NovelToon NovelToon
Pernikahan Satu Tahun

Pernikahan Satu Tahun

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: wiwit rthnawati

Andara Mayra terpaksa menerima perjodohan dengan seorang pria yang sudah dipilihkan oleh ayahnya.

Namun dibalik perjodohan yang ia terima itu ternyata ia sudah memiliki kesepakatan sebelumnya dengan sang calon suami. kesepakatan jika setelah satu tahun pernikahan, mereka akan bercerai.

akankah mereka benar-benar teguh pada kesepakatan mereka? atau malah saling jatuh cinta dan melupakan kesepakatan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwit rthnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pakaian berenda

"Gak papa kok pah, Bara sih oke-oke aja." Mataku membola saat suara mas Bara menjawab pertanyaan papa. Aku segera membalikkan badan melihat kearah belakangku.

Ya tuhan, ternyata ada mas bara dan asistennya berdiri di belakangku. Jangan-jangan tak hanya mendengar pembicaraanku, dia juga pasti melihat sikap manjaku pada papa tadi.

"Gimana sayang? Besok kamu sudah bisa mulai magang di kantor suamimu." Aku hanya menggaruk kepala yang tak gatal mendengar ucapan papa.

"Kok mas Bara ada disini sih?"

"Iya tadi aku habis meeting sama papa. Kebetulan perusahan kita menjalin kerjasama untuk proyek baru."

Tak menunggu waktu lama papa menyuruhku ikut pulang bersama mas Bara.

Aku kini duduk bersebelahan dengan mas bara. Dengan asisten lie yang mengemudi didepan sana.

"Kupikir setelah menikah kamu tidak akan semanja itu sama papa. Ternyata masih sama." Ucapaan mas Bara membuatku mendelik.

"Apa maksud mas Bara? Memangnya tidak boleh manja sama papa sendiri?" Aku menatap tak suka padanya.

"Ya boleh saja kalau merasa masih anak kecil." Aku merasa tersinggung dengan ucapannya.

"Jadi maksud mas Bara aku masih anak kecil?"

"Ya yang bersikap manja begitu kan cuma anak kecil."

"Asisten lie?"

"Iya nona?"

"Berhenti disini."

Ciit

Asisten lie menghentikan mobilnya. Kedua orang itu langsung melihatku.

Aku keluar tanpa kata.

"Enak aja dibilang anak kecil. Udah gede gini masa dibilang anak kecil. Kecil-kecil gini udah bisa bikin anak kecil." Aku berjalan dengan menggerutu kesal.

"Ooo yah?" Suara mas Bara menghentikan langkahku. Aku melirik kebelakang, ternyata dia mengikutiku dari tadi.

"Ayo kita buktikan?" Ia tersenyum smirk lalu berjalan mendekatiku dan memanggul tubuhku bak karung beras.

"Mas Bara lepas mas. Iiih." Aku memukul punggungnya yang kekar. Sepertinya pukulanku tak berarti apa-apa untuknya. Ia kembali mendudukkanku diatas jok mobil.

"Lain kali jangan turun ditengah jalan seperti itu." Ia menatapku sekilas lalu mengalihkan tatapannya ke depan.

"Jalan lie."

Aku mendengus kesal melihatnya. Kulihat ia kembali sibuk dengan ponselnya. Aku memilih melihat jalan yang mulai basah oleh air hujan. Yeah saat aku turun tadi gerimis memang sudah mulai turun, namun aku abaikan.

Asisten lie mengirimku ke rumah. Dan mas Bara pun ikut turun.

"Tumben masih siang pulang."

"Bukankah kita akan membuktikan jika anak kecil ini sudah bisa membuat anak kecil?" Ia tersenyum dengan menaik turunkan alisnya. Aku melotot melihatnya.

"Iiih." Dengan takut aku langsung berjalan cepat menaiki tangga untuk pergi menuju kamarku. Aneh rasanya melihat dia seperti itu.

"Aku di rumah. Besok saja kita ketemu di kantor." Kudengar sayup-sayup mas Bara sedang menelpon dengan seseorang. Aku berjalan melewati kamarnya.

"Iya sayang, besok kita makan siang bareng." Heah dia sedang menelpon pacarnya. Aku berjalan turun menuju meja makan. Saatnya makan siang.

"Iya. Iya. Ya udah aku makan siang dulu yah. Bye."

"Hmmm i love you too." Aku memutar bola mata malas. Ternyata ABG tua seperti mereka juga bisa seperti itu. Eh tapi kalau aku lihat-lihat. Usia mas Bara sepertinya tidak jauh berbeda dengan usia Bang Erik dan kak Satria.

Oh iya. Kenalkan, bang erik adalah kakakku satu satunya, kebetulan dia masih di belanda mengurusi bisnis papa yang disana. Sedangkan kak satria, dia adalah calon suamiku. Harapanku begitu. Dia masih menjalani S3nya di L.A dan ia akan melamarku saat ia sudah lulus nanti. Makannya aku mau menerima perjodohan dengan mas Bara karena kesepakatan berpisah setelah satu tahun, dan setelah kita berpisah aku bisa melanjutkan hubunganku dengan kak Satria.

Aku menyantap makan siang yang sudah disiapkan oleh bik sumi. Disusul oleh mas Bara yang kini duduk di hadapanku.

Kaus putih press body dan celana pendek diatas lutut membuat dia lumayan tampan. Stop.stop. aku tak boleh melihatnya terlalu lama, apalagi sampai mengaguminya seperti itu. Bukankah dari mata bisa turun ke hati. Selama ini aku selalu berusaha menutup mata tak ingin melihatnya, apalagi memandanginya.

"Kenapa? Terpesona?" Ia menatapku.

"Enggak. Biasa aja." Aku segera mengalihkan pandanganku.

"Kita lihat. Apakah benar pesonaku yang tampan ini, takkan mampu membuatmu jatuh cinta pada kekasih orang." Ia berbicara seolah menantang perkataanku saat aku bicara dengan mbak anastasya malam itu.

"Mas Bara tidak berniat membuatku jatuh cinta sama mas Bara kan? Karena tidak seperti itu perjanjian kita sebelumnya." Aku berusaha mengabaikannya.

"Kita tidak tahu kan dengan takdir masa depan. Bisa saja semuanya berubah." Aku menatapnya tajam, mendengar perkataanya itu seolah ia sudah memiliki niatan yang berbeda saat ini.

"Tunggu tunggu. Apa jangan-jangan mas Bara sendiri yang sudah jatuh cinta padaku? Iya?"

Uhuk uhuk. Kulihat ia yang sedang minum langsung tersedak.

"Aku?" Ia menunjuk wajahnya sendiri. "Jatuh cinta sama anak kecil sepertimu?" Ia beralih menunjukku.

"No no no. Itu takkan mungkin. Kamu bukan tipeku." Wajahnya berubah datar.

"Ya ya. Pegang kata-katamu. Ingat kesepakatan kita."

"Kesepakatan apa ini?" Kulihat mama datang bersama mama Arum, mama mertuaku.

"Eh mama kesini?" Aku dan mas Bara bangkit menyalami mereka.

"Kesepakatan apa hm? Kok sama suami main kesepakatan-kesepakatan? Kayak bisnis aja." Mas Bara ikut menyalami mereka. Kami kembali duduk di meja makan.

"Itu mah. Mm besok aku mau magang di kantor mas Bara. Dan kami sepakat untuk profesional dalam bekerja gitu." Aku mencoba memberi alasan pada mereka.

"Ooh gitu. Mama kira ada kesepakatan apa."

Aku menyiapkan piring untuk mama dan mama Arum agar ikut makan bersamaku dan mas Bara. Dan akhirnya kamipun makan siang beraama.

"Mama dan mama Arum tumben main ke sini?"

"Iya, tadi mama dan mama Arum habis dari mall. Kebetulan kami tadi lihat baju bagus buat kamu. Nih." Mama memberikan beberapa paper bag untukku. Aku mencoba mengintip isinya.

"Udah nanti aja dilihatnya sekalian di pakai. Sekarang makan aja dulu."

"Mama kira kamu masih kerja Bar." Mama Arum tersenyum melihat anaknya yang sedang lahap memakan makanannya.

"Iya, hari ini kerjaan Bara gak begitu padat ma. Jadi Bara pulang aja, sekalian nemenin istri kan."

"Ah iya iya. Kalian kan pengantin baru. Yaudah yuk jeng kita pulang. Siapa tahu mereka mau bikinin kita cucu."

Uhuk uhuk

Kini aku yang tersedak. Mas Bara langsung memberikan minum untukku.

"Mama makan dulu lah. Kenapa buru-buru sih." Aku mencoba menenangkan tubuhku.

"Udah kenyang. Iya kan jeng. Ayo." Mama dan mama Arum pun akhirnya pergi. Aku kembali melanjutkan makan siangku setelah mengantar para mamaku sampai depan.

"Mereka niat banget kayaknya pengen cepet punya cucu." Mas Bara kembali melihatku yang duduk didepannya.

"Biarin aja. Atau mas Bara aja yang bikin buat mereka."

"Mana bisa bikin sendirian."

"Ya sama pacar mas lah bikinnya."

"Yang pengen cucu kan mamaku dan mamamu. Ya yang bikin harus aku dan kamu. Katanya kecil-kecil juga udah bisa bikin anak kecil." Ia tersenyum smirk menatapku, seolah ia memang sengaja menggodaku.

"Iish apaan sih." Karena kesal aku melempar satu paper bag kecil di hadapanku pada mas Bara. Kulihat sesuatu yang berenda merah keluar dari sana mengenai wajah mas Bara.

"Waaaw." Mas bara mengambil sesuatu yang keluar dari paper bag itu dan memperlihatkannya dihadapanku.

"Sepertinya ini sangat cocok untukmu." Pipiku terasa panas melihat apa yang sedang mas Bara perlihatkan padaku. Celana dalam warna merah dengan renda disisi sisinya membuatku malu membayangkan jika nanti aku memakainya. Segera kuambil benda itu dari tangan mas Bara. Tak lupa kuambil juga semua paper bag yang ada disana dan membawanya ke kamar.

Ah aku tak percaya, ternyata semua isi didalam paper bag paper bag itu adalah dalaman yang seksi dan juga lingerie transparan untukku.

"Apa kamu sudah siap?" Kulihat kepala mas bara menyembul dari balik pintu. Sontak aku segera membereskan pakaian-pakaian seksi itu dan menyimpannya.

"Mas bara ih." Kulemparkan bantal pada kepalanya. Membuat ia segera pergi. Ah kenapa malu sekali rasanya. Apalagi tingkah mas Bara yang mendadak omes membuatku semakin kegerahan karenanya.

Kusimpan pakaian-pakaian haram itu jauh ke dalam lemari. Aku tak ingin mas Bara sampai melihatnya, ia pasti akan kembali menggodaku nanti.

1
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
Niki Fujoshi
Nggak bisa move on.
Shinn Asuka
Ngga bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!