Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan
Semakin mereka memasuki hutan Dow Hillside itu, semakin banyak pula pepohonan rindang yang mereka temui. Perasaan aman pun mulai mereka rasakan ketika jarak mereka sudah semakin jauh dari desa tadi.
Kini mereka harus melewati hutan yang sangat lebat, bahkan jalanan pun mulai tidak terlihat karena sudah di tumbuhi banyak rumput yang mulai memanjang.
Menurut dari peta yang Katrina lihat, setelah mereka melewati hutan Dow Hillside ini, mereka harus melewati hutan lain lagi dan barulah mereka sampai di wilayah Selatan.
"AAAUUUUUU..."
Mendadak muncul suara auman yang menggema, menyayat indra pendengaran Katrina, membuatnya tertegun. Sayup-sayup, suara itu terdengar lagi, lebih jelas, seperti datang dari tempat yang tidak terlalu jauh. Ada sesuatu yang tidak biasa dari nada suara itu.
"Serigala?" Tebaknya, "Tidak, kurasa ini bukan serigala, ritme suara auman nya berbeda." Katrina mulai menebak beberapa hewan yang mungkin bisa mengaum selain serigala.
Suara auman itu bukan seperti auman binatang biasa, melainkan sesuatu yang lebih liar, dan lebih mengancam menderu indra pendengaran Katrina. Samar-samar ia mendengar suara auman itu sekali lagi, namun di posisi yang berbeda dari sebelumnya.
"Ibu... suara apa itu?" tanya Helena dengan suara gemetar. Wajah kecilnya penuh ketakutan, matanya yang membesar kini menatap Katrina dengan cemas. Anak itu semakin mengeratkan pegangan mungilnya di lengan ibunya, seolah-olah hanya itu yang mampu melindunginya dari kengerian di luar sana.
Katrina menelan ludah, mencoba menenangkan degup jantungnya yang mulai berdetak lebih cepat. Ia membungkuk sedikit, menyentuh kepala Helena dengan lembut, meski perasaan was-was dan khawatir mulai menyerang nya.
"Tidak ada apa-apa," katanya dengan suara setenang mungkin. "Itu hanya suara binatang..." Timpalnya.
Namun, di dalam hatinya, Katrina tahu ada sesuatu yang berbahaya sedang mengintai mereka. Suara itu terlalu dekat, dan cukup asing. Hawa dingin dari angin yang bertiup tiba-tiba terasa lebih menggigit, seolah menyatu dengan rasa takut yang perlahan merayap di udara.
Stero tiba-tiba mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhenti. Langkah kuda-kuda mereka terhenti perlahan, namun hewan-hewan itu tampak gelisah, menghentak-hentakkan kaki mereka di tanah yang lembap. Napas mereka tersengal, seolah mencoba memperingatkan bahaya yang tak terlihat.
Rodi, Sarkan, dan Andreas serentak memegang gagang pedang mereka. Jari-jari mereka menegang, siap untuk menghunus bilah tajam jika diperlukan. Mata mereka tajam, menelisik setiap sudut di sekitar, mencoba menembus kabut pagi yang tipis. Namun, yang mereka temukan hanya deretan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan semak-semak belukar yang tak bergerak.
Keheningan yang menggantung terasa berat. Napas mereka terdengar jelas di antara desiran angin pagi, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan sesuatu yang samar, namun tak menyenangkan. Ketegangan semakin meningkat, seolah sesuatu yang tak terduga mengintai dari kegelapan di antara pepohonan.
Suara cekikikan tiba-tiba menyeruak, diikuti oleh cekikikan lainnya yang terdengar menggema di antara pepohonan. Suara itu aneh serta asing, tidak terdengar seperti manusia, tetapi juga terlalu menyeramkan untuk menjadi suara binatang biasa. Ada sesuatu yang mengerikan di balik nada tawa itu.
Dari balik semak-semak, muncul seekor makhluk berbentuk menyerupai serigala, melompat dan mendarat di tepat di depan mereka. Namun tubuhnya lebih kekar, dengan kaki depan yang lebih panjang daripada kaki belakang, memberinya postur yang miring dan tidak wajar.
Bulunya yang coklat kemerahan tampak kusut, bercampur bercak-bercak hitam di sepanjang punggungnya. Moncongnya pendek dan lebar, berbeda dari serigala, dengan mata kuning menyala yang memancarkan kelicikan sekaligus ancaman. Makhluk apakah itu?
Makhluk itu mulai membuka mulutnya, menampakkan deretan gigi tajam yang tidak merata, lengkap dengan taring besar yang menonjol di kedua sisi rahangnya. Dari mulutnya, terdengar suara cekikikan lain, kali ini lebih rendah, seperti sebuah peringatan yang tak menyenangkan.
Stero, dengan sigap, menghunus pedangnya, diikuti oleh ketiga ksatria lainnya yang bergerak cepat. Pedang mereka berkilau di bawah cahaya matahari pagi yang menerobos dedaunan. Sementara itu, Katrina berdiri diam, matanya memperhatikan dengan seksama. Jantungnya berdegup kencang saat ia mencoba mengingat sesuatu.
"Hyena?!” pikir Katrina, menyadari ciri-ciri makhluk itu yang sangat menyerupai binatang pemangsa yang pernah ia lihat di kebun binatang.
Keringat nampak membasahi dahi nya, ia tahu dengan jelas mengenai hewan buas yang kini berada di depan mereka seperti sedang menghadang perjalanan mereka.
"Hyena tidak pernah muncul sendirian... kalau begitu, pasti ada kawanannya di sekitar sini." pikirnya, mulai waspada.
Tatapan matanya menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda keberadaan yang lain. Jika satu saja sudah cukup berbahaya, maka bayangan akan kawanan yang mengintai membuat rasa takut perlahan menyelimutinya.
Hyena adalah hewan pemangsa yang bergerak dalam kelompok. Tidak seperti serigala yang berburu dengan kecerdasan, hyena dikenal karena agresivitas dan keberaniannya, bahkan saat menghadapi lawan yang lebih besar. Makhluk ini tak pernah sendirian dimanapun ia muncul, pasti ada kawanannya yang bersembunyi, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang bersama.
Katrina mengeratkan cengkeraman tangannya pada gagang pedang miliknya yang terselip di pinggangnya. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan buruk tentang apa yang mungkin terjadi jika kawanan makhluk ini benar-benar muncul. Ia tahu mereka harus bertindak cepat, sebelum semuanya menjadi lebih berbahaya.
Sial sekali, Katrina belum belajar ilmu pedang sedikitpun, tapi untunglah ia tahu cara untuk melindungi dirinya sendiri. Namun bagaimana dengan ketiga anaknya dan orang-orangnya?
Salah satunya tangannya terulur untuk mengelus surai kuda yang ia tunggangi, Kuda itu menghentak-hentakkan kakinya, kepalanya bergerak gelisah, seolah bisa merasakan bahaya yang mendekat. Katrina mengepalkan rahangnya, menyadari bahwa waktu mereka semakin sempit.
"Kita harus bergerak secepat mungkin!" serunya, suaranya tegas namun tergesa. Ia menoleh tajam pada Andreas dan Rodi. "Andreas, Rodi! Lindungi Amy dan Anna. Jangan biarkan mereka terpisah!"
Tak lama, firasat buruknya terbukti benar. Tepat saat mereka mulai bergerak, semak-semak di kedua sisi jalan bergoyang liar, dan suara tawa menyeramkan itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat dan memekakkan. Dari balik dedaunan, sekawanan hyena muncul, mata mereka yang berkilau seperti bara menyala menatap tajam ke arah rombongan.
Hyena-hyena itu bergerak cepat, mengelilingi mereka seperti predator yang menikmati permainan. Beberapa muncul dari sisi kiri dan kanan, sementara sisanya mengendap di belakang, mencoba mengepung mereka. Andreas dan Rodi, yang sudah siaga di bagian belakang, segera menarik pedang mereka. Ketegangan di udara pun mulai terasa berat dan mencekam.
Katrina dan Sarkan bergegas mengambil posisi di sisi kiri dan kanan, memastikan tidak ada celah bagi hewan-hewan buas itu untuk mendekati rombongan. Di depan, Stero sudah lebih dulu menghadapi salah satu hyena yang melompat ke arahnya.
Pria itu bergerak gesit, pedangnya berkilat saat ia menebas hewan buas tersebut, namun serangan berikutnya datang lebih cepat dari yang ia perkirakan.
Katrina menarik napas dalam-dalam, memfokuskan pikirannya. Ia tahu ini bukan hanya tentang bertahan hidup, tapi juga melindungi semua orang yang ia bawa dalam perjalanan ini.
Pertarungan yang tak mungkin terelakkan sudah terjadi di belakang, Andreas dan Rodi terlihat sudah mulai bertarung melawan serangan dari beberapa Hyena, di sertai suara teriakan yang keluar dari Anna dan Amy yang ketakutan di dalam gerobak.
Henry dan Harrison pun nampak ketakutan, mereka mengeratkan pegangan tangan nya ke Simon dan Adolft. Kedua pria berbeda usia itu pun tampak berkeringat dingin menghadapi kekacauan yang terjadi. Mereka tidak bisa melakukan apapun selain terdiam di tengah-tengah para ksatria yang mengelilingi mereka dan tengah bertarung melawan Hyena.
Katrina perlahan menarik tali kuda nya untuk bergerak mendekati gerobak. "Helena, kau tunggu di sini, ingat! Jangan keluar apapun yang terjadi." Pinta Katrina dengan nada tegas.
"Anna, kuminta padamu untuk menjaganya." Titah Katrina pada Anna yang menatap manik mata nya.
Anna bisa melihat sebuah tekat dan keberanian terlihat di manik mata nyonya nya. Wanita itu tampak benar-benar tegar seolah siap menghajar sekelompok hyena itu.
nuwun thor upnya
/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/