganya. Kalau keluarganya tidak suka pada ibu, hubungan mereka pasti akan rumit! pikir Vara.
Ia kemudian memikirkan Leonardo.
Leonardo punya sisi gelap, tapi dia mandiri dan kuat. Dia juga memiliki latar belakang yang sama dengan kakek. Jika dilihat dari sudut pandang perlindungan, Leonardo lebih cocok untuk Mama! pikir Vara lagi.
Namun, Vara tahu bahwa ini bukan keputusannya. Selvira berhak memilih siapa yang akan menjadi pasangannya. Tapi sebagai anak, Vara merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pria yang mendekati ibunya adalah yang terbaik.
Pagi harinya, Vara memutuskan untuk berbicara dengan kakeknya, Tuan Anggara. Setelah sarapan, ia menghampiri sang kakek yang sedang membaca koran di ruang keluarga.
Kebetulan Selvira belum berangkat ke perusahaan, karena memiliki pekerjaan yang harus diurus lebih dulu.
"Glandpa," panggil Vara sambil memanjat sofa besar di sebelahnya.
Tuan Anggara menurunkan korannya dan menatap cucunya dengan senyum kecil. "Ada apa, bocah kecilku? Kau terlihat serius," ujar Tuan Anggara sambil membantu sang cucu untuk duduk.
"Glandpa tahu tentang om Leonaldo Vincent, kan?" tanya Vara tanpa basa-basi.
Senyum Tuan Anggara sedikit memudar, digantikan oleh tatapan yang lebih serius. "Tentu saja. Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Tuan Anggara menaikkan salah satu alisnya.
"Dia mafia, cama cepelti Glandpa cekalang," ucap Vara dengan nada penuh keyakinan. "Kenapa Glandpa tidak pelnah bilang kalau kelualga kita punya hubungan dengan dia?" tanya Vara penasaran.
Tuan Anggara terdiam sejenak sebelum menjawab. "Karena itu bukan sesuatu yang perlu ibu atau kamu ketahui sekarang. Tapi jika Leonardo mendekati ibumu, aku harus tahu apa yang ada di pikirannya," ujarnya.
Vara mengangguk kecil. "Vala cudah mencali tahu. Dia memang belbahaya, tapi dia juga mandili dan tidak tunduk pada kelualganya. Kalau dibandingkan dengan om Andlian, aku laca om Leonardo lebih kuat," ujarnya serius.
Tuan Anggara terkekeh pelan. "Kau benar-benar cucuku. Bahkan di usiamu sekarang, kau sudah berpikir seperti orang dewasa. Tapi ingat, pilihan tetap ada di tangan ibumu."
Tuan Anggara memang sudah mengetahui bakat sang cucu yang ternyata ahli IT. Tentu karena kejadian pencurian uang yang hampir dilakukan Delon, tuan Anggara jadi mengetahui jika Vara lah yang menggagalkan rencananya.
Malam harinya, setelah sehari penuh ikut dengan sang ibu, Selvira ke perusahaan. Vara juga masih melakukan penyelidikan diam-diam, terhadap kedua pria yang dekat dengan ibunya.
Andrian dan Leonardo, pikir Vara sambil memandangi langit-langit kamar. Siapa pun yang Mama pilih, aku akan pastikan dia adalah pria yang tepat, Vara bertekad dalam hatinya.
Aku berjanji akan melindungi keluarga baruku, apapun yang terjadi! pikir Vara.
Dengan senyuman kecil di wajahnya, Vara akhirnya memejamkan mata, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya.