Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~15
Ariana melangkah mundur ketika Demian semakin mendekatinya, laki-laki itu nampak menatap nyalang penuh amarah padanya.
Entah apa salahnya tapi jujur ia sangat takut saat ini, apalagi tadi ia sempat melihat Demian minum beberapa gelas alkohol.
"Tuan, tolong menjauhlah." mohon Ariana ketika tubuhnya di pepet oleh Demian hingga menabrak dinding di belakangnya.
"Kamu takut padaku, hmm ?" sinis Demian seraya mendekatkan wajahnya hingga aroma alkohol menguar menusuk hidung Ariana.
"Anda sedang mabuk tuan, tolong izinkan saya pulang. Anak saya sedang menunggu di rumah." mohon Ariana.
"Tuan, tuan, tuan. Kamu selalu memanggilku seperti itu seakan kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya, bukannya aku sudah minta maaf padamu. Lagipula kenapa dulu kamu pergi meninggalkan ku, bukannya aku sudah bilang akan bertanggung jawab." teriak Demian melampiaskan emosinya.
"Itu hanya masa lalu tuan, lagipula saya sudah menikah dan sudah melupakan kejadian waktu itu." dusta Ariana.
"Ck, apa suami mu itu bertanggung jawab padamu hah ?" teriak Demian kesal.
"Ten-tentu saja, bahkan dia sangat mencintai saya."
"Kalau dia bertanggung jawab dan mencintaimu, lalu kenapa membiarkan mu jual diri di sini ?" cibir Demian.
"Saya tidak jual diri, tuan." sanggah Ariana geram.
"Munafik, kamu bilang tidak jual diri, tapi lihat penampilan mu. Kamu sengaja kan dandan menor seperti ini untuk menggoda para lelaki ?" Demian mencengkeram kedua rahang Ariana dengan tangannya.
Ia nampak memperhatikan wajah Ariana dengan dandanan tebalnya, meskipun terlihat sangat cantik tapi ia tidak menyukai itu.
Demian hanya ingin Ariana dandan hanya untuk dirinya seorang, bukan di pamerkan pada semua laki-laki di luaran sana.
Sedangkan Ariana hanya bisa meringis kesakitan, namun Demian tak juga melepaskan cengkeramannya.
"Sebutkan berapa hargamu, saya akan membayarmu." cibir Demian.
Mendengar ucapan Demian, Ariana langsung menatap tajam padanya, sungguh laki-laki itu benar-benar sudah menginjak harga dirinya. Ternyata waktu tak juga membuat seseorang bisa berubah, kesombongannya masih tetap sama seperti dulu.
Sepertinya Ariana mulai menyesal, karena sampai saat ini ia masih saja mencintai laki-laki itu.
"Aku tidak peduli kamu menganggapku seperti apa, tapi asal kamu tahu. Mengenalmu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku." ujar Ariana.
Ia langsung memalingkan mukanya, ketika Demian semakin mendekatkan wajahnya. Bahkan kini hidup mancung laki-laki itu sudah menggesek pipi halus Ariana.
Demian merasa geram, bukan ini akhir yang dia mau. Ia begitu mencintai wanita itu, tapi hanya kebencian yang ia rasakan. Haruskah ia memaksakan kehendaknya?
Dengan perasaan bergemuruh, Demian mencengkeram rahang Ariana hingga membuat wanita itu menatapnya kembali. Kemudian ia langsung membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya.
Ia sudah menantikan hal ini selama 8 tahun dan bagaimana pun caranya ia harus mendapatkan Ariana kembali meski harus memaksanya sekalipun.
Demian langsung melahap bibir Ariana dengan rakus, tak peduli meski wanita itu bersikeras menolaknya. Sudah bertahun-tahun ia kehilangan hasrat pada wanita, namun dengan Ariana sungguh ia tak bisa mengendalikan dirinya.
Namun ketika ia begitu menikmati ciumannya, Demian merasakan asin di lidahnya. Ia langsung membuka matanya dan melihat buliran bening mengalir deras di pipi Ariana.
"Maaf, maafkan aku." Demian langsung membawa Ariana ke dalam pelukannya.
Bagaimana dia bisa tega menyakiti Ariana, bahkan hanya dengan melihat wanita itu menangis. Hatinya juga ikut merasakan kesedihannya.
"Tolong lepaskan, aku mau pulang." ucap Ariana lirih di sela isak tangisnya.
"Ini sudah larut malam, biar aku yang mengantarmu." tegas Demian seraya melepaskan pelukannya.
"Tidak perlu, aku mempunyai ojek langganan." tolak Ariana.
"Kenapa kamu keras kepala sekali ?" dengus Demian.
"Aku bilang aku mau pulang sendiri dan mulai detik ini jangan pernah mengganggu hidupku lagi, karena aku sangat membencimu." tegas Ariana.
Ia mulai jengah dengan Demian, bukannya dia sudah beristri dan mempunyai seorang putri tapi kenapa juga masih mengganggunya. Apa satu wanita saja tidak cukup baginya?
Kemudian Ariana bergegas keluar dari ruangan tersebut, setelah Demian membuka pintunya kembali.
Demian yang melihat kepergian Ariana, hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar. Setelah itu ia mendudukkan dirinya di sofa sembari memegang pelipisnya yang terasa nyeri.
"Tuan apa anda baik-baik saja ?" ujar Victor dengan wajah khawatir ketika baru memasuki ruangan tersebut.
"Apa kamu sudah menyuruh orang mu untuk mengikutinya? saya ingin dia selamat sampai rumahnya." perintah Demian.
"Sudah tuan."
"Minumlah ini tuan, emosi hanya akan membahayakan kesehatan anda." Victor menyerahkan botol obat pada Demian.
Mempunyai riwayat jantung bawaan, membuat Demian harus sering mengkonsumsi obat ketika emosinya sedang tidak stabil.
"Dia membenciku, Vic." ucap Demian kemudian.
"Kenapa anda tidak mencoba untuk melupakannya saja tuan dan mencoba memulai hidup baru." saran Victor.
Sungguh ia sangat kasihan melihat bossnya itu terpuruk selama bertahun-tahun.
"Bagaimana saya bisa melupakannya Vic, bahkan setelah saya menyentuhnya saya justru ingin memilikinya seutuhnya." Demian mengingat bagaimana tadi ia sudah menyentuh Ariana, menciumnya dan juga memeluknya.
"Ini sudah larut malam tuan, bagaimana kalau saya antar pulang." bujuk Victor.
"Antarkan saya ke Apartemen." perintah Demian.
Ketika ia merindukan Ariana, maka Demian akan tinggal di Apartemennya. Tempat di mana untuk pertama kalinya ia pernah menghabiskan malam bersama Ariana 8 tahun yang lalu.
Keesokan harinya.....
"Buk." Ricko nampak mengucek matanya ketika menghampiri ibunya di dapur.
Wanita itu sedang sibuk dengan kue-kue buatannya, meski hanya sempat beristirahat sebentar, tetapi tak menyurutkan semangatnya.
"Sudah bangun, sayang." Ariana mengulas senyumnya meski nampak kelelahan di wajahnya.
"Hmm, Ricko cuci muka dulu ya buk." Ricko segera berlalu ke kamar mandi.
Setelah itu seperti biasanya ia selalu membantu ibunya membuat kue sebelum bersiap-siap ke sekolah.
"Buk, bagaimana kalau Ricko pecahkan celengan ini." Ricko nampak menggendong celengan ayamnya menghampiri sang ibu.
Ariana yang sedang menyiapkan sarapan untuknya, nampak mengulas senyumnya geli.
"Memang uangnya cukup ?" godanya.
"Nggak cukup sih, tapi lumayan kok buat tambahan." sahut Ricko, mengingat ia diam-diam sudah menambahkan uang hasil mengamennya ke dalam celengannya tersebut.
"Nggak usah sayang, ibuk sudah mendapatkan uangnya. Jadi hari ini kamu bisa membayar iuran untuk membeli laptop." Ariana menunjukkan sebuah amplop yang sudah ia masukkan uang sebesar 2 juta rupiah.
Ia sangat bersyukur, semalam tuan Bram memberikannya tips uang sebesar 5 juta, jadi sisanya bisa ia tabung.
"Terima kasih, buk." Ricko langsung berhambur ke pelukan ibunya.
Sejak saat itu, hampir satu bulan Ariana tidak pernah bertemu lagi dengan Demian. Ada perasaan senang sekaligus rindu yang menggebu.
Ia senang karena Demian tidak mengusik hidupnya lagi, paling tidak laki-laki itu tidak akan pernah tahu siapa Ricko yang sebenarnya.
Egois memang, tapi ia lakukan semata-mata hanya untuk melindungi Ricko. Ariana tidak mau baik Demian maupun kedua orangtua laki-laki itu merebut Ricko darinya.
Sungguh jika itu terjadi, maka Ariana bisa mati karena hanya Ricko satu-satunya keluarganya di dunia ini.
"Mbak Ariana gawat, Ricko mengalami tabrak lari di depan sekolahnya." ujar seorang laki-laki yang nampak tergopoh-gopoh menghampiri Ariana di warungnya.
Ariana tersentak, tapi ia tidak percaya begitu saja. Bukannya ini belum waktunya pulang sekolah untuk apa anaknya itu berkeliaran di jalanan.
"Anda bohong kan pak ?" tanya Ariana.
"Beneran mbak, Ricko sudah di bawa oleh gurunya ke rumah sakit umum." sahut laki-laki tersebut.
"Astaga, Ricko." Ariana bergegas menutup warungnya, kemudian ia segera pergi ke rumah sakit umum yang di maksud tetangganya tersebut.
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar