NovelToon NovelToon
Kode Rahasia Di Hati

Kode Rahasia Di Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.

Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Make Over

Lucy sedang duduk di kursinya, sibuk menyelesaikan dokumen yang perlu ditinjau sebelum diajukan kepada Evans. Suara ketikan keyboard memenuhi udara di sekitar ruangannya. Fokusnya begitu intens hingga ia hampir tidak mendengar dering pelan dari ponselnya di meja. Baru saja ia meraih ponsel untuk memeriksa pesan yang masuk, pintu ruangan Evans terbuka, dan pria itu melangkah keluar.

“Lucy,” panggil Evans, suaranya tegas namun santai.

Lucy segera meletakkan ponselnya dan berdiri, menghadapkan diri kepada bos sekaligus ‘kekasih’ palsunya. “Ya, Tuan Dawson?”

“Siapkan dirimu. Malam ini ada pesta perusahaan penting. Aku membutuhkanmu untuk berperan sebagai kekasihku. Ini bukan sekadar formalitas. Akan ada banyak klien besar dan investor yang harus kita temui.” Evans menatap Lucy dengan serius.

Lucy mengangguk dengan profesionalisme yang terlatih. “Dimengerti, Tuan Dawson. Apa yang harus saya lakukan untuk mempersiapkannya?”

“Kau akan diantar ke butik sore ini untuk memilih gaun yang sesuai, dan akan dirias oleh stylist yang sudah aku pesan. Pastikan kau siap pukul empat.”

Lucy mencatat semua detail itu dalam benaknya, meskipun ia merasa sedikit kesal. "Tugas kekasih palsu memang bukan pekerjaan mudah," pikirnya sambil tersenyum kecil.

Evans mengamati Lucy sesaat sebelum beranjak kembali ke ruangannya. “Aku ingin malam ini berjalan lancar. Jangan buat kesalahan.”

Lucy menahan tawa kecil. "Kesalahan? Aku? Tidak mungkin," gumamnya pelan.

Setelah Evans kembali ke ruangannya, Lucy mengambil ponselnya dan memeriksa pesan yang masuk. Itu dari Jenna.

“Kami mendapatkan informasi tambahan tentang pria yang kau lihat. Akan kuberitahu lebih detail nanti malam. Fokus pada tugasmu untuk saat ini, dan tetap awasi setiap pergerakan mencurigakan.”

Lucy mendesah pelan. Tugas-tugasnya seolah terus bertumpuk tanpa henti. Sebagai sekretaris, kekasih palsu, dan agen rahasia. "Oke, pesta malam ini harus sempurna. Saatnya menggali lebih dalam lagi," pikirnya dengan penuh semangat.

Lucy kembali ke pekerjaannya, menyelesaikan tugas-tugasnya secepat mungkin agar bisa bersiap tepat waktu untuk acara malam itu. Jam menunjukkan pukul 3:30 sore ketika dia akhirnya menyelesaikan dokumen terakhir dan mulai merapikan mejanya.

Brandon berjalan ke arah meja sekretaris, di mana Lucy sudah berdiri dengan tas kecil di tangannya, siap untuk pergi. Penampilannya yang sederhana tetap memancarkan aura percaya diri yang tidak dapat diabaikan.

“Lucy, kau sudah siap?” tanya Brandon dengan senyum tipis.

Lucy mengangguk. “Sudah, Tuan Brandon. Mari kita berangkat.”

Brandon membuka jalan, mengantarnya keluar menuju mobil perusahaan yang sudah disiapkan. Di sepanjang perjalanan, suasana cukup tenang. Lucy memanfaatkan waktu untuk memikirkan strategi malam ini, sementara Brandon fokus menyetir.

“Jadi, butik ini milik Tuan Evans?” tanya Lucy, memecah keheningan.

Brandon tersenyum singkat. “Ya. Dia jarang memamerkannya, tapi butik itu salah satu investasinya. Kau akan menemukan semuanya di sana sesuai kebutuhan pesta malam ini.”

Lucy mengangguk, mencatat informasi itu di benaknya. "Evans memang pria penuh kejutan," pikirnya.

Setibanya di butik, Brandon membukakan pintu mobil untuk Lucy dan mengantarnya masuk. Para staf butik segera menyambut dengan ramah dan profesional, seolah sudah diberi pengarahan sebelumnya.

“Selamat datang, Nona Lucy. Kami sudah menyiapkan beberapa pilihan gaun untuk Anda,” kata seorang stylist sambil mempersilakannya masuk ke ruang ganti eksklusif.

Lucy mencoba beberapa gaun, sementara stylist memberi masukan tentang warna dan potongan yang paling sesuai untuknya. Akhirnya, mereka sepakat pada sebuah gaun elegan berwarna hitam dengan aksen perak, yang memancarkan kesan anggun dan profesional.

Brandon yang menunggu di lounge butik hanya bisa mengangguk puas ketika Lucy keluar dengan gaun tersebut. “Tepat seperti yang kubayangkan. Kau akan membuat semua orang terkesan malam ini.”

Lucy hanya tersenyum kecil. "Tentu saja. Itu bagian dari tugas."

Setelah selesai memilih gaun, mereka kembali masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke hotel mewah tempat pesta berlangsung.

Di hotel, Brandon mengantar Lucy ke salah satu kamar eksklusif yang sudah disiapkan untuknya. Seorang makeup artist dan hairstylist sudah menunggu di sana untuk merias Lucy.

“Saya akan kembali setelah ini,” kata Brandon sebelum pergi. “Tuan Evans sudah menunggu di lantai bawah.”

Lucy mengangguk sebelum menutup pintu kamar. Ia memandang ke cermin besar di ruangan itu, membayangkan peran yang harus ia jalankan malam ini.

Stylist mulai bekerja dengan hati-hati, memperhatikan setiap detail dari penampilan Lucy. Sebelum memulai, sang makeup artist yang sudah berpengalaman itu memperhatikan wajah Lucy dengan saksama dan berkata, “Nona Lucy, Anda ini luar biasa cantik bahkan tanpa makeup. Kulit Anda bersih, wajah Anda tegas, dan mata Anda begitu memikat. Sejujurnya, saya jarang menemukan klien dengan kecantikan alami seperti Anda.”

Lucy hanya tersenyum kecil menanggapi pujian itu. "Terima kasih, Anda terlalu berlebihan," balasnya dengan nada rendah hati. Tapi, di dalam hati, ia tahu bahwa penampilan adalah salah satu aset yang dimanfaatkan organisasinya dalam banyak misi.

Makeup artist memulai pekerjaannya, mengaplikasikan primer untuk menyempurnakan kulit wajah Lucy sebelum menambahkan riasan lainnya. Ia memilih gaya makeup yang elegan namun tidak berlebihan, menonjolkan keindahan alami wajah Lucy. Sentuhan warna nude pada bibir dan sedikit shimmer pada kelopak mata membuat wajahnya tampak bersinar di bawah cahaya lampu.

“Luar biasa,” gumam stylist, sambil memeriksa hasil makeup dari berbagai sudut. “Wajah Anda sangat fotogenik. Dengan sedikit sentuhan ini, Anda benar-benar tampak sempurna.”

Setelah makeup selesai, giliran hairstylist yang bekerja. Ia memutuskan untuk menata rambut Lucy dengan gaya sanggul modern yang dihiasi sedikit gelombang di bagian bawah. Rambutnya disisir rapi, dan beberapa helaian kecil dibiarkan menjuntai untuk menambah kesan lembut. Hairstylist bahkan memasukkan aksesori kecil berbentuk kristal di sisi rambut, menambahkan sentuhan glamor.

“Semua selesai,” kata hairstylist dengan senyum bangga, sambil mundur selangkah untuk melihat hasil akhirnya. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak memuji lagi, “Saya sudah bekerja selama bertahun-tahun, tapi ini salah satu hasil terbaik yang pernah saya lihat. Anda seperti bintang yang turun dari langit.”

Lucy berdiri dari kursinya dan berjalan menuju cermin besar di kamar itu. Ia mengamati dirinya sendiri dengan saksama. Refleksi di cermin menunjukkan seorang wanita yang penuh percaya diri dan memancarkan aura yang tidak bisa diabaikan. Gaun hitam elegan dengan aksen perak membalut tubuhnya dengan sempurna, mempertegas keanggunannya. Rambutnya yang ditata rapi menambah kesan formal, sementara makeupnya membuat wajahnya tampak bercahaya.

Stylist yang berada di belakang Lucy bahkan saling berbisik, membicarakan betapa menakjubkannya penampilan Lucy. Mereka tidak menyangka, wanita yang pada awalnya terlihat biasa ini bisa berubah menjadi sosok yang memukau, bahkan tanpa usaha berlebihan.

Lucy menarik napas panjang dan mengambil tas kecilnya dari meja.

Sebelum keluar dari kamar, ia menoleh ke arah para stylist dan berkata dengan senyum tipis, “Terima kasih atas kerja keras kalian. Ini benar-benar luar biasa.”

“Senang bekerja untuk Anda, Nona Lucy,” balas mereka hampir bersamaan.

Dengan langkah mantap, Lucy membuka pintu kamar dan berjalan menuju lift untuk bertemu Evans yang sudah menunggunya di bawah. Aura percaya diri yang ia pancarkan seakan membuat semua mata yang melihatnya tak bisa berpaling.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!