Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
"Amara, kau sudah sadar?"
Sean hendak meraih wajah istrinya namun, dengan cepat Amara menghindar.
"S-siapa kau sebenarnya?" Tanya Amara dengan suara terbata-bata. "Kenapa kau mengurung orang? Kenapa kau mengurung dan menyiksa istri mu? Kenapa kau membunuh orang?"
Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Amara. Sean terdiam memandang wajah istrinya yang masih pucat pasi.
"Bukankah aku sudah melarang mu untuk pergi ke danau itu?"
Suara Sean terdengar dingin.
"Kenapa kau tetap pergi ke sana?" Tanya Sean dengan sorot mata tajam membuat Amara semakin ketakutan.
Amara tidak menjawab, tubuhnya kembali bergetar hebat melihat ekspresi dingin pria tiga puluh tahun ini.
"Aku akan menjelaskan satu persatu pada mu," ucap Sean kembali mengubah ekspresi wajahnya menjadi hangat. "Kau harus janji pada ku, jika aku sudah menceritakan semuanya pada mu, kau tidak akan takut lagi pada ku."
"Kau membunuh orang tentu saja aku takut," ujar Amara.
"Aku punya alasannya!" Jawab Sean terdengar tegas.
Sean yang semula berdiri kemudian hendak duduk di tepi ranjang membuat Amara langsung turun ketakutan.
Sean menarik nafas panjang, pria ini menggaruk kepalanya tak gatal bingung ingin mulai dari mana.
"Di mulai dari Alena, kenapa aku mengurung dan menyiksa dia. Semua itu karena dia sudah berkhianat cukup lama dari ku. Dua hari setelah pernikahan kami, aku mengetahui jika Alena bekerjasama dengan saudara sepupu ku untuk membunuh ku setelah mereka mendapatkan semua harta keluarga ku. Mereka bermain di belakang ku, Alena tidur dengan ku tapi, dia juga tidur dengan saudara sepupu ku juga." Jelas Sean tentang kesalahan Alena.
"Munafik, tetap saja kau menikmati tubuhnya!" Cibir Amara.
"Sudah ku bilang berapa kali jika aku tidak pernah menyentuhnya. Paling jauh aku bermain hanya seputar berciuman. Jika berhubungan suami istri, ada seseorang yang menyerupai ku untuk menggantikan posisi ku saat bercinta." Jelas Sean lagi.
Amara termangu mendengar pengakuan Sean.
"Orang-orang yang aku kurang, mereka semua adalah musuh yang ingin membunuh ku." Jelas Sean. "Orang yang di meja operasi, beberapa musuh yang masih sehat sengaja aku ambil organ dalamnya kemudian aku sumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Orang yang kau lihat terakhir, dia adalah mata-mata dari geng lain yang sedang mencari informasi tentang geng ku."
Amara menghembuskan nafas kasar, ia sibuk mencerna setiap perkataan suaminya yang tidak masuk di akal.
"Aku seorang mafia...!" Ucap Sean mengaku.
Amara tercengang, ia tak pernah menyangka jika ia akan hidup dengan orang seperti Sean.
"Aku suka menggagalkan orang yang sedang melakukan transaksi obat-obatan terlarang, barang ilegal dan senjata ilegal. Semua polisi di negara ini berteman dengan ku, mereka tidka bisa menangkap aku."
Sekali lagi Amara mencerna semua penjelasan suaminya.
"Sekalipun aku membunuh orang, mereka adalah orang-orang yang pantas mati dari pada hidup hanya berbuat kejahatan!" Ucap Sean membuat Amara tertawa.
"Kau bukan Tuhan yang bisa mencabut nyawa orang baik dia bersalah ataupun tidak," ucap Amara.
"Kau hanya seorang gadis Polos yang tidak tahu dunia gelap. Jika kita tidak memiliki kekuatan, kita yang akan mati di bantai. Seharusnya kau bercermin tentang dirimu sendiri yang kalah dari keluarga mu. Bukan begitu Amara?"
Amara terdiam, apa yang di katakan Sean ada benarnya juga.
"Kau sudah tahu siapa aku sebenarnya bahkan Alena saja tidak pernah tahu siapa aku. Jika kau ingin bercerai dari ku, aku akan menceraikan mu. Tapi, jika kau menerima aku seperti apa yang kau lihat maka, tetaplah tinggal bersama ku."
Sean ingin meraih tangan Amara tapi, sekali lagi Amara menghindar.
"Berikan kunci yang kau ambil," pinta Sean yang ternyata mengetahui.
Dengan cepat Amara memberikan kunci ruangan yang ia ambil dari ruangan Alena tadi pagi.
Tanpa banyak bicara, Sean keluar dari kamar istrinya.
"Pak Pet, bongkar kamar utama dan ubah yang lebih mewah lagi." Titah Sean.
"Baik tuan....!!"
Sean kemudian pergi, pria ini sengaja meninggalkan Amara seorang diri agar sang istri bisa berpikir lebih baik lagi.
"Dunia gelap, dunia hitam, ku pikir hanya ada di dalam cerita saja!" Ucap Amara tak habis pikir. "Aku harus apa sekarang? Jujur aku mulai mencintai suamiku."
Pikiran Amara buntu, perempuan ini bukan takut perkara Sean menembak atau mengambil organ dalam milik orang lain melainkan ia takut pada darah yang mengalir berlebihan.
Keesokan harinya, Sean tidak menemui Amara bahkan tadi malam pun Sean tidak tidur di kamar Amara. Dua hari, tiga hari bahkan sudah satu minggu Amara tidak melihat suaminya.
Hati Amara mendadak penasaran di mana suaminya berada. Terbesit dalam benaknya sebuah kerinduan yang tak bisa di ungkapkan begitu juga dengan Sean yang sejak hari itu memilih tinggal di markasnya. Sean sengaja melakukan hal tersebut agar Amara bisa merasa tenang.
"Pulanglah, mau sampai kapan kau di sini?" Tanya Leon.
"Sampai Amara menyusul ku ketempat ini," jawab Sean dengan santainya.
"Amara pasti takut pergi ke tempat ini lagi," ujar Leon begitu yakin.
"Amara itu perempuan polos yang memiliki rasa penasaran berlebihan. Lihat saja nanti," sahut Sean.
"Kau sudah menjelaskan semua tentang kita?" Tanya Leon lagi.
"Hanya yang dia lihat, tidak semua. Aku bingung ingin menjelaskan seperti apa!"
"Terserah kau lah Sean, aku pusing dengan rumah tangga mu yang sejak awal sudah ribet semua!" Ucap Leon kemudian keluar dari ruangan pribadi milik Sean.
Sementara itu, Amara saat ini mencari pak Pet. Mansion beberapa hari ini cukup ramai, entah apa kenapa Sean membongkar kamar utama di mansionnya.
Amara yang bosan, pergi ke luar untuk melihat-lihat area sekitar mansion yang belum pernah ia jamah. Amara tertarik untuk mencoba masuk ke taman labirin yang berada di samping mansion.
"Aku heran dengan manusia itu, bisa-bisanya membangun tempat seperti ini. Untuk apa coba?"
Amara seolah lupa kejadian satu minggu yang lalu, meskipun bayangan darah mengalir masih terbayang jelas di kepalanya.
"Aku rindu suamiku," ucap Amara sambil menyusuri labirin tersebut. "Pak Pet tidak tahu di mana Sean, bisa-bisanya dia meninggalkan ku tanpa merayu ku!"
Terus menyusuri tapi, Amara belum menemukan ujung dari taman ini. Amara mulai panik, niatnya hanya iseng tapi, malah membuat dirinya tidak bisa keluar.
"Astaga, aku tidak bisa keluar. Matilah aku," ucap Amara semakin panik.
Sedangkan Sean, entah kenapa hatinya mendadak gelisah sekarang. Sean terus memikirkan Amara yang sudah satu minggu ia tinggal sendirian.
"Kau kenapa?" Tanya Leon heran.
"Aku memikirkan Amara, hati ku rasanya gelisah!" Jawab Sean yang langsung mengambil ponselnya dan menghubungi pak Pet.
Di mansion, pak Pet pergi ke kamar Amara untuk memastikan jika istri tuannya berada di kamar tapi, kamar Amara kosong.
Sean yang mendengar sang istri tidak ada di kamar langsung panik dan memutuskan untuk pulang.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak