Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa?
Li Zhu yang awalnya tersenyum penuh kemenangan kini menegang.
Li Yuan dan Li Shimin juga melirik ke arah Li Mei, berharap melihat wajahnya yang panik.
Namun, Li Mei hanya mengangkat kepalanya sedikit, menatap Jenderal Li Zhen dengan ekspresi tenang.
Kemudian, dengan suara dingin, ia berkata, “Untuk apa?”
Kata-kata itu membuat semua orang membeku.
“Apa?” Jenderal Li Zhen mengernyitkan dahi.
Li Mei menghela napas pelan sebelum melanjutkan, “Untuk apa aku memberi hadiah, kalau pada akhirnya hanya akan dibuang?”
Keheningan menyelimuti aula.
Li Zhu menegang, matanya membulat tak percaya. Ling Zhi yang awalnya tersenyum pun sedikit tersentak.
Sementara itu, Li Yuan yang duduk di sebelah Li Shimin langsung berdiri.
“Li Mei! Jaga kesopananmu di hadapan Ayah!” bentaknya tajam.
Namun, Li Mei tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Tatapannya tetap dingin saat menoleh ke arah Li Yuan.
“Apa aku berkata bohong?” tanyanya datar. “Setiap tahun, aku membuat sesuatu untuknya. Tapi setiap tahun juga, hadiah itu berakhir di tempat sampah. Lalu untuk apa aku melakukannya lagi?”
Li Yuan terdiam, tidak bisa membantah ucapan adiknya.
Jenderal Li Zhen menatap Li Mei dengan ekspresi tak terbaca. Ada sesuatu yang terasa berbeda dalam dirinya, sesuatu yang membuatnya tidak bisa langsung menegur gadis itu.
Li Mei menundukkan kepalanya sedikit dan memberikan hormat singkat.
“Jika tidak ada hal lain, aku akan pergi.”
Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan berjalan keluar dari aula dengan langkah ringan, meninggalkan keheningan di belakangnya.
Xiao Lan yang sejak tadi menahan napas segera mengikuti sang nona, hatinya dipenuhi emosi yang campur aduk.
Aula utama jatuh dalam keheningan setelah kepergian Li Mei.
Jenderal Li Zhen masih duduk di tempatnya, ekspresinya sulit ditebak. Sorot matanya sedikit menggelap, seolah tengah mencerna kata-kata putrinya yang baru saja pergi.
Namun, keheningan itu segera dipecahkan oleh suara lembut penuh kepedihan dari Li Zhu.
“Ayah .…” suara Li Zhu bergetar, matanya tampak berkaca-kaca.
Semua orang langsung menoleh ke arahnya.
Gadis itu menunduk dalam, seolah menahan kesedihan. Dengan suara lirih, ia berkata, “Aku tahu … Kak Mei masih marah padaku .…”
Ling Zhi, yang duduk di sampingnya, segera merangkul putrinya dengan penuh kasih sayang.
“Zhu’er, jangan bicara seperti itu,” ujar Ling Zhi dengan nada lembut. “Kakakmu hanya sedang bingung. Jangan salahkan dirimu.”
Namun, Li Zhu menggeleng lemah.
“Tapi Ibu … aku sungguh tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu kalau Chun Tao melakukan itu. Aku tidak pernah menyuruhnya! Jika saja aku tahu, aku pasti akan menghentikannya … tapi Kak Mei tetap membenciku … waktu kejadian di danau itu juga, aku ... tidak sengaja. Tapi ... Kak Mei malah menuduhku ... aku hanya ingin Kak Mei bahagia."
Suasana dalam ruangan itu langsung berubah.
Para pelayan yang berada di sudut aula mulai berbisik pelan, sedangkan Li Yuan dan Li Shimin saling berpandangan.
Li Yuan segera menghela napas panjang dan mengusap kepala adiknya dengan penuh kasih sayang.
“Zhu’er, kau memang terlalu baik.”
Li Shimin mengangguk setuju. “Iya, kau bahkan masih mengkhawatirkan seseorang yang terang-terangan membencimu.”
Li Zhu menunduk makin dalam, menunjukkan sikap penuh rasa bersalah. Namun, di dalam hatinya, ia tersenyum puas.
Aku ingin melihat sampai kapan kau bisa bertahan, Li Mei.
Sementara itu, Ling Zhi yang sedari tadi diam, tiba-tiba ikut berbicara.
“Suamiku,” ujarnya dengan nada pelan namun menyentuh hati. “Mungkin ini salahku sebagai ibu. Aku gagal membimbing Li Mei dengan baik. Aku selalu mencoba mendekatinya, tetapi sepertinya dia tidak pernah bisa menerima keberadaanku.”
Ling Zhi menghela napas, tatapannya dipenuhi kesedihan yang dibuat-buat.
“Aku tahu betapa sulitnya menjadi anak perempuan tanpa sosok ibu kandung. Aku berusaha mengisi kekosongan itu untuknya, tetapi sepertinya … aku gagal. Li Mei tetap tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan penuh amarah.”
Para pelayan dan prajurit yang mendengarnya langsung merasa tersentuh.
"Nyonya Ling Zhi sungguh wanita yang berbudi luhur!"
"Bahkan setelah disia-siakan oleh putri tirinya, ia masih menyalahkan dirinya sendiri."
Jenderal Li Zhen yang sejak tadi diam, akhirnya menatap istrinya dengan dalam.
Pria paruh baya itu tidak pernah terlalu memperhatikan hubungan antara Ling Zhi dan Li Mei sebelumnya.
Namun, melihat bagaimana Ling Zhi kini menyesali dirinya sendiri, hatinya pun melembut.
Dengan cepat, jenderal Li Zhen menepuk punggung istrinya dengan lembut.
“Bukan salahmu, Ling Zhi,” ujarnya. “Kau sudah melakukan yang terbaik. Li Mei memang selalu sulit diatur.”
Li Yuan dan Li Shimin juga mengangguk setuju.
“Benar, Ibu. Ini bukan salahmu,” ujar Li Yuan. “Ini semua karena Li Mei yang selalu iri hati.”
Li Shimin menambahkan, “Sejak dulu dia memang selalu mencoba menarik perhatian Ayah. Aku tidak tahu trik apa yang dia pakai sekarang, tapi jelas dia masih tetap sama.”
Jenderal Li Zhen kembali menghela napas panjang. Ia selalu menganggap Li Mei sebagai anaknya meski ada rasa kebencian, tetapi ia juga tahu bahwa gadis itu selalu bertingkah kekanak-kanakan hanya untuk menarik perhatiannya.
Mungkin ini hanyalah salah satu caranya lagi untuk mencari simpati.
Memikirkan hal itu, ekspresi Jenderal Li Zhen mengeras.
“Aku akan bicara dengannya nanti,” katanya akhirnya. “Dia harus mengerti posisinya.”
Mendengar hal itu, Li Zhu dan Ling Zhi saling melirik dengan penuh kemenangan.
Sementara itu, Li Yuan dan Li Shimin tersenyum puas.
Tanpa mereka sadari, di sudut ruangan, seorang pelayan yang sejak tadi diam-diam memperhatikan kejadian itu hanya bisa menggertakkan giginya.
Dalam hatinya, ia berdoa, Semoga Nona Li Mei tidak mudah menyerah. Setelahnya pelayan itu pergi dia adalah Xiao Lan yang belum kembali karena milik sang nona tertinggal.
*****
Li Mei berjalan memasuki paviliunnya yang kecil dan sederhana. Tidak ada kemewahan, tidak ada perabotan indah seperti yang dimiliki oleh Li Zhu. Hanya ruangan yang sunyi dan dingin, tetapi di sinilah Li Mei merasa paling tenang.
Li Mei melepas cadarnya, matanya masih sedingin es seperti sebelumnya.
Tiba-tiba, suara notifikasi terdengar di kepalanya.
Ding!
[Misi Ketiga telah diberikan!]
Li Mei tidak terkejut. Ia sudah terbiasa dengan keberadaan sistem yang membantunya.
[Misi: Kuasai elemen air dan angin, lalu gabungkan kedua elemen tersebut!]
[Hadiah: Elemen api akan terbangun!]
Mata Li Mei sedikit menyipit. Menggabungkan dua elemen? Itu tidak semudah yang dikira.
Selama ini, ia sudah melatih elemen es dan angin secara terpisah, tetapi menggabungkan keduanya? Itu adalah teknik tingkat tinggi yang hanya bisa dikuasai oleh para ahli.
Li Mei menarik napas dalam.
Jika Li Mei ingin menjadi lebih kuat dan membalas semua penghinaan yang ia terima di kehidupan sebelumnya, maka tidak ada pilihan lain selain menyelesaikan misi ini.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt