NovelToon NovelToon
PENCULIKKU, CINTA MATIKU

PENCULIKKU, CINTA MATIKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Duniahiburan / Mafia / Sistem / Fantasi Wanita / Rebirth For Love
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: CACASTAR

Bram, lelaki yang berperawakan tinggi besar, berwajah dingin, yang berprofesi sebagai penculik orang-orang yang akan memberi imbalan besar untuk tawanan orang yang diculiknya kali ini harus mengalah dengan perasaan cintanya.Ia jatuh cinta dan bergelora dengan tawanannya. Alih-alih menyakiti dan menjadikan tawanannya takut atas kesadisan. Dia malah jatuh cinta dan menodai tawanannya atas nama nafsunya. Ia mengulur waktu agar Belinda tetap jadi sandranya. walaupun harus mengembalikan uang imbalannya dan ancaman dari pembunuh bayaran ketiga, dia tidak peduli. malam itu dia menodai Belinda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TEMPAT AMAN UNTUK SEMBUNYI

Hari ini mereka akan bersembunyi di tempat yang baru.

Bram turun dari kapal.

Bram mengulurkan tangannya pada Belinda, membantu Belinda turun dari tangga penghubung antara kapal dan dermaga.

Dia mengendong Belinda agar Belinda tidak kesusahan turun.

Belinda itu sangat ringan sehingga Bram tidak terlalu susah untuk menurunkannya.

Sesaat setelah turun di dermaga Belinda tersenyum manja, memegangi tangan Bram, mereka bergandengan tangan.

Sepuluh orang kaki tangan Bram saling menatap dan tersenyum-senyum melihat pemandangan itu.

kemana perginya bos bengis mereka yang sadis, yang dulu membunuh dengan tangan dinginnya para sandera yang tidak menurut. Bahkan dia pernah menikam seorang sandera perempuan yang berusaha mencekiknya.

Bram lalu mengajak Belinda memasuki hutan, yang terlihat agak gelap dari luar. Itu adalah Hutan Larangan. Di dalam peta hutan larangan tidak ada. Konon katanya dari pesawat atau dari helikopter Hutan Larangan itu tidak tampak dari atas. Bram sudah tiga kali melakukan persembunyian di Hutan Larangan ini. Hutan ini cukup aman menurutnya. Ada jalan setapak yang nantinya akan mengarah ke pondok yang akan mereka tinggali. Jalan setapak itu mereka susuri. Lima jam perjalanan tanpa henti.

Kerikil yang ada membuat kaki Belinda kesakitan, dia mengaduh.

"Duhh!"

Belinda berhenti sejenak meringis.

"Kenapa?"

"sakiiitttt!"

"Ini bukan petualangan, ini membuat capek, Bram!"

"Aku capek sekali, Bram!"

"Jangan manja, kita bukan tamasya taman kanak-kanak!"

"Huh..."

Bram meminta sebotol minuman yang dipegang salah seorang kaki tangannya tadi untuk diberikan pada Belinda.

"Minumlah dulu."

Belinda meminum seteguk air dalam botol itu.

"Capeekkk!"

Belinda merengek manja pada Bram.

Bram menyerahkan botol minum tadi pada kaki tangannya.Lalu menyuruh Belinda naik ke punggungnya, yang disambut dengan jingkrakan kegirangan Belinda. Ia naik ke punggung Bram seperti anak kecil yang kegirangan mendapat lolipop dari ayahnya, lalu minta gendong.

Belinda, bergelayut mesra di punggung Bram.

"Bram punggungmu kuat sekali, besar dan lebar!"

"Iya nona, biar kamu tidak mengeluh lagi, aku pusing mendengarnya."

"Haaahaaa..."

Kaki tangan Bram ikut tertawa melihat kelucuan Belinda dan perkataan Bram tadi. Namun, hanya sesaat. Mereka kembali terdiam saat Bram melihat ke arah mereka.

Jalan menuju ke dalam Hutan Larangan semakin sulit untuk dilewati. Batunya semakin besar-besar, tanahnya makin banyak ditumbuhi rumput ilalang tinggi, ada ular melintas tadi. Pohon sekelilingnya lebat dan tinggi. Bunyi burung hantu membuat buku kuduk Belinda bergidik.

"Bram, aku takuutttt!!!!"

"Tenanglah, nanti akan sampai!"

Belinda semakin erat memegangi punggung Bram, dia mencoba memejamkan matanya. Di tengoknya ke belakang.

Pengawal itu kuat sekali tidak makan dari pagi, gumamnya.

"Heiii, kalian tidak lapar?"

Belinda berteriak pada kaki tangan Bram yang berjumlah 8 orang. Yang dua orang berjaga di kapal.

"Kenapa kalian diam saja?"

"Kaki tangan Bram bukannya tidak mau menjawab pertanyaan Belinda tapi dia takut untuk menjawab kalau tidak dapat aba-aba dari Bram.

"Kalian jawablah pertanyaannya!"

"Siap, bosss!"

"Kami tidak lapar, Nona!"

"Siap, tidak, Nona!" jawab yang lainnya.

"Jangan bohong, kalian lapar, bukan!"

"Makanlah, ada makanan di ransel hitam itu!"

"Aku membawa banyak dari rumah persembunyian pertama dan di kapal aku bawa banyak, makanlah!"

"Tidak usah, Nona!"

"Heiii, perempuanku menyuruh kalian makan, berarti itu perintah!"

"Makanlah!"

"Siap, Bos!"

mereka lalu berebutan mengambil makanan yang ada di ransel hitam, lalu mengambil masing-masing satu makanan dan memakannya.

Belinda tertawa melihat ke arah belakang tingkah kaki tangan yang menurutnya lucu. Dia belum pernah merasakan pengalaman berjalan-jalan di hutan dan memiliki pengawal yang lucu seperti mereka. Pengawal ayahnya mukanya menyeramkan, wajahnya dingin, tidak pernah tersenyum dilihatnya. Para pengawal ini beragam ada yang pendek, tinggi, ada yang kurus, gemuk, dan banyak tingkahnya. Ada yang mukanya lucu, ada yang mukanya hancur, ada yang di pipinya penuh jahitan, dan ada yang giginya rontok menghitam.

"hahahaha!"

Belinda tertawa melihat tingkah mereka. Belinda senang sekali ada di sini bersama Bram, orang yang dia sayangi. Ia juga senang Para kaki tangan itu menemani mereka. Bram memberikan suasana baru dalam hidupnya, pengalaman baru, dan sensasi percintaan yang belum pernah dialaminya sebelumnya. Hidupnya dulu serasa di penjara dan terkekang. Bram memberikannya pengalaman tak terlupakan. Bahkan pengalaman petualangan dunia percintaan orang dewasa yang dilihatnya di telenovela dirasakannya, malahan lebih dari itu. Malam menggairahkan dan membuatnya ketagihan. Dia bahagia, dia bahagia bersama Bram.

11 jam perjalanan memasuki kedalaman hutan untuk sampai ke pondok kecil itu. Sebuah pondok kecil ada di dalam hutan. Yang ada cerobong asapnya.

Mereka memasukinya. Bram menurunkan Belinda. Punggungnya terasa kebas, gadis ringan ini kalau dipangku berjam-jam juga akan terasa berat.

Belinda yang kepanasan lalu minum air dari botol tadi. Ia kian kemari memasuki seluruh ruangan. Lalu masuk kamar kecil yang ada di pondok itu. Ahh, ini kamar mungil seperti cerita dongeng. Pangeran dan tuan putri dalam pondok kecil, bersama 8 kurcaci.

Belinda lalu membaringkan badannya, meregangkan badan, tangan, dan kakinya..dia sangat senang.

Sementara Bram dan 2 kaki tangan duduk di depan perapian menunggu malam berganti pagi. Sementara 6 kaki tangan yang lain berjaga di luar, membuat api unggun dan memanggang seekor kelinci.

Malam yang dingin di tengah hutan membuat Belinda terlelap.

Dia menguap.

"Apakah ini cuma mimpi dan besok aku akan terbangun?"

Dia memegangi perutnya yang sedikit nyeri.

Harusnya dia sudah menstruasi tapi kenapa belum sampai hari ini gumamnya. "Duh, perutku nyeri"

Ia ingin tidur nyenyak malam ini.

Brrrr...udara di Hutan Larangan dingin sekali. Dia enggan ke perapian itu. Lebih enak berbaring di kasur pondok ini.

1
BX_blue
Kreatif banget!
Achewalt
Tidak terlupakan
LaConstieConsti
Nambah lagi kegilaan sama penulis ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!