***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 AKU RELA...
"Maafkan aku karena kelancanganku, dan terima kasih banyak karena anda sudah membantu biaya operasi mamaku. tapi sepertinya itu juga setimpal karena aku sudah memberikan kesucianku padamu." Aku berusaha untuk membuat lelaki yang ada di depanku itu mengerti maksud dan tujuanku menemuinya yaitu untuk berterima kasih.
"Lalu?"
"Dia bilang lalu? lalu aku harus menjawabnya apa sekarang?" aku masih mencoba untuk menata bahasaku untuk menjawab pertanyaan "lalu" yang dokter itu tanyakan padaku.
"Emb... sepertinya hanya itu saja," Aku berusaha untuk mengakhirinya karena memang sepertinya sejumlah uang yang dokter itu bayarkan untuk operasi mamaku jumlahnya masih terlalu sedikit hanya untuk menggantikan kesucianku yang sudah aku jaga selama ini. Tapi lagi-lagi aku sadar itu semua bukan murni kesalahannya dan jika aku dan dia berakhir di salah satu ruang kamar hotel ternama itu pun juga bukan kesalahan sepihak dia.
"Kalau begitu keluarlah aku mau istirahat,"
Ucapan dokter itu bagaikan irisan pisau yang mengiris hatiku karena ia langsung memintaku untuk segera keluar begitu saja tanpa ucapan apapun. aku pun hanya bisa beranjak dari tempatku dengan langkah kaki berat melangkah pergi meninggalkannya, aku pergi keluar dari ruangan itu tanpa menoleh ke belakang ke arah lelaki itu berada.
"Apa memang yang aku harapkan?"
Aku yang menyandang status sebagai salah satu mahasiswi terbaik di fakultas tempatku kuliah dan masuk fakultasku tersebut dengan menggunakan beasiswa, merasa jika beberapa hari belakangan aku kurang bersemangat untuk kuliah, di mana aku jelas akan bertemu dengan beberapa orang yang menyebalkan di sana dan salah satunya adalah temanku yang sudah membubuhkan sesuatu ke dalam minuman yang beberapa waktu lalu aku teguk.
Hari itu aku masih berdiri di depan pintu gerbang kampusku, rasa-rasanya aku begitu malas untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam, ditambah lagi 5 hari sudah berlalu operasi mamaku dan saat ini mamaku sedang berada di rumah sakit sendirian aku tidak bisa bolos kuliah karena aku sudah mempertahankan keefektifan masukku setiap hari ke kampus.
Dan benar saja, apa yang aku khawatirkan itu pun terjadi.
"Plak!" tabokan keras menampar salah satu sisi pundakku ketika aku masih mematung di sana. Sontak Aku menoleh dan menatap ke arah samping di mana di sana ada beberapa orang kenalanku yang beberapa waktu lalu ikut dalam acara pesta tersebut. yang jelas mereka tahu bahwa di acara tersebut akulah bintang utamanya.
"Superior kampus kita tidur dengan siapa malam itu?"
Aku mendengar celetuk dari salah satu temanku di sana dan aku hanya mengabaikannya saja meskipun mereka sudah menghimpit di kedua sisi lengan tanganku seolah mereka begitu akrab denganku meski kenyataannya mereka hanya ingin mengejekku.
"Minggir, aku mau masuk!" Aku berusaha untuk mengibaskan tangan-tangan mereka dari kedua sisi tanganku seolah aku benar-benar begitu risih dengan apa yang mereka lakukan.
"Hei, jawab dulu dong! malam itu kamu tidur dengan siapa jadinya? sial! harusnya malam itu aku mengambil videomu saat sedang kepanasan. Akh... pasti menyenangkan menyebarkan video seorang superior kampus ternyata bermain liar ditempat hiburan malam untuk mendapatkan uang!"
Aku masih diam ketika aku mendengarkan mereka mengucapkan banyak kata yang menyudutkan ku. hingga dari kejauhan salah satu dosen datang untuk mulai masuk ke dalam. akhirnya mereka kembali ke tempat duduk mereka masing-masing aku pun juga menempati salah satu bangku di sana dan mulai mengikuti mata kuliahku sampai selesai.
Sore itu setelah mata kuliah selesai aku buru-buru segera pergi menuju ke rumah sakit untuk melihat keadaan mamaku dan menunggui mamaku di sana nyatanya aku buru-buru karena aku tidak ingin bertemu dengan mereka lagi Yang suka menggangguku.
Baru saja aku masuk ke salah satu angkutan umum yang melintasi di depan kampusku aku mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengabarkan jika mamaku saat itu mengalami kejang-kejang. tidak menunggu waktu lama aku langsung meminta Pak sopir untuk menghentikan angkutan umum tersebut dan aku langsung keluar dari angkutan umum itu karena aku takut jika angkutan umum itu tidak akan langsung berjalan dengan cepat sesuai keinginanku sedangkan saat itu aku ingin sekali cepat sampai ke rumah sakit di mana mamaku berada.
Aku tidak berpikir banyak aku langsung menyetop ojek online yang melintas, tidak peduli Apakah ojek online itu sudah memiliki penumpang atau tidak yang aku inginkan saat itu juga aku harus tiba di rumah sakit dengan cepat.
Dan setelah beberapa saat aku tiba di rumah sakit aku langsung berlari menuju ke tempat mamaku berada, di sana sudah ada Pak dokter dan juga beberapa perawat yang berusaha untuk menenangkan Ibuku dan saat itu dokter langsung memberitahuku apa yang terjadi dengan ibuku dan aku begitu terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Ibuku harus melakukan operasi kedua untuk menstabilkan keadaannya.
Bak petir yang menggelagar diatas kepalaku jelas aku langsung bisa menebak apa yang akan aku lakukan selanjutnya untuk memberi persetujuan tentang operasi tersebut dan meskipun aku menyetujuinya kalau aku tidak mendapatkan uang semuanya juga pasti akan sia-sia saja.
"Baiklah dokter Aku akan berusaha untuk mencari uang untuk biaya operasi mamaku secepatnya meskipun aku harus membayarnya separuh terlebih dahulu paling tidak aku bisa untuk membuat mamaku masuk keruangan operasi," Aku berusaha untuk memberi tahu dokter yang ada di depanku dan dokter itu pun bisa mengerti.
Aku masih melihat keadaan mamaku yang tampak begitu kacau meskipun kenyataannya saat itu kejangnya sudah berkurang dan mamaku hanya menggeliat di atas ranjangnya saja. Aku hanya bisa menatapnya karena aku tidak tahu aku harus melakukan apa untuk mendapatkan uang tersebut. Aku tidak pernah berpikir jika aku akan mengalami hal ini sampai dua kali aku mengira jika aku hanya membutuhkan sedikit uang untuk pemulihan mamaku saja tapi ternyata aku salah.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus meminjam uang pada siapa? aku tidak mengenal siapapun di sini. aku hanya orang rantau bersama dengan mamaku," tatapanku langsung membelalak ketika aku tahu siapa orang yang bisa membantuku untuk permasalahan yang aku hadapi saat ini tanpa pikir panjang aku pun langsung menuju ke ruangan dokter Rafandra Erlangga untuk mencari bantuan.
"Aku tidak peduli Apakah apa yang akan aku katakan padanya begitu memalukan tapi yang pasti aku rela menjual diriku sendiri untuk digantikan kesembuhan mamaku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain mamaku jadi akan ku pertaruhkan semuanya di sini aku tidak akan peduli bagaimana dokter itu menatap," aku terus menggerutu selama perjalanan menuju ke ruangannya mencoba untuk meyakinkan diriku jika apa yang akan aku lakukan itu sudah benar.