NovelToon NovelToon
Melukis Cinta Bukan Mengukir Benci

Melukis Cinta Bukan Mengukir Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rieyukha

Memiliki kehidupan yang nyaris sempurna, Marsha memiliki segudang prestasi, ia juga terampil dalam seni lukis dan percintaan yang bahagia bersama Reno─sepupunya sendiri. Mereka telah membangun rencana masa depan yang apik, namun siapa yang akan menyangka takdir tidak selalu mengikuti semua rencana.
Marsha tiba-tiba harus menggantikan Maya─kakaknya yang kabur karena menolak menikahi Alan─pria pilihan orang tuanya berdasarkan perjanjian bisnis. Masa depan perusahaan orang tuanya yang diambang kebangkrutan sebagai konsekuensinya.
Bagai simalakama, terpaksa Marsha menyetujuinya. Statusnya sebagai pelajar tidak menunda pernikahan sesuai rencana diawal. Alan adalah pria dewasa dengan usia yang terpaut jauh dengannya ditambah lagi ia juga seorang guru di sekolahnya membuat kehidupannya semakin rumit.
Menjalani hari-hari penuh pertengkaran membuat Marsha lelah. Haruskah ia berhenti mengukir benci pada Alan? Atau tetap melukis cinta pada Reno yang ia sendiri tidak tahu dimana ujung kepastiannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rieyukha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TAKDIR TIDAK SELALU SESUAI RENCANA

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu Marsha abaikan, ia tidak peduli lagi siapa dan mau apa, toh semua tidak akan merubah keputusan yang sudah terjadi.

Marsha duduk di kursi meja belajarnya sembari melihat keluar jendela kamarnya dengan tatapan kosong. Perasaannya marah, kecewa dan juga sakit. Ia merasa keluarganya juga mengkhianati dirinya. Tidak hanya itu, ia juga merasa dunianya hancur dan masa depannya suram, Marsha tidak bersemangat lagi untuk merangkai rencana masa depannya seperti biasanya, seakan pikirannya terhenti dan gelap. Hingga ia tidak bisa berpikir apa-apa lagi selain kekecewaan dan kesedihannya sekarang.

Mata Marsha melirik kalender meja didepannya, beberapa detik kemudian ia teringat ia sedang dimasa class meeting dan sebentar lagi libur semester kenaikan kelas. Matanya memicing, otaknya seketika kembali bekerja merangkai hari-hari sebelum musibah dirinya atas perjodohannya ini terjadi.

"Sialan!" umpatnya, entah mengapa ia menjadi seperti bukan dirinya yang kalem dengan tutur kata yang baik. Begitu otaknya mendapatkan jawaban ia mendengkus dengan kesal, bibirnya terkatup sehingga menggertakkan giginya dengan geram.

Berdasarkan pemikiran Marsha, ternyata semua sudah diatur. Prestasi Marsha adalah kebanggaan tersendiri bagi orang tuanya selama ini. Jika sebulan lalu saat Harris pulang dari rumah sakit atau setidaknya sebelum selesainya ujian sekolah Marsha tahu tentang masalah perjodohan ini, jelas itu akan mengganggu bahkan mengacaukan konsentrasi Marsha sehingga membuat hasil ujian buruk dan beresiko apa yang menjadi kebanggaan keluarganya selama ini sirna atau bahkan tidak ada. Mereka akan malu.

Kembali Marsha mendengkus kesal, harusnya ia curiga saat Maya berlibur terlalu lama bahkan tidak bisa dihubungi sama sekali. Fokusnya pada persiapan ujian sekolah tidak memperhatikan apa-apa yang telah terjadi di sekitarnya.

Sebenarnya prestasi yang ia dapatkan bukanlah sebuah tuntutan orang tuanya, namun adalah tantangan tersendiri untuknya sebagai standar apakah ia mampu atau tidak. Ia menjalani dengan senang hati, jika pun tidak sesuai ekspektasi Marsha tidak pernah berpikir itu adalah kegagalan atau hal yang membuatnya sedih apalagi hingga frustrasi. Namun kenyataannya semua diluar prediksi, pencapaiannya yang gemilang adalah nilai dan kebanggaan kedua orang tuanya.

Marsha bertekad dengan berat hati akan memaksa dirinya berulah ketika mulai bersekolah nanti. Ia tidak ingin kelebihan pada dirinya dijadikan manfaat terutama keluarganya sendiri.

Jika sekarang tidak mungkin Marsha kabur seperti Maya kan? Belajar dari pengalaman pasti Harris sudah mempersiapkan segala pengawalan dan pengawasan ketat jika memang Marsha berniat kabur. Ia hanya bisa tersenyum miris meratapi kemalangan nasibnya.

Marsha hanya diam begitu mendengar kamarnya dibuka tanpa izin, "Sayang, ini ada cheesecake dari Reno."

Mendengar nama Reno langsung membuat Marsha mengalihkan pandangannya, ia menoleh kearah pintu namun wajahnya langsung kecewa Reno yang diharapkannya tidak ada disana.

"Reno mampir sebentar cuma mau antar ini, ada rapat direksi katanya jadi nggak bisa lama-lama. Nanti kalau urusan kerjaan hari ini selesai Reno langsung kerumah." Nadia menjelaskan sebelum Marsha semakin kecewa. Ia tahu sekarang hanya Reno yang dibutuhkan Marsha sebagai teman cerita.

Marsha hanya diam, pandangannya kembali ke depan menatap keluar jendela, entah apa yang dipikirkan Nadia tentang Reno. Mungkin semua orang yang tahu dan melihat keakraban mereka kecuali Sarah akan berpikir Reno hanya sekedar sepupu Marsha, kedekatannya hanya sebatas saudara.

‘Tapi orang-orang tahu kan kak, kalau ada yang menikahi sepupunya sendiri.’ protes Marsha kala itu yang tidak terima keakrabannya dilihat hanya sebatas saudara saja.

'Ada. Nanti kita salah satunya.' ucapan Reno berhasil membuat wajah kesal Marsha saat itu berubah menjadi merona senang, ia serasa melayang karena saking senangnya.

‘Sha, apa nggak ngomong aja gitu ke keluarga lo soal hubungan kalian, jangan sampai ya tengah jalan ada yang menikung.’ peringatan Sarah dulu pun terngiang kembali oleh Marsha.

‘Masih sekolah Sar, rencananya lulus nanti baru deh kasih tahu, biar langsung tunangan.’ ucap Marsha yakin, ‘Lagian siapa mau menikung kalau cinta kami sama-sama kokoh Sar,’ Sarah hanya mengedikkan bahunya menanggapi keyakinan Marsha saat itu.

Marsha bergeming, siapa yang mau menikung? Takdir. Ia pun kembali tersenyum miris mengingat kebodohannya begitu sadar jika semua kehidupan dan rencana bukan dirinya yang mengatur. Siapa yang bisa melawan takdir jika semua dipersiapkan sekokoh mungkin, tidak ada yang menjamin kan.

Dengan perasaan getir ia menyesali semua yang telah terjadi, kenapa ia tidak mengindahkan ucapan Sarah waktu itu? Kenapa ia terlalu yakin pada hubungannya yang akan selalu baik-baik saja? Kenapa? Kini hanya rasa sesak dan sesal yang memenuhi dirinya.

***

1
ione
Luar biasa
Komang Martini
lanjut
Komang Martini
bagus
Kha
Terima kasih buat yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca novel saya, mohon dukungannya yaa. Happy reading 💚
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!