Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Bug......
"Bajingan...!" Umpat Sean marah. "Kenapa kau memukul aku hah?" Sean bertanya pada Leon dengan nada tinggi.
"Yang kau pikir kamar mu dan Amara berada di lantai tiga jika kalian bercinta tidak terdengar. Di mana otak mu hah? bisa-bisanya kau membuat kamar tidak kedap suara."
Sean terdiam sejenak mencerna perkataan Leon.
"Maksud mu?" Tanya Sean gugup menahan malu.
"Semua orang sibuk mencari istri mu setelah ketemu malah kau yang enak sendiri. Kalau kamar mu tidak kedap suara, minimal jangan bersuara."
"Makanya nikah, iri malah mukul orang!" Sean malah mengejek Leon
Leon yang masih kesal langsung keluar dari ruangan Sean. Tak berapa lama Sean memutuskan untuk pulang, ada sesuatu yang harus ia lakukan sekarang.
Beberapa jam kemudian Sean sudah kembali ke mansion dengan membawa beberapa barang yang membuat Amara heran apa lagi barang tersebut di pasang di kamarnya.
"Apa itu?" Tanya Amara penasaran.
"Peredam suara," jawab Sean.
"Kenapa di beri benda seperti itu?" Tanya Amara lagi.
"Dinding kamar ini bukan dari tembok jadi, aku ingin memberi peredam suara biar tidak ada orang yang bisa mendengar suara kita saat di dalam kamar."
"Ah, terserah kau lah!" Seru Amara kemudian ia duduk di sofa sambil memperhatikan suaminya.
"Kenapa kamar utama di rombak?" Tanya Amara penasaran.
"Bekas Alena, makanya aku ubah bentuk dan gayanya setelah kamar itu selesai kita akan pindah ke lantai dua."
"Aku sudah nyaman dengan kamar ini," ujar Amara.
"Tidak bisa, kau harus pindah ke kamar utama nanti."
"Gak mau!" Tolak Amara.
"Kenapa?"
"Kamar memadu cinta kita yang pertama. Aku tidak ingin pindah dari kamar ini."
Sean membuang nafas kasar.
"Kamar yang aku buat sekarang jauh lebih bagus dan mewah."
"aaah,....terserah sajalah!" Seru Amara jengkel. "Katanya mau memberitahu ku sisa rahasia mu, kapan?"
"Sebentar, lima menit lagi."
"Kenapa kau percaya pada ku?" Tanya Amara.
"Karena kau istri ku," jawab Sean dengan santainya.
"Jika aku berkhianat sama seperti istri pertama mu, bagaimana?"
"Aku yakin jika kau tidak akan berkhianat dari ku. Ayo....!!" Ajak Sean.
Sean mengajak Amara turun ke lantai dua lalu masuk kedalam ruang kerjanya.
"Apa kau tidak penasaran dengan ruangan ini?" Tanya Sean.
"Hanya ruangan kerja, kenapa aku harus penasaran?" Amara balik bertanya.
"Alena sangat penasaran dengan ruangan ini. Bedanya kau dan dia, jika kau lebih penasaran pada hutan dan danau sedangkan dia lebih penasaran dengan ruangan ini." Terang Sean membuat Amara bingung.
"Kenapa dia penasaran dengan ruangan kerja seperti ini?"
Tiba-tiba.....
Ssssssst........
Amara terkejut saat melihat lantai di bawah meja terbuka.
"Sayang, ayo ikut aku masuk!" Ajak Sean lalu menggenggam tangan istrinya.
Mereka turun kebawah, itu artinya lantai tersebut berada di lantai pertama yang isinya membuat Amara tercengang.
"Woaah.....keren....!" Ucap Amara.
"Apanya yang keren?" Tanya Sean.
"Segala macam jenis senjata api ada di sini. Kau mengoleksinya?" Tanya Amara penasaran.
"Aku hanya mengoleksi yang berkualitas saja. Semua senjata api di sini tidak akan mengeluarkan suara jika kita sedang menembak." Jelas Sean.
Ada belati, samurai, tombak dan sebagainya. Amara memperhatikan satu persatu barang-barang yang ada di sana.
"Kalau untuk ku, senjata apinya cocok yang mana?" Tanya Amara.
"Yang ini,....!" Jawab Sean seraya menunjuk ke arah burungnya.
Amara dengan polosnya mengikuti arah tangan suaminya.
"Bisa-bisanya seperti itu,'' ucap Amara yang geram.
Tiba-tiba,.....terbuka lagi pintu menuju ke lantai bawah tanah. Amara tidak habis pikir, sesuatu yang belum pernah ia lihat seumur hidup ia lihat sejak menikah dengan Sean.
Mulutnya ternganga, matanya terbelalak tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Tumpukan uang dan tumpukan emas batangan, belum lagi terpajang beberapa kalung berlian yang kemungkinan Amara akan syok saat mengetahui harganya.
"Semua ini asli?" Tanya Amara nyaris pingsan.
"Asli, selama kau patuh dan jadi istri yang baik pada ku, kau bisa menghamburkan semua harta kekayaan ku." Jawab Sean.
"Apa ini yang di cari Alena?" Tanya penasaran.
"Ya, Alena dan Remon mengincar semua harta kekayaan keluarga ku."
"Gila....gila....gila....!!"
Amara menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Pantas saja hidup ku miskin, ternyata kau mengurung semua uang di sini. Jahat sekali....!!"
"Kau mau kalung itu?" Tanya Sean sambil menunjuk salah satu kalung berlian.
"Tentu saja,.....tidak!" Tolak Amara dengan senyum lebarnya.
"Kenapa?" Tanya Sean heran.
"Terlalu mahal untuk diriku yang kentang ini," jawab Amara membuat Sean tertawa.
Sean tidak peduli dengan penolakan istrinya, pria ini mengambil satu kalung berlian bermata tunggal lalu mengalungkannya di leher sang istri.
"Istri ku harus terlihat cantik dan mahal," ucap Sean.
"Tapi, aku tidak pantas mengenakan benda mahal seperti ini."
"Kau ini, seharusnya kau senang. Coba kalau Alena, sudah di pamerkan jika ku beri kalung ini. Yang kau pakai memang paling murah di antara yang lain tapi, kau lebih cantik dengan jenis ini."
"Terimakasih," ucap Amara yang bingung ingin berekspresi seperti apa. "Boleh aku minta selembar uang mu dan sebatang emas mu?"
"Untuk apa?" Tanya Sean penasaran.
"Ingin ku jadikan pajangan di atas bantal ku," jawab Amara sekali lagi membuat Sean tertawa.
Sean mengiyakan, dengan senang hati Amara mengambil selembar uang dan sebatang emas kemudian mereka keluar dari sana.
"Aku masih penasaran dengan jalan rahasia di labirin. Bisa kau memberitahu ku?"
"Masih saja mengurusi labirin, di sana banyak jebakannya. Tempat itu aku aku buat untuk mengunci musuh."
"Ya aku penasaran aja!" Seru Amara. "Seandainya tapi, lebih baik jangan. Jika suatu saat mansion mu di serang musuh, di mana kau akan menyembunyikan aku dan ehem...anak-anak kita?" Tanya Amara malu-malu.
"Ada tempat rahasia di belakang mansion ini. Aku sudah memikirkan semuanya sebelum aku bertindak jadi, kau jangan khawatir."
"Ajak aku kesana!"
"Jangan bilang kau penasaran lagi?"
Amara hanya tertawa renyah.
"Beri aku ciuman penuh gairah maka aku akan mengajak mu." Ujar Sean yang mencari kesempatan. "Pergi ke kamar, taruh dulu benda yang kau ambil itu."
"Hem....!!"
Amara penurut, ia dan Sean kembali ke kamar untuk menaruh apa yang di ambil Amara tadi.
"Ayo cepat....!!" Ajak Amara.
"Berikan aku ciuman dulu!" Seru Sean.
"Menyebalkan!" .
Amara langsung mencium bibir suaminya, di saat ia hendak menyudahi ciumannya, Sean langsung memeluknya bahkan mencumbu liar Amara.
"Katanya ingin membawa ku ketempat persembunyian, ayo cepat!"
"Apa yang sudah bangun harus kau tidurkan lagi. Sayang, aku ingin sekali siang ini." Bisik Sean yang langsung menyambar tubuh istrinya.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak