Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Yasmin saling meremas jemarinya satu sama lain, telapak tangannya sudah mendingin seiring timbulnya rasa cemas yang mendadak hadir begitu kuat tak kala melihat Romi sudah berdiri di belakang mobil Reynald
Harusnya Reynald baru pulang ke Jakarta nanti sore, dia menolak acara makan siang yang dilakukan dengan beberapa perusahaan lain. Dia sudah tidak bisa menahan rasa rindu yang terus menumpuk di hatinya.
Rindu?
Ya, rindu.
Reynald merasakan rindu pada perempuannya, perempuan yang pelan-pelan bisa menyembuhkan rasa sakitnya yang sudah mengakar sejak lama.
Romi menganggukan kepalanya saat Yasmin tiba di sana, membukakan pintu mobil untuk perempuan itu.
Mata Yasmin dan Reynald saling bertemu untuk beberapa detik kemudian Yasmin melemparkan arah pandangnya ke luar saat pintu mobil kembali di tutup.
Yasmin lebih dulu membetulkan posisi duduknya supaya terasa nyaman dan pria di sampingnya masih menatapnya dengan lekat.
"Pak, anda sudah pulang?"
Tak menyangka Reynald sudah kembali berada di Jakarta dan tidak memberi tahunya akan datang hari ini.
"Iya, saya ingin cepat-cepat ketemu kamu," kata Reynald. Dia menarik Yasmin ke dalam pelukannya, merasakan aroma tubuh perempuan yang selalu mengusiknya setiap malam.
Rasa cemasnya perlahan memudar, dia sudah salah mengartikan tatapan Reynald yang dirasa mengandung arti kemarahan dari mata pria itu.
Yasmin memberanikan dirinya mengusap punggung Reynald yang kokoh. Hingga pria itu tersenyum tipis lalu mengurai pelukannya.
Tiba-tiba saja ponsel Reynald berdering nyaring, dia hanya mendiamkannya saja. Nama Silvia muncul di layarnya.
"Kamu tadi mau kemana? Kenapa tidak memberitahukan saya kalau kamu ke luar dengan pria lain?" mata pria itu memicing meminta tanya.
"Mm itu saya mau makan siang dengan pak Rudi, wakilnya bu Farah. Bukan hanya pak Rudi saja ko, ada Dina dan Sani di belakang."
Reynald menambah ketajaman matanya menatap iris mata Yasmin yang berwarna hazel.
"Tapi saya tetap melihatmu hanya berdua saja, dan saya tidak menerima alasanmu yang lain. Perlu kamu tahu Yas, kalau kamu sekarang sudah jadi milik saya dan kamu tidak perkenankan pergi dengan pria lain siapapun itu!" tegas Reynald dengan suara beratnya yang khas.
Yasmin menelan salivanya, pria di sampingnya memang tidak suka alasan dan tidak ingin menerima alasan apapun.
"Mm maafkan saya ya, Pak." Yasmin menarik bibirnya membentuk lengkungan.
"Saya tidak bisa marah sama kamu, Yasmin." Reynald pun melemparkan senyumannya dan bagi Anandita itu senyuman Reynald yang termanis.
"Saya tidak akan mengulanginya, Pak."
"Harus! Dan saya sudah menyiapkan rumah untuk kamu tempati."
Yasmin sedang berpikir kalau Reynald memang membuktikan ucapannya bukan hanya isapan jempol belaka. Dengan segala pertimbangan yang matang, hutang sudah terbayarkan, uang saku selalu penuh dan semua kebutuhannya saat ini selalu tercukupi sejak mengenal Reynald.
Dengan dia menikah dengan Reynald, tandanya dia akan menjadi milik Reynald selamanya dan dia tidak harus berpikir kapan semuanya akan berakhir. Apa lagi yang Yasmin tunggu, bukankah dia sudah menyanggupi permintaan Reynald untuk menikahinya.
Dia juga tidak munafik, segala yang Reynald berikan memang jadi dambaan para perempuan di luaran sana. Termasuk dia.
Reynald meraih tangan Yasmin, lalu diletakannya di atas pahanya sendiri.
"Apa kamu sekarang ragu karena pernikahan kita hanyalah pernikahan siri dan disembunyikan dari publik?"
Yasmin menggeleng cepat, "Saya hanya takut istri anda tahu. Bagaimana kalau nanti tahu suaminya menikah lagi," ucapnya takut-takut.
"Biarlah itu jadi urusan saya, kamu tetaplah berada di jalurmu dan jangan sampai melewati batasan. Saya janji akan membereskan masalah rumah tangga saya tanpa membuatmu terlibat." Kini pria itu sedang berusaha meyakinkan perempuannya kembali.
Jauh di lubuk hati Yasmin, dia tidak pernah membayangkan akan menjadi istri kedua atau istri simpanan. Selama ini pengalamannya tidak lebih dari wanita panggilan dan klien tidak untuk sebuah pernikahan. Di kala kliennya sudah selesai mencicipnya dan memberinya uang, urusan beres sampai di situ. Namun kali ini urusannya cukup pelik. Secara tidak langsung Reynald sudah mengikatnya dengan segala yang dia beri.
"Maafkan karena memaksa tapi saya harus melakukannya karena saya ingin memilikimu seutuhnya, Yasmin."
Rasa hangat seketika menjalar ke seluruh tubuh, Reynald selalu saja bisa membuatnya kembali yakin akan pernikahan indah yang menantinya.
***
Silvia terus mondar-mandir dengan perasaannya yang kalut. Giginya terus menggigit bibir bawahnya dan tangannya saling meremas. Wajahnya sesekali melirik ke arah pintu utama, berharap Reynald datang. Daun telinganya juga dipasang lebar-lebar, siapa tahu mobil Reynald memasuki carport.
Tepat pukul 22.00, Reynald tiba di rumah. Dia menatap datar istrinya yang sudah hampir 1 jam ini menungguinya dengan tidak sabaran.
"Reynald, jelaskan apa ini?" Silvia melempar foto terbaru hasil jepretan mata-matanya tadi siang.
Reynald berusaha tenang, diakuinya kalau dia sudah kecolongan. Dari foto-foto itu terlihat jelas wajah Yasmin yang sedang di sambut Romi dan menghilang setelah masuk ke mobilnya Reynald.
"Kamu keterlaluan Reynald, kamu berselingkuh dengan karyawanmu sendiri hah?" mata Silvia seperti akan keluar dari tempatnya.
Reynald tak mengindahkan sedikitpun perkataan Silvia. Tubuhnya yang lelah hanya akan menambah moodnya semakin buruk.
"Reynald." Ulang Silvia.
Reynald mendesah berat, matanya kemudian menatap Silvia tidak senang.
"Kamu tidak lihat kalau aku baru saja datang? Harusnya kamu tahu diri!" Reynald malas menanggapi Silvia, dia berlalu pergi menuju kamarnya di lantai atas.
Tas kerjanya dia simpan sembarang, dilepaskannya dasi yang yang terasa mencekik membuat napasnya sesak.
Silvia mengikuti Reynald ke kamar mereka, tampak Reynald sedang mengambil kaos secara random dari dalam lemari. Kakinya melangkah ke luar kamar, membuat Silvia tidak mengerti sebenarnya Reynald hendak kemana. Setelah diikuti suaminya malah pergi menuju kamar tamu yang berada di lantai bawah. Menutup pintunya dengan pelan lalu menguncinya dari dalam.
"Reynald!" Silvia mengetuk pintu dengan kencang, sampai menimbulkan suara gaduh.
Regan seolah tidak peduli, dia menulikan telinganya tidak ingin terlibat keributan di saat dirinya ingin istirahat tanpa terganggu.
"Sial!" umpat Silvia memukul pintu sekencangnya. Lantas dia kembali ke kamarnya, mengurung dirinya di sana.
"Lama-lama aku bisa jantungan," ucap Erna kembali harus melihat percekcokan kedua suami istri itu, seakan tidak pernah bosan dan tidak ada habisnya.
Di kamar, Reynald merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Saat ini memang keadaan baiknya seperti ini dulu. Dengan dia pisah ranjang dengan istrinya cukup untuk meminimalisir keributan yang tak kunjung usai. Lama-lama Reynald jenuh dengan situasi rumah yang diciptakan Silvia. Dia butuh suasana baru, butuh jiwa dan semangat baru dalam menjalani kehidupannya.
Di tempat berbeda, Yasmin sedang menatap langit-langit bertabur bintang. Menunjuk satu bintang di atas sana, mengartikan bintang itu sebagai Reynald.
"Apakah kelak kamu akan memberiku kebahagiaan?"
***
Bersambung...