Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ide konyol
Matahari telah berganti dengan awan yang mulai menghitam dengan bertaburan bintang yang berkilauan. Untuk menikmati indah nya ciptaan Tuhan Glenn membuka jendela di kamar nya, lalu menuangkan wine ke dalam gelas. Ia hirup aroma anggur itu terlebih dahulu sebelum di tenggak nya sampai habis. Saat hendak akan menikmati indah nya pemandangan di malam hari, tiba-tiba saja muncul wajah Jeniffer dalam benak nya. Apakah ia tengah jatuh hati saat ini? Oh tidak mungkin, dalam kamus hidup seorang Glenn tidak boleh ada yang namanya jatuh hati apalagi jatuh cinta. Sebagai orang yang berpengaruh dalam dunia bisnis dan dunia bawah, ia harus menghindari yang namanya "Baper" terhadap seorang wanita. Lalu bagaimana dengan Clea? Seorang wanita yang ia temui dari klub malam miliknya. Jawaban nya tentu sudah jelas bahwa wanita itu hanya dijadikan sebagai penghibur, disaat hasrat nya tengah membara ia akan memanggil Clea untuk memuaskan dirinya. Meski hanya dijadikan sebagai wanita penghibur, namun segala kebutuhan Clea, Glenn penuhi. Bahkan ia tidak segan untuk memberikan wanita itu black card juga kartu kredit sebagai balasan dari apa yang telah ia berikan. Pelayan yang disuguhkan oleh Clea memang selalu membuat Glenn puas, maka tak heran jika ia melakukan semua itu.
"Kenapa aku jadi terbayang wajah gadis itu" gumam Glenn sendirian, dan tanpa ia sadari senyuman itu mengembang di wajah nya. Seperti ada rasa nyaman dan kesenangan dalam hati nya saat wajah Jeniffer terlintas di fikiran nya. Glenn mengambil ponsel dari atas nakas mencari kontak Daniel untuk dihubungi. Tak butuh waktu lama panggilan tersebut segera terjawab.
"Cari informasi mengenai wanita tadi"
"Wanita yang mana Tuan?" jawab Daniel dari sebrang telepon.
"Kau ini masih muda tapi sudah pikun, Kakak perempuan yang berdebat dengan John tadi"
"Baik Tuan saya akan segera mencari tahu".
Panggilan telepon di putus oleh Glenn. ia menaruh kembali ponsel itu di atas nakas.
Glenn melihat waktu pada arloji di dinding baru menunjukkan pukul 8 malam. Rasa bosan pun mulai datang. Namun tak lama kemudian notifikasi suara pesan masuk berbunyi. Ternyata itu pesan dari Daniel ia telah mendapatkan informasi mengenai Jeniffer. Semua keterangan lengkap mengenai gadis itu telah Glenn dapatkan. Anak buahnya yang satu memang sangat pandai dalam mengulik suatu informasi.
"Jadi, dia bekerja di sebuah rumah sakit" . Gumam Glenn, ibu jari nya tidak lepas menggulir layar dan membaca semuanya sampai beres. Tak lama kemudian ide konyol muncul di kepala pria itu.
Sebuah iklan tentang rumah yang akan di jual sudah tersebar di media sosial.untung nya Jessica memiliki kemampuan untuk membuat suatu promo atau iklan di sebuah platform. Ada rasa berat dalam hati saat ia harus memposting mengenai rumah nya yang akan di jual, namun itu semua demi kebaikan semua. Baron yang terkenal kejam tidak akan memberi ampun kepada siapa saja yang berbohong. Apalagi ini mengenai uang siapapun dia maupun itu saudara, hutang tetaplah hutang.
Hari ini pasien di rumah sakit desa cukup sepi karena memang penduduk nya yang tidak terlalu banyak. Jeniffer meregangkan tubuh nya di atas sofa. Ia mengambil ponsel dari dalam kantong baju kemudian memainkan benda pipih tersebut, dan secara kebetulan iklan mengenai rumah nya yang akan di jual lewat di beranda akun media sosial nya. Seketika air mata itu turun tanpa diperintah, meski berat hati namun ia harus merelakan di jual. Dimana rumah tersebut adalah tempat yang menjadi kenangan nya saat masih kecil bersama keluarga. Suara pintu terbuka seorang wanita yang berpakaian sama dengan Jeniffer duduk di samping nya.
"Jeniffer, kau kenapa?" tanya nya saat melihat kedua mata gadis cantik itu basah.
Jeniffer pun lekas mengelap pipi nya dengan cepat. "Oh, Faye. aku tidak apa-apa hanya kelilipan saja" katanya berbohong. Faye mencondongkan kepala nya dan menatap lekat Jeniffer, sontak itu membuat Jeniffer memundurkan tubuhnya.
"Hei, kau kenapa? Kau ingin mencium ku?"
"Kau jangan bohong padaku, kau habis menangis kan?"
Jeniffer terkekeh, ia diam dengan pandangan lurus ke depan. air mata itu kembali membasahi pipi mulus nya.
"Aku sedang bingung Faye. Entah ini keputusan yang tepat atau bukan?" Faye mengusap punggung teman nya dengan lembut dan mengundang air mata Jeniffer untuk keluar lebih deras. Jeniffer pun menangis sejadi-jadinya ia tak peduli, pada rekan sejawat yang lain memperhatikan dirinya.
"Sekarang ceritakan padaku, masalah apa yang sedang kau hadapi. Mungkin saja aku bisa membantu".
Jeniffer menyeka air mata nya kemudian membalik posisi duduk nya dengan menyamping , berhadapan dengan Faye.
"Rumah ku mau di jual"
"Apa?" Fate kaget hingga dia mengeluarkan nada tinggi, sadar akan itu ia segera menutup mulutnya. Jeniffer mendengkus dengan reaksi teman nya.
"Apa sebenarnya masalah yang sedang kau hadapi? Kenapa harus sampai jual rumah?"
"Ayah ku berhutang pada seorang rentenir, dan dia berjanji akan membayar nya minggu depan"
"Kenapa Ayah mu menjanjikan waktu secepat itu? Kenapa dia tidak membuat banding atau pilihan lain?" . Karena Jeniffer tidak ingin teman nya ini salah persepsi ia pun menjelaskan kronologi nya dari A sampai Z. mendengar cerita itu membuat Faye tersulut emosi hingga dia memukul telapak tangan nya sendiri. Sayang nya hanya cuma bisa mengekspresikan kekesalan itu, tanpa bisa membantu langsung.
"Kalau memang rumah mu nanti laku terjual, dan kau belum mendapatkan rumah yang cocok, kau dan keluarga mu bisa di tinggal di ruko milik mendiang Ayah ku, ya hitung-hitung kau juga merawat tempat itu karena sudah lama tidak di huni". Terang Faye. sebisa mungkin ia berusaha untuk membantu teman nya yang sedang bersedih, meskipun dia juga bukan dari keluarga orang berada.
"Akan ku fikirkan, terimakasih atas tawaran mu"
Faye menangguk sambil tersenyum, setidaknya ia lega Jeniffer tidak terlihat lagi menitihkan air mata nya.
Disebuah jembatan terlihat tiga orang Pria yang tengah mengisap tembakau, sambil bersandar ke badan mobil. Mereka berdiam disana bukan tanpa tujuan, namun ingin memancing musuh yang di sebut-sebut sebagai penguasa jalanan di kota itu. Mereka sudah sering mendengar kabar itu dari pelayan yang bekerja dirumah nya. Namun baru kali ini ada kesempatan dan waktu luang, maka dari itu mereka memanfaatkan nya.
"kemana para bajingan itu, kenapa batang hidung mereka belum juga muncul" Ucap Glenn sambil melirik ke segala arah.
"mungkin sebentar lagi Tuan, lagi pula ini masih terlalu sore untuk berkelahi" sahut John.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, terdengar dari kejauhan suara dari knalpot yang sepertinya tidak hanya satu, sedang beramai-ramai menuju ke arah jembatan. Benar saja setelah melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di pinggir jembatan mereka pun berhenti. Seorang Pria bertumbuh gempal dengan rambut keriting turun lebih dulu. Kemudian mendekat ke arah mobil.
"Mobil siapa ini? Kenapa menaruhnya sembarangan?" ucap Petrus sambil mengusap body mobil itu. Ia semakin terperangah karena mobil tersebut dalam keadaan menyala dan tidak terkunci. Petrus semakin memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam, mengusap setir lau duduk di kursi pengemudi. Namun saat ia akan menutup rapat pintu mobilnya, sebuah pistol mengarah pada pelipis nya. Pria tersebut kaget dengan mata nya melotot. Kemudian segera keluar dari mobil tersebut dengan menyerukan rekan-rekan nya untuk menyerang.
perkelahian pun tidak dapat terelakan Glenn, John dan Daniel keluar setelah sembunyi di belakang mobil. Keberadaan nya memang tidak terlihat karena mobil itu di desain dengan penutup dibagian tengah nya, dan hanya bisa dilihat dari dalam.
"Jadi ini rupanya wujud dari para berandalan yang senang mencari keributan?" ujar Glenn.
Petrus tertawa ia seperti meremehkan Glenn hanya bertiga bersama kedua rekan nya. "Hei, memang kalian bisa melawan kami? Lihatlah kalian tidak akan bisa menang, jumlah kami jauh lebih banyak". Ucap pria bertubuh gempal itu. Ia yakin Glenn dan kedua rekan nya akan kalah menghadapi mereka yang berjumlah 8 orang.
"Pecundang seperti kalian tidak pantas untuk berkata seperti itu kepada kami" Olok Daniel.
"Berengsek!!! Kurang ajar sekali kalian, serang!!!"
3 lawan 8 hmmm siapa takut, Glenn menghabisi melawan 2 orang si tumbuh gempal Petrus dan satu orang rekan nya. Mereka sama-sama menggunakan senjata tajam untuk menyerang.
"Mati saja kau!!!" Petrus menyerang Glenn dengan belati yang ia genggam, namun hal itu bisa di cegah oleh Glenn belati tersebut malah jatuh ke aspal. Glenn menendang perut Petrus hingga mengeluarkan noda merah dari mulutnya. Sedangkan rekan nya mencari titik kelemahan Glenn, ia menarik kaki Glenn lalu memutarkan nya sampe terbentur ke tiang jembatan. "Sial!" Glenn mendapati sudut bibirnya yang berdarah, ia segera bangun dan kembali melakukan perlawanan.
Sedangkan Daniel harus melawan tiga orang sekaligus, ketiga nya sama-sama menyerang dari sisi kiri kanan dan belakang, namun itu bukan lah hal sulit. Dengan kemampuan bela dirinya Daniel melawan ketiga nya. Begitu juga dengan John ia terus saja mengecoh lawan dengan membuat mereka capek karena terus berlari. pertarungan pun selesai para berandalan itu tewas di tempat dengan ketiga Pria tampan yang menjadi pemenang nya, namun Glenn mendapatkan luka di bagian lengan nya dan itu cukup dalam.
"lengan Tuan Glenn terluka, ayo kita bawa ke rumah sakit". Daniel terlihat panik saat mendapati Tuan nya terluka
"Tidak usah khawatir ini hanya luka kecil"
"Luka kecil bagaimana ini cukup dalam Tuan, anda harus mendapat penanganan yang tepat".
Bukan meringis kesakitan namun Glenn malah melukiskan senyum, pasal nya jembatan tempat mereka berkelahi tadi adalah penghubung untuk menuju ke desa, dan jarak nya dekat dengan Rumah sakit tempat Jeniffer bekerja. Selama dalam perjalanan ke rumah sakit Daniel membalut luka Tuan nya dengan kain, agar darah tersebut tidak terus mengalir. Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, mereka pun sampai. John turun lebih dulu dan meminta petugas medis untuk mengambilkan brankar pasien. Dengan sigap petus tersebut berlari ke dalam dan kembali dengan membawa brankar. Glenn di letakkan di atas nya lalu segera dibawa masuk ke dalam.
"Suster Jeniffer!!" seru Faye dengan nafas yang terengah-engah.
"Ada apa sus?"
"Ada pasien yang kecelakaan, tolong bantu saya untuk mengobati nya".
Tanpa menunggu lama Jeniffer segera beranjak dari sofa. Ia segera berlari ke bed pasien yang baru saja tiba. Gorden di tutup peralatan medis sudah tersedia di atas kereta nakas, Jeniffer memakai sarung tangan karet lalu membersihkan luka di tangan Glenn. Cairan tersebut tak henti-henti nya keluar membuat Jeniffer dan Faye cukup lama membersihkan nya. Glenn memperhatikan wajah yang sudah tak asing di mata nya itu, dan tanpa sengaja keduanya saling beradu pandang.
"Bukankah pria ini yang waktu itu?" gumam Jeniffer dalam hati.
"Luka nya cukup dalam dan harus segera di jahit, setelah selesai dibersihkan kita bawa ke ruang tindakan" ujar Faye.
"Baik" .
Selesai membersihkan luka dan membungkus nya dengan kain perban, brankar pasien yang di tempati Glenn dipindahkan ke ruang tindakan. Daniel dan John mengikuti nya dari belakang, namun langkah mereka harus terhenti saat pintu itu di tutup dan tidak boleh ada yang masuk kecuali tim medis. Sesampainya di dalam Glenn diharuskan melepas pakaian dan mengganti nya dengan pakaian operasi. Jeniffer dan Faye membantu nya untuk itu.
"Awww!!" Glenn meringis sakit saat tak sengaja lengan Jeniffer menyenggol luka nya .
"Oh maaf Tuan saya tidak sengaja"
"Tidak apa-apa" lagi-lagi Glenn mengukirkan senyuman penuh arti pada Jeniffer. Faye yang tak sengaja mendapati itu mengerutkan kening ,ada satu pertanyaan dalam hati nya. Apakah mereka saling kenal? Kenapa raut wajah Glenn terlihat bahagia saat menatap Jeniffer?
"Kau bereskan semua kekacauan yang ada di jembatan La Perto, retas semua CCTV di jalan tersebut untuk menghindari kecurigaan pihak berwajib".
"Baik Tuan"
Setelah mendapat perintah dari Daniel kedua anak buah itu pun undur diri dari hadapan nya. Daniel kembali duduk di samping John. Ia menyadarkan punggung nya pada kursi yang terbuat dari besi tesebut.
"Seperti ada yang janggal" ucap John.
"Ya, aku tahu maksudmu mu"
"Hei, memang nya kau tahu apa yang sedang aku fikirkan?" John mendengkus.
"Kau pasti sedang memikirkan. Mengapa Tuan Glenn bisa luka kan? Padahal lawan nya hanya dua orang dan itu tidak ada apa-apa nya?".
"Wah Daniel, selain sang eksekutor kau juga rupanya seorang cenayang?"
"Aku sedang serius John". Daniel menatap tajam rekan nya yang sering bercanda itu.
"Aku juga serius, kau selalu tahu isi fikiran ku. Sekarang aku beri pertanyaan lagi pada mu. Apa yang ku maksud itu?"
"Saat kau melihat salah satu suster yang menangani Tuan Glenn kan, kalau tidak salah namanya Jeniffer" kata Daniel sambil menjentikkan jarinya.
"Wow!!! Kau benar lagi, sebaiknya kau membuka Lugi's mansion Daniel, kau akan mendapat banyak keuntungan"
Daniel menggelengkan kepala nya saat mendengar pernyataan konyol dari John. Bisa-bisanya ia memberi ide untuk menjadi seorang peramal. Ada-ada saja.
Daniel faham sekarang. Ternyata maksud dari Glenn mengajak dirinya dan John pergi keluar malam, bukan sekedar untuk menantang para berandalan jalanan tadi. Melainkan untuk bisa bertemu dengan Jeniffer. Ia sengaja mempersilahkan musuh untuk menyerang dirinya, hingga berhasil mendapat luka sayat di bagian lengan. Terlebih saat Glenn tahu jika Jeniffer berdinas di rumah sakit ini.