Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Sudah Tahu
Alicia melotot. Wah, bosnya benar-benar sudah gila! Lagian, kenapa sih dia harus mengingat-ingat hal tidak penting seperti itu! Segala tahi lalat aja dia inget letaknya!
"Um, tapi Pak, sepertinya mbak itu keberatan kalau disuruh buka baju di sini," Alicia mencoba memberi alasan. Nggak lucu kan, kalau dia melihat pertunjukan ero tis sekarang?
"Oh ya?" Bhaskara menatap ke arah sang wanita. "Kamu keberatan?"
"Mana mungkin?" Wanita itu berkata dengan nada manja, sedikit mende sah. "Kalau untuk masnya, saya rela buka semua baju saya sekarang juga, nanti saya kasih bonus pijet plus-plus. Hihihi.."
Alicia terbelalak, shock berat dengan perkataan wanita itu. Bisa-bisanya malah menawarkan diri?
Bhaskara mengulum senyum melihat ekspresi wajah Alicia, lalu ia mengibaskan tangannya.
"Kamu bukan wanita yang saya cari. Suara wanita itu nggak dimanja-manjain kaya kamu," tukasnya. "Silahkan keluar,"
Wanita itu bersungut-sungut, terlihat kecewa. Tapi kemudian ia keluar dari ruangan.
"Oke, jadi yang mana berikutnya, Alicia?"
Alicia menelan ludah. Sepertinya membohongi Bhaskara tak semudah yang ia bayangkan.
Hampir satu jam berlalu, dan sudah ada sekitar dua puluh wanita yang keluar masuk ruangan itu. Sayangnya, belum ada satupun wanita yang di dadanya ada tahi lalat seperti yang dikatakan Bhaskara. Tentu saja, yang memeriksa adalah Alicia dengan inisiatifnya sendiri.
"Hm..." Bhaskara menyilangkan kaki, melirik Alicia yang tampak sudah kelelahan. "Dari sekian banyak orang, ternyata tetap tidak ada?"
Alicia menggeleng. "Sepertinya dia bukan orang yang kerja di klub ini Pak,"
Bhaskara menatap sekretarisnya itu lamat-lamat. Astaga, sampai kapan Lo akan menyembunyikannya, Alicia? Apa Lo nggak merasa tertekan dengan semua ini?
Ditatap seperti itu oleh Bhaskara membuat Alicia merasa gugup. "A-apa kita panggil perempuan selanjutnya, Pak?"
"Tidak perlu," Bhaskara menggeleng tegas, mulai merasa tidak sabar. "Saya sudah menemukannya,"
"Apa?"
Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, pria itu langsung menarik tangan Alicia keluar dari ruangan.
...----------------...
Alicia benar-benar tidak punya ide kemana Bhaskara akan membawanya pergi. Ekspresi wajah pria itu juga tampak serius, membuat Alicia tak berani untuk bertanya. Setelah beberapa saat, barulah Alicia menyadari. Loh, ini kan jalan menuju hotel The Seraphine? Ngapain kita ke sana lagi?
Asumsi Alicia makin menguat saat Bhaskara akhirnya memarkirkan mobil mereka di depan hotel bintang lima itu. Masih tanpa bicara, Bhaskara membuka pintunya untuk Alicia dan menariknya keluar dari mobil.
"Eh, Pak, kita mau ngapain ke sini?" Alicia bertanya bingung, tapi Bhaskara tak menjawab dan menarik tangannya untuk mengikuti.
"Saya minta suite 4101 dikosongkan sekarang juga. Berapapun biayanya," Kata Bhaskara sambil menyerahkan black card nya pada resepsionis.
"Baik Pak!" Resepsionis bekerja dengan cepat. Beberapa staf hotel langsung bergerak mengosongkan kamar yang diminta dan membersihkannya. Tak sampai lima belas menit, manajer mendatangi mereka dan menyerahkan kunci pada Bhaskara.
"Silahkan Pak,"
"Terimakasih," Bhaskara menjawab singkat, lalu menarik Alicia menuju lift.
"Pak," Alicia yang masih kebingungan mencoba bertanya lagi. "Ki-kita mau ngapain?"
Bhaskara menoleh sekilas. "Kamu masih tidak mengingatnya?"
"A-apa?"
"Oke kalau begitu,"
"O-oke? Maksudnya Pak?"
Tapi Bhaskara tak berkata apa-apa lagi, dia hanya diam. Meskipun begitu, tangannya masih menggenggam erat tangan Alicia.
Bhaskara membuka kunci pintu suite 4101 dengan terburu-buru. Alicia baru menyadari kalau kamar itu adalah kamar yang sama dengan malam itu. Tapi Bhaskara tak memberikan kesempatan Alicia untuk berpikir lebih lama. Tepat setelah pintu terbuka, Bruk! Bhaskara menyudutkan Alicia ke tembok.
Alicia menahan napas. Dia merasa dejavu. Kejadian ini, persis dengan kejadian malam itu.
"Alicia," Bhaskara berkata dengan suara berat, salah satu kakinya berada di antara kaki Alicia. "Kamu masih tidak mengingatnya?"
Alicia menggigit bibir. Apa maksudnya ini? Pak Bhaskara benar-benar tahu atau cuma menjebak gue? Nggak, gue nggak boleh terperdaya. Bisa aja ini cuma trik Pak Bhaskara. Gue harus bertahan sampe akhir.
"Sa-saya nggak ngerti maksud Bapak,"
Bhaskara menggeram kesal. Bisa-bisanya Alicia masih berbohong pada situasi ini?
"Begitu, ya? Jadi, apa seharusnya saya yang mengingatkan kamu?"
Alicia mengerutkan kening. Dan sebelum mulutnya sempat berucap, Bhaskara sudah membungkam bibirnya dengan ciuman.
Bhaskara mencium Alicia dengan intens, membuat tubuhnya seketika menegang. Kedua tangannya memegang wajah Alicia, memaksa perempuan itu untuk menerima ciumannya. Bibirnya menelusuri setiap sudut bibir Alicia, mendesak masuk seolah ingin menuntut kejujuran dari perempuan itu.
Alicia yang semula terkejut mencoba mendorong dada Bhaskara, namun tubuhnya seolah kehilangan tenaga. Sentuhan pria itu begitu mendominasi, membuatnya sulit bernapas. Alicia bisa merasakan tubuh Bhaskara yang panas, aroma maskulinnya mengingatkan Alicia pada malam itu.
"Pak..." Alicia mencoba bicara di sela-sela ciuman, tapi suaranya terdengar lebih seperti desa han.
"Jadi, bagaimana?" Bhaskara berkata dengan nada rendah, matanya menatap tajam ke dalam mata Alicia. "Apa sentuhan saya mengingatkan kamu pada malam itu?"
"Apa—"
"Saya sudah tau semuanya, Alicia." Suaranya menjadi lebih berat, jemarinya menyentuh leher Alicia, memberikan sensasi panas yang menjalar ke seluruh tubuh gadis itu. "Saya sudah tau kalau itu kamu,"
Alicia terbelalak. "A-apa?! Bagaimana bisa?!"
"Saya mengenali kamu sejak awal, meski kamu memakai topeng sekalipun,"
Alicia melongo, benar-benar tak percaya dengan pendengarannya. "Kalau begitu, kenapa Bapak tidak—"
"Tidak segera mengatakannya? Itu karena saya kesal sama kamu yang sudah meninggalkan saya sendirian. Saya ingin mengerjai kamu sampai kamu menyerah dan mengaku sendiri,"
Alicia terdiam. Ia memalingkan muka, mencoba menghindari tatapan Bhaskara. Tapi tentu saja pria itu tak mengizinkannya.
"Kamu benar-benar berbohong sampai akhir," Bhaskara memegang dagu Alicia, memaksa gadis itu untuk menatapnya. "Bahkan kamu berani sekali menyebarkan berita kalau saya gay,"
Alicia menelan ludah. "Ba-bagaimana bapak bisa tau?"
Bhaskara tersenyum tipis melihat kepolosan Alicia. "Kamu bodoh, ya? CCTV yang ada di ruangan kamu itu ada fitur suaranya,"
"HAH!" Alicia sontak menutup mulut. Astaga! Jadi semua percakapannya dengan Rendy dan Niko didengar oleh Bhaskara?
"Kalau diingat-ingat, ternyata kamu itu sering banget gosipin saya ya," Bhaskara semakin mendekatkan tubuhnya, jarak mereka kini begitu minim. "Malam itu juga waktu di klub, kamu ingat nggak sudah ngomongin saya apa aja?"
Alicia lagi-lagi menelan ludah. Tentu saja dia ingat, dan dia sangat menyesali hal itu sekarang.
"Lalu, apa saya akan dipecat Pak?" Alicia bertanya takut-takut. Bayangan tentang ibu dan adiknya berkelebat di otaknya.
"Kenapa saya harus melakukannya?" Bhaskara mengangkat sebelah alis. "Kamu sekretaris yang kompeten. Sayang dong kalau memecat kamu. Bisa rugi perusahaan,"
Alicia memejamkan mata, sedikit menghela napas lega. Setidaknya karirnya akan aman sejauh ini. Tapi, ia buru-buru tersadar. Tidak mungkin kan Bhaskara akan melepaskannya semudah itu?
"Kalau begitu, apa hukuman untuk saya Pak?"
Bhaskara terkekeh. "Astaga, kamu benar-benar sudah tidak sabar ya. Kalau begitu, pertama-tama, kita pindah dulu ke kasur,"
kebelet baget pengen jadi bapak. kalau tau Alice gk hamil gymana reaksinya bhas ya/Facepalm//Facepalm/.
ini nih malu bertanya salah paham jadinya/Grin/