NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:771
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tekanan dari Dalam

Arlina berdiri di balkon kamarnya, memandangi langit malam Umbrahlis yang dipenuhi bintang-bintang kecil berwarna ungu. Udara dingin menyapu rambutnya yang panjang, tapi pikirannya sibuk memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Perasaannya terhadap Kael semakin sulit untuk disangkal. Namun, dia juga tahu ada banyak yang harus dipertimbangkan, terutama posisinya sebagai orang luar di istana Noctis Hall.

"Arlina," suara lembut namun tegas itu membuatnya menoleh.

Kael berdiri di ambang pintu, mengenakan mantel hitam dengan bordir perak di ujungnya. Wajahnya tegas, tapi matanya terlihat hangat ketika menatapnya.

“Kau tidak tidur?” tanya Kael, berjalan mendekat.

Arlina menggeleng. “Sulit tidur. Banyak yang kupikirkan.”

Kael berdiri di sampingnya, ikut memandang bintang-bintang. “Umbrahlis tidak pernah memiliki kedamaian. Bahkan saat langit tampak tenang seperti ini, konflik selalu ada di bawah permukaan.”

Arlina menoleh, memperhatikan wajah Kael yang terlihat lebih lembut di bawah cahaya bulan. “Kau tahu, Kael, aku tidak pernah menyangka kau punya sisi seperti ini.”

Kael tersenyum kecil. “Sisi seperti apa?”

“Sisi yang peduli, lembut. Aku kira kau hanya tahu cara mengancam dan memerintah.”

Kael terkekeh. “Sejujurnya, aku pun tak menyangka kau akan menjadi bagian penting dari hidupku.”

Ucapan Kael membuat Arlina tertegun. “Apa maksudmu?”

Kael menatapnya dalam-dalam, tetapi sebelum dia bisa menjawab, suara ketukan di pintu menginterupsi momen itu.

“Masuk,” ujar Kael dengan nada dingin.

Eryx membuka pintu, wajahnya serius. “Maaf mengganggu, Yang Mulia. Penasihat Nivar meminta audiensi mendesak. Mereka menunggu di aula pertemuan.”

Kael mendesah pelan, lalu menatap Arlina dengan tatapan meminta maaf. “Aku harus pergi. Kita lanjutkan nanti?”

Arlina mengangguk pelan. “Pergilah. Ini tugasmu.”

Setelah Kael pergi, Arlina kembali memandang langit, merasa ada sesuatu yang akan berubah.

Di aula pertemuan, lima penasihat utama Kael berdiri dengan ekspresi tegang. Penasihat Nivar, seorang pria tua dengan janggut panjang berwarna abu-abu, menjadi yang pertama berbicara.

“Yang Mulia, kami memohon izin untuk berbicara terus terang,” katanya dengan suara berwibawa.

Kael duduk di kursi takhtanya, menatap mereka dengan datar. “Silakan.”

“Keputusan Anda untuk membiarkan Arlina, seorang warga Solaria, tinggal di istana ini telah menimbulkan kekhawatiran besar di antara para bangsawan,” ujar Nivar.

Kael mengangkat alis. “Kekhawatiran apa, tepatnya?”

“Bahwa dia mungkin menjadi mata-mata atau alat bagi musuh kita. Selain itu, kedekatan Anda dengannya telah memicu bisikan bahwa Anda melemahkan posisi Umbrahlis demi seorang wanita,” jawab Nivar tanpa ragu.

Kael tersenyum tipis, tapi nadanya dingin. “Bisikan itu tidak berdasar.”

“Namun, pengaruhnya nyata,” sela penasihat lain. “Bangsawan mulai meragukan kemampuan Anda memimpin dengan bijak. Kami tidak meminta Anda mengusirnya, tetapi—”

Kael berdiri, memotong ucapan mereka. “Cukup. Keputusan untuk membiarkan Arlina tinggal adalah milikku, dan aku tidak akan mendiskusikannya lagi.”

Penasihat Nivar menunduk, tapi ekspresinya menunjukkan ketidakpuasan. “Kami hanya berharap keputusan ini tidak membawa konsekuensi buruk bagi Umbrahlis.”

“Konsekuensi buruk hanya akan datang jika kalian terus meragukan pemimpin kalian,” balas Kael tegas.

Setelah itu, para penasihat membungkuk dan meninggalkan aula, meski dengan wajah yang jelas menyimpan ketidaksetujuan.

Kael kembali ke kamar Arlina beberapa saat kemudian, wajahnya masih tegang.

“Apa yang terjadi?” tanya Arlina begitu melihatnya.

Kael tidak langsung menjawab. Dia berjalan ke meja dan menuangkan segelas anggur sebelum duduk di kursi dekat perapian. “Para penasihat menentang keberadaanmu di sini.”

Arlina mendekatinya, duduk di kursi seberang. “Aku sudah menduganya. Aku memang orang luar di istana ini.”

Kael menatapnya dengan intens. “Tapi kau lebih dari itu bagiku. Mereka tidak memahami apa yang kau bawa ke hidupku, Arlina.”

Arlina merasakan dadanya berdebar, tapi dia mencoba tetap tenang. “Kael, aku tidak ingin menjadi alasan kau kehilangan kepercayaan rakyatmu.”

Kael mendekat, menggenggam tangannya. “Kau adalah alasanku bertahan. Apa pun yang mereka pikirkan, aku tidak peduli.”

Arlina merasa sulit bernapas di bawah tatapan penuh tekad Kael. Tapi sebelum dia bisa menjawab, Eryx mengetuk pintu lagi.

“Maaf, Yang Mulia,” katanya dari luar. “Ada laporan baru dari perbatasan.”

Kael mendesah, melepaskan tangan Arlina. “Aku akan kembali nanti.”

Arlina hanya mengangguk, menyadari bahwa pertempuran di dalam istana mungkin jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan.

Kael melangkah keluar dengan langkah berat, meninggalkan Arlina sendirian di kamarnya. Arlina memandang pintu yang tertutup rapat, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Dia tahu keberadaannya di Umbrahlis membawa risiko besar, tetapi dia juga tidak bisa memaksa dirinya untuk pergi—bukan setelah semua yang dia alami bersama Kael.

Dia menghela napas, berjalan ke jendela besar di ujung ruangan. Di luar, taman istana terlihat gelap namun memancarkan keindahan magis. Bunga-bunga bercahaya lembut di bawah sinar bulan ungu khas Umbrahlis. Arlina merasa seperti terjebak di antara dua dunia—dunia yang dia tinggalkan di Solaria dan dunia baru yang menawannya di Umbrahlis.

Sementara itu, Kael berjalan menuju ruang strategi. Wajahnya terlihat tenang, tetapi di dalam hatinya bergolak. Ketidaksetujuan penasihatnya dan tekanan dari dalam istana mulai menguji kesabarannya.

Eryx, yang setia mendampingi, melirik Kael dari sudut matanya. “Kau tampak tegang,” komentar Eryx.

“Bagaimana tidak?” Kael menjawab singkat.

“Jika boleh berkata jujur, aku rasa kau mulai berubah, Kael. Dulu, kau tidak pernah membiarkan siapa pun mengganggu pikiranmu seperti ini.”

Kael menghentikan langkahnya, menatap Eryx dengan tajam. “Maksudmu?”

Eryx mengangkat bahu, tersenyum kecil. “Aku hanya mengatakan apa yang kulihat. Arlina jelas memiliki pengaruh besar terhadapmu.”

Kael mendesah. “Aku tahu, Eryx. Tetapi perasaan ini hanya membuat semuanya lebih rumit.”

Eryx menepuk bahu Kael. “Mungkin itu yang disebut manusiawi. Kau terlalu lama hidup dalam bayang-bayang kegelapan, Kael. Mungkin saatnya kau belajar membiarkan cahaya masuk.”

Kael tidak menjawab, tetapi kata-kata Eryx terus terngiang di kepalanya saat mereka memasuki ruang strategi.

Di sisi lain, Arlina masih berdiri di depan jendela ketika pintu kamarnya terbuka perlahan. Lyra, pelayan setianya, masuk membawa nampan kecil berisi teh hangat.

“Kau terlihat gelisah, Nona,” ujar Lyra sambil meletakkan nampan di meja.

Arlina tersenyum lemah. “Banyak yang kupikirkan.”

Lyra menatapnya dengan penuh perhatian. “Terkadang, terlalu banyak berpikir hanya akan membuat semuanya lebih rumit. Kau harus mengikuti hatimu.”

Arlina terkejut mendengar nasihat itu. “Mengikuti hatiku, ya?”

“Ya,” jawab Lyra. “Kau mungkin orang luar di mata mereka, tetapi kau memiliki keberanian dan kebaikan yang tidak bisa diabaikan.”

Arlina terdiam, merenungkan kata-kata Lyra. Dia merasa terhibur, tetapi juga sadar bahwa perjalanan ini masih jauh dari selesai.

Ketika malam semakin larut, Kael akhirnya kembali ke kamar Arlina. Wajahnya terlihat lelah, tetapi matanya tetap tajam seperti biasa.

“Maaf, aku terlambat,” katanya sambil duduk di kursi di depan perapian.

Arlina menatapnya dengan khawatir. “Ada masalah besar?”

Kael mengangguk pelan. “Pasukan perbatasan melaporkan gerakan mencurigakan dari wilayah Seraphine. Tidak besar, tetapi cukup untuk membuatku khawatir.”

Arlina menggigit bibirnya, merasa bersalah. “Apakah itu karena aku?”

Kael menatapnya tajam. “Jangan salahkan dirimu. Ini adalah masalah yang harus kuhadapi sebagai pemimpin Umbrahlis.”

Arlina mendekat, duduk di sampingnya. “Kael, aku tahu aku membawa banyak masalah ke dalam hidupmu. Jika aku pergi, mungkin semuanya akan lebih mudah.”

Kael memegang tangannya, menghentikannya berbicara. “Jangan pernah berpikir seperti itu. Kehadiranmu di sini adalah satu-satunya hal yang membuatku merasa... hidup.”

Arlina terkejut mendengar pengakuan itu. “Kael...”

Kael menatapnya dengan intens. “Aku tahu ini sulit, Arlina. Tetapi aku tidak akan membiarkan siapa pun atau apa pun memisahkan kita.”

Arlina merasa hatinya bergetar. Dia tidak pernah menyangka Kael, yang selama ini terlihat kuat dan tak tergoyahkan, bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.

Malam itu, mereka berbagi keheningan yang penuh arti di depan perapian, merasakan kedekatan yang semakin dalam di antara mereka.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!