Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Keesokan harinya
"Tam, aku mau nanya serius deh sama kamu." Tama yang sedang asik bermain handphone tiba-tiba di tanya oleh Reza teman sebangkunya, karena jam pelajaran juga belum dimulai pagi ini.
"Nanya apaan Za?" Tanya Tama yang langsung menyimpan handphonenya dan langsung menatap Reza yang wajahnya memang sedang serius.
"Em aku perhatikan kamu makin ke sini makin dekat ya dengan Husna, kalian pacaran?" Reza bertanya dengan perasaan curiga dan penasaran.
"Enggak Za, eh belum maksudnya, soalnya suatu hari nanti mungkin saja itu bisa terjadi aku pacaran sama dia." Jawab Tama dengan pedenya sambil menggerak-gerakkan alisnya ke arah atas dan bawah.
"Gila ya kamu Tam, kamu nggak takut apa sama pak Frian?" Ucap Reza yang tak menyangka ternyata Tama sudah seberani itu kepada Husna saat ini.
"Kenapa harus takut? Kecuali nih ya Husna itu sudah jadi istrinya Frian baru aku takut, soalnya kan bisa dipenjara aku nanti kalau macarin istri orang." Tama malah menjawab seperti tak ada rasa takut sama sekali dalam dirinya terhadap Frian.
"Ya bukan itu maksudnya Tam, bahaya loh kalau kamu nekad terus kaya gini, asal kamu tahu Frian itu bukan orang sembarangan." Reza mencoba sedikit mengingatkan Tama tentang sosok Frian.
"Ah aku sudah tahu ko Za, sebenarnya salah satu alasan aku ngedeketin Husna itu aku ingin melindungi dia, lagian aku juga tahu kalau selama ini kamu menyembunyikan sesuatu dari aku tentang sosok Frian yang sebenarnya, aku sudah tahu ko Za semua kelakuan Frian yang sebenarnya."
Tama mengungkapkan alasan yang sebenarnya kenapa dia terus mendekati Husna. Dan dia juga sudah tahu kelakuan bejat Frian di sekolah ini.
"Hah kamu sudah tahu? Pasti Husna sudah cerita ya sama kamu?" Reza langsung kaget karena rahasianya bersama Husna kini sudah diketahui oleh Tama.
"Iya aku sudah tahu semuanya dari Husna. Maka dari itu aku harus melindungi Husna Za, aku nggak mau Husna juga sampai jadi korban."
"Hmm, terus rencana kamu apa Tam? Aku boleh ikut bantu nggak soalnya aku juga sudah muak sekali sebenarnya ingin membongkar semua kejahatan ini."
Reza ingin sekali membantu Tama dan Husna dalam masalah ini, karena dia merasa tersakiti melihat beberapa teman perempuannya sudah diperlakukan semena-mena oleh Frian.
"Rencana awalku sih yang pertama aku ingin melepaskan Husna dari jeratan Frian, aku ingin hutang keluarganya lunas sehingga Husna bisa bebas dari keluarga Frian. Setelah itu baru aku bertindak ke langkah selanjutnya untuk membongkar kejahatan Frian."
Tama menjelaskan rencana awalnya kepada Reza, tapi di sini Reza kaget ternyata ini alasan Husna yang sebenarnya mengapa dia berhubungan dengan Frian sampai saat ini.
"Oh jadi keluarga Husna itu punya hutang sama keluarga Frian, hmm pantas saja Husna mau jadi pacarnya guru setres itu." Reza berbicara sambil menganggukkan kepalanya karena kini sudah tahu alasan yang sebenarnya.
"Hus jangan kenceng-kenceng!" Tama langsung menutup mulut Reza dengan telapak tangannya, karena Tama takut ada yang mendengar perkataan Reza barusan.
Reza langsung menutup rapat mulutnya karena tak sadar bahwa di sekitar mereka banyak sekali orang.
"Tapi jangan kasih tahu siapa-siapa ya Za soal alasan Husna itu! Kalau kamu mau bantu, kamu tolong ikut jagain Husna ya Za semisal lagi nggak ada aku. Saat ini Husna ada dalam pantauan aku karena aku nggak mau sampai dia kenapa-kenapa, dia cuma korban Za dia sama sekali tak mencintai Frian, kita harus membantunya."
Tama mengajak Reza untuk bekerjasama walaupun Tama hanya menyuruh Reza untuk ikut memantau Husna, Tapi Tama yakin Reza yang sudah tahu rencana ini akan lebih memudahkan Tama dalam melakukan tindakan.
"Hmm iya Tam aku pasti bantu pantau ko, syukurlah aku tenang kalau Husna sudah ada yang melindungi, tapi tetap hati-hati ya Tam karena aku yakin perjuanganmu tak akan mudah untuk mengalahkan Frian."
"Tenang aja Za aku pasti nggak akan gegabah ko." Ucap Tama sambil tersenyum meyakinkan Reza.
"Kasihan ya Husna, ternyata dibalik senyuman cantiknya dia menanggung beban yang begitu berat, aku nggak nyangka loh Tam." Reza merasa iba sambil sejenak memandang Husna dari kejauhan.
"Ya gitu lah Za, mungkin tuhan sengaja menempatkan aku sekarang di sini untuk menyelamatkan dia. Aku nggak mungkin diam saja Za."
"Hmm, mudah-mudahan rencanamu berhasil ya Tam, aku akan bantu semampuku." Tutur Reza sambil menepuk pelan pundak Tama.
"Makasih ya Za!"
"Iya Tam sama-sama."
***
Saat jam istirahat, Husna dipanggil lewat telpon oleh Frian karena Frian ingin berbicara cukup serius dengannya.
Awalnya Frian mengajak Husna masuk ke ruang BP. Tapi karena di sana ada guru yang lain, pada akhirnya Husna di ajak mengobrol di salah satu lorong sekolah yang sangat sepi.
Sementara itu semenjak Husna pergi meninggalkan kelas, Tama mengikuti Husna secara sembunyi-sembunyi karena dia tahu bahwa Husna pasti akan menemui Frian siang ini, kini dia mengintip dibalik tembok sekolah dari kejauhan sendirian.
Husna yang di seret secara kasar menuju lorong itu mencoba melepaskan genggaman tangan Frian sekuat tenaganya.
"Lepasin Kak! Sakit tangan aku." Sambil meringis kesakitan Husna meminta Frian untuk melepaskan tangannya.
Pada akhirnya Frian pun melepaskan genggaman tangannya. Tapi wajahnya kini sangat menakutkan dengan tatapan sinis dan muka memerah di hadapan Husna.
Sebenarnya Tama dari kejauhan sudah ingin berlari menghampiri mereka, tapi karena Tama rasa masih baik-baik saja, Tama pun membatalkan niatnya itu dan hanya memantau mereka kembali dari kejauhan.
"Mau ngomong apa sih Kak? Kita kan bisa bicara baik-baik." Tanya Husna sambil memegang tangannya yang kesakitan.
"Masih tanya kamu aku mau ngomong apa? Heh kemarin kamu habis darimana sama murid baru itu? Udah mulai berani bohong ya kamu sekarang." Frian berbicara dengan nada membentak sambil memegang dagu Husna, dia sangat kesal sekali karena Husna sudah berani membohonginya.
Husna yang tak bisa menjawab dan ketakutan hanya bisa diam sambil menahan pandangan wajah Frian yang begitu menakutkan dihadapannya.
"Kamu jangan macam-macam ya Husna sama saya! Harusnya kamu bersyukur sudah saya tolong dan perhatikan selama ini, kamu harus ingat perjanjian diantara kita jadi jangan sekali-kali melanggar perjanjian itu!"
Frian langsung mengancam Husna sambil mendekatkan wajah Husna hingga hidung mereka hampir bersentuhan.
Husna yang semakin ketakutan hanya bisa diam dengan nafas yang mulai cepat dan tubuh bergetar seolah aliran darah dalam tubuhnya terhenti karena tatapan Frian sangat menakutkan di hadapannya.
Setelah beberapa saat, Frian pun menghempaskan Husna dengan kasar sampai Husna sedikit terdorong ke arah belakang.
Husna sempat mengeluarkan beberapa tetes air matanya karena perlakuan kasar Frian makin kesini makin menjadi-jadi terhadapnya.
Frian mencoba kembali mendekat ke arah Husna karena sempat sedikit menyesali perbuatan kasarnya barusan.
Saat Frian mencoba menyentuh Husna, tiba-tiba Husna menangkis dan mundur tak ingin Frian mendekatinya.
"Jangan sentuh aku! Makin ke sini aku jadi makin nggak percaya sama kakak, aku kira kakak akan menjagaku seperti janji kakak waktu dulu, tapi sekarang aku sudah tahu bahwa kakak hanya memanfaatkan aku saja untuk jadi bahan pelampiasan, aku sudah muak sama kakak, aku sudah muak!"
Dengan nada teriak, Husna berbicara kepada Frian meluapkan semua kemarahannya selama ini yang selalu dia pendam dalam hatinya.
"Hmmm." Frian malah tersenyum sinis mendengar kemarahan Husna.
Frian malah terus mendekati Husna sampai Husna mundur beberapa langkah.
"Mau semarah apapun kamu, sampai kapanpun kamu nggak akan pernah bisa lepas dariku Husna, perjanjian kita sudah nggak bisa diganggu, kamu akan menjadi milikku selamanya." Ucap Frian sambil kembali mendekat ke arah Husna dengan tatapan aneh seperti menginginkan sesuatu dari Husna yang selalu terlihat cantik dihadapannya.
"Nggak! Aku nggak mau! Aku nggak mau!" Husna kembali berteriak menolak semua yang Frian ucapkan. Tangisannya kini semakin larut karena begitu teganya Frian berbicara seperti itu. Ditambah tatapan Frian yang semakin aneh di hadapannya.
"Ayo sayang sini! Jangan takut aku ini kan calon suamimu. Maafkan aku ya aku janji tak akan kasar lagi." Frian semakin mendekat dan mencoba mendekap Husna dengan kedua tangannya.
Husna yang tak bisa kemana-mana karena dibelakangnya adalah jalan buntu, hanya bisa menahan dengan kedua tangannya sambil menangis lirih.
Brak!!
Dari arah belakang Tama yang sudah dongkol dengan kelakuan Frian, dia langsung berlari kemudian tanpa ragu dia langsung menendang keras punggung Frian sampai Frian tersungkur dihadapan Husna.
"Ayo Husna!" Ajak Tama yang langsung mengambil tangan Husna dan mengajaknya pergi dari tempat itu.
Husna dan Tama langsung berlari meninggalkan Frian yang tersungkur dengan kesakitan di punggungnya.
"Arghhh." Frian meringis kesakitan sambil memegang punggungnya.
Husna dibawa Tama ke area belakang sekolah agar Husna aman walau sementara, Husna langsung memeluk Tama sambil menangis meluapkan semua ketakutannya.
"Untung saja aku ngikutin kamu, udah ya Husna aku rasa sudah cukup! Mulai saat ini aku sama sekali sudah nggak mau melihatmu menemui dia lagi sedikitpun apapun itu alasannya."
Sambil menenangkan Husna yang ada di pelukannya, Tama berbicara dengan hati yang sangat sesak dan marah karena sudah menyaksikan sendiri perlakuan Frian terhadap Husna seperti apa.
"Aku takut Tama, aku takut!" Husna semakin menangis dan tersedu-sedu karena ketakutannya pada Frian yang semakin menjadi-jadi.
"Sudah kamu nggak perlu takut, ada aku di sini! Mulai sekarang kamu akan jadi tanggung jawab aku, kamu nggak perlu menemui dia lagi ya, aku akan sesegera mungkin membebaskan mu dari mereka, kamu nggak perlu khawatir."
Tama terus menenangkan Husna di pelukannya, Dalam hatinya harus sesegera mungkin membebaskan Husna dan keluarganya dari jeratan Frian.
"Sudah ya jangan nangis! Aku janji akan menyelamatkanmu dari semua ini. Nanti siang aku yang antar kamu pulang ya, jangan pernah temuin dia lagi!"
Sambil mengusap airmata Husna dengan jemarinya, Tama kembali menenangkan Husna dengan kepedulian dan kasih sayangnya.
"Iya." Jawab Husna singkat sambil menganggukkan kepala dan masih sedikit tersedu-sedu.