Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16. Semakin Dibenci
...Memang apa salahnya memiliki wajah buruk rupa? Apakah dengan wajah yang buruk tidak berhak mendapatkan cinta yang layak? Mengapa dunia sangat tidak adil? Apakah harus cantik dahulu agar dihargai? Dihargai berapa rupiah?...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Kehidupan Ratu tidak jauh berbeda dari kehidupannya di masa SMP dahulu. Terlebih dengan adanya acara puncak ketika perkemahan kemarin membuat Ratu semakin dibenci di sekolahnya terutama sang senior.
Seperti pagi ini, dengan sengaja salah seorang senior menabrak Ratu hingga gadis dengan kacamata hitamnya terjatuh mencium lantai.
"Eh, sorry gue gak sengaja. Aduh, sakit banget, ya, nyium lantai? Kasihan, deh, tapi tangan gue terlalu mahal buat nolongin lo," sinis seniornya kemudian melenggang dengan gaya sok artisnya.
Ratu mengembuskan napasnya lalu berusaha bangkit dari posisinya. Banyak pasang mata yang melihat dirinya tanpa ada niatan untuk menolongnya, parahnya mereka justru memberinya berbagai cibiran membuatnya begitu sakit hati.
Ratu menyibakkan roknya yang sedikit kotor karena debu yang menempel pada roknya, namun tiba-tiba saja—
"Eh, maaf gue gak sengaja. Sayang banget minuman gue terbuang sia-sia, tapi gak pa-pa kalau kena lo sih gue ikhlas dengan sangat," sambar seorang gadis sembari membawa segelas minuman yang kini membasahi baju milik Ratu. Gadis itu justru menabrak bahu Ratu hingga membuatnya terjatuh untuk kedua kalinya.
Ratu merasa panik lantaran kini seragamnya terawang hingga menampilkan lekukan tubuh atasnya. Ia berusaha menutupi dengan tasnya, akan tetapi teman laki-lakinya justru menarik tasnya dan melamparnya ke sana-ke mari.
"Kembaliin tas Ratu! Ratu mau masuk kelas sekarang," cicit Ratu berusaha melompat menggapai tas miliknya dari tangan Yoga.
Ratu terdiam sembari menyilangkan tangannya di depan dada berusaha untuk menutupinya. Tidak lupa dengan rambut yang ia gerai ke depan agar mereka tidak terlalu jelas melihat auratnya.
"Kenapa ditutupin? Sok polos, gue tahu lo bukan cewek polos. Kalau lo jadi pacar gue, mungkin lo gak akan di-bully di sekolah ini. Gimana? Mau sama gue, hmm?" goda Yoga.
Ratu terus memundurkan langkahnya lantaran Yoga terus menghampirinya, hingga akhirnya punggungnya menabrak tembok. Yoga menyeringai menatap Ratu. "Mau ke mana, hmm? Apa susahnya jadi pacar gue? Lo tinggal jawab 'iya' doang, 'kan?"
"Gak! Ratu gak suka sama Yoga! Yoga udah punya pacar, nanti pacar Yoga marah-marah sama Ratu. Ratu juga gak suka sama Yoga! Yoga jelek, nyebelin, bodoh, juga Yoga itu kasar sama cewek!" pungkas Ratu.
"Oh, udah berani ngomong gitu sama gue? Oke, lo udah mancing emosi gue dan lo harus gue kasih pelajaran!" murka Yoga menaikkan oktaf suaranya.
Yoga hendak melayangkan tamparannya pada pipi gadis di hadapannya, namun tiba-tiba saja ada tangan kekar yang mencegahnya. Sang empunya tangan lantas menoleh mendapati cowok yang paling ditakuti di sekolahnya tengah berdiri tegap sembari menatapnya tajam.
Yoga bersimpuh memohon ampun pada cowok itu. Cowok itu mencekal kerah baju Yoga sembari menghempasnya ke tembok. "Jangan pernah lo ganggu dia! Lo berani kasar sama dia, gua bakalan potong tangan lo! Kali ini gua masih ampuni lo, minggir!"
Yoga ngacir meninggalkan kedua sejoli di koridor sekolah. Tubuh Ratu gemetar, ditambah dirinya yang bingung apa yang harus ia lakukan dengan seragamnya yang basah. Tidak mungkin ia akan ke kelasnya dengan kondisi bajunya yang terawang.
Cowok yang tidak lain adalah Raja, melemparkan seragamnya ke arah Ratu. Gadis itu memungut seragam yang tergeletak di hadapannya dengan raut bingung. Seolah tahu apa yang tengah Ratu pikirkan, Raja kemudian berkata, "Pakai seragam itu dan cepat ke kelas, jangan bolos!"
"I-iya, makasih," cicit Ratu.
Ratu hendak melangkahkan kakinya menuju toilet guna untuk mengganti bajunya yang basah, namun Raja justru menahannya. Raja kemudian merebut kembali seragam miliknya lalu merangkul gadis di sampingnya. Tidak lupa tangan kekarnya menutupi dada Ratu dengan seragam milik Raja agar tidak ada yang berani macam-macam padanya.
"Lo akan aman sama gua, cepat! Gua gak suka lama-lama sama cewek lelet kayak lo!" ketus Raja.
Sepanjang koridor Ratu hanya menunduk sembari menahan rasa sesak di dadanya. Sepanjang perjalanan hanya cibiran yang ia dapatkan. "Kenapa mereka selalu menghujat Ratu karena Ratu jelek? Emang apa salahnya terlahir jelek? Emang harus cantik gitu? Emang cewek jelek gak boleh dekat-dekat sama Kak Raja gitu?" gumamnya.
"Lo ngomong apa?" tanya Raja datar.
"Em ... enggak. Bukan apa-apa kok. Hmm ... Kak Raja langsung ke kelas aja, deh. Ratu gak mau mereka makin salah paham sama Ratu," pintanya.
"Gak, gua harus antar lo sampai nanti ke kelas. Lo harus ganti, kalau lo lama gua bakalan maksain masuk dan gua yang gantiin baju lo," ancam Raja.
Mendengar itu Ratu lantas melenggang memasuki toilet. Dan karena terburu-buru, Ratu justru memasuki toilet cowok. Beruntung toilet sepi sehingga dirinya tidak perlu menahan malu, ia dengan segera memasuki toilet cewek. Sedangkan di luar senyum Raja mengembang sebelum akhirnya pudar tertutupi wajah datar.
Lima menit kemudian Ratu keluar dari toilet dan kembali melangkah bersama dengan Raja. Raja menarik paksa lengan Ratu, cewek paling lelet di mata Raja. "Lo jadi cewek lelet banget. Bisa cepat dikit gak, sih?" murka Raja.
"Daripada kakak hobi marah-marah kayak cewek PMS, Ratu yang lagi PMS aja gak marah-marah," sahut Ratu mengejek diri Raja.
Wajah Raja tampak memerah, entah mengapa di dekat Ratu dirinya menjadi mudah marah. Selalu saja dirinya dibuat emosi oleh tingkah gadis di hadapannya. "LO BERANI NGEJEKIN GUA, HAH!? SEBAGAI HUKUMAN LO HARUS PULANG BARENG GUA DAN LIHAT APA YANG BAKAL GUA LAKUIN SAMA LO!"
"Dan jangan berusaha kabur, gua bakalan bisa nemuin lo!" imbuh Raja sebelum berjalan meninggalkan Ratu.
"Maaf, Ratu bukan seorang pecundang yang lari dari masalah," balas Ratu membuat Raja menghentikan langkahnya selama beberapa detik sebelum akhirnya ia kembali menghilang di balik tembok.
...🍬...
Sepulang sekolah, sesuai dengan ucapan yang dilontarkan oleh Raja, cowok itu kini tengah duduk di atas motor kesayangannya. Cowok itu tampak tengah memijati ponselnya entah tengah mengirim pesan pada siapa.
Ratu lantas mendekati cowok itu. "Lihat, 'kan? Ratu gak akan lari, Ratu itu bukan pecundang."
Raja tidak menyahuti ucapan Ratu, ia justru mengenakan helm fullface miliknya lalu ia menyalakan mesin motornya. "Naik!" perintahnya.
Ratu dengan susah payah menaiki motor besar milik Raja. Ya, meskipun dirinya harus terjatuh sebanyak dua kali untuk bisa mendaratkan dirinya di atas motor Raja. Bagaimana tidak? Setiap dirinya berpegangan dengan Raja, cowok itu justru menepis tangannya. Alhasil dirinya harus terjatuh dengan mencium lantai sekeras hati Raja.
"Mau ke mana, sih!?" tanya Ratu sembari berteriak.
"Kak? Dengar Ratu ngomong gak, sih!?" pekik Ratu.
"KAK! KAK RAJA BUDEK, KAH?" tanyanya dengan suara lebih pelan.
Raja memutar malas bola matanya kemudian ikut berteriak dengan suaranya yang begitu berat. "Lo diam bisa gak? Diam atau lo gua lempar dari motor gua!"
Ratu lantas terdiam sembari berpegangan tas hitam milik Raja. Ia kemudian memalingkan wajahnya dan ia baru menyadari jalan yang ia lalui bukanlah jalur menuju rumahnya.
"Kak? Ini bukan jalan ke rumah Ratu! Kakak mau bawa Ratu ke mana? Kakak mau culik Ratu? Kakak mau jual Ratu? Kakak mau bunuh Ratu? Kakak psychopath? Kak, jawab pertanyaan Ratu!" pekik Ratu menahan isakannya. Matanya sudah berkaca-kaca hendak menangis.
"Jangan nangis, gua gak suka tangisan cewek," ujar Raja dari balik helm fullface miliknya.
"Makanya jawab pertanyaan Ratu, apa susahnya, sih?" decak Ratu memanyunkan bibirnya beberapa centi.
"Jalani hukuman lo," sahut Raja.
"Tanpa ada bantahan," imbuhnya lagi sebelum Ratu membuka bibirnya yang begitu bawel.
Setelah sepuluh menit berkendara di atas motor, akhirnya keduanya sampai di sebuah apartemen yang terkenal dengan kemewahannya. Ratu hanya terdiam tidak berani melangkah mengikuti Ketua OSIS di hadapannya.
"Buruan! Gua udah bilang, gua benci cewek lelet! Apalagi cewek jelek kayak lo, makin buat gua muak!" sarkas Raja dengen ketusnya.
"Kakak tuh kenapa, sih, kayaknya benci benget sama Ratu. Emang Ratu salah apa? Selalu aja marah-marah sama Ratu, huh!" pekik Ratu merasa kesal pada cowok di hadapannya.
"Karena lo—"
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/