Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 27 Menerima Maaf
Kayra tersenyum tipis, senang mendengar kata terimakasih itu diucapkan langsung oleh mulut lelaki itu. Dia bisa berbicara dengan Vero lebih dekat dan dengan ini dia bisa membuat Vero luluh untuk memanfaatkannya. Vero diam sejenak, dia baru mengatakan kata maaf setelah itu berlanjut keheningan di antara keduanya.
“Lo nggak perlu lakukan apa yang buat lo tersiksa lagi Kay, lon nggak perlu karena gue udah maafin lo kok,” ungkapan Vero.
Kayra sedikit terkejut, dia mengangkat wajahnya untuk menatap Vero. Sungguh Kayra benar-benar merasa bahagia, perjuangannya untuk meminta maaf akhirnya diterima walaupun menunggu waktu yang lama.
“Benarkah?” Dengan mata yang berbinar Kayra masih tidak menyangka.
“Sebenarnya gue udah pikirin ini dari lama, gue nggak mau egois, bagi gue ini waktu yang tepat,” ungkap Vero.
“Teman?” Vero mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Dengan senyum lebar, dengan senang hati Kayra menerima uluran itu. Sekarang mereka sudah berteman. Masa lalu bukan untuk dijadikan sebuah penyesalan, tetapi jadikan sebuah pelajaran. Walaupun mereka tidak mengulangi hubungan sebagai sepasang kekasih, tetapi mereka akan mengubahnya dengan pertemanan, mungkin itu lebih baik.
Naya dan Naufal yang melihatnya dari kaca jendela, ikut bahagia melihat mereka kembali bersatu. Tidak ada permasalahan lagi di antara keduanya, hal itu juga membuat Naya lega. Namun di sisi lain, Naya juga merasa khawatir karena cepat atau lambat Vero akan mengenai bahwa dia bukanlah anak dari keluarga Abikara.
🥀
Beberapa hari di rawat di rumah sakit, Vero dinyatakan bisa pulang. Dia begitu senang satu Minggu dirawat adalah hal yang membosankan. Naufal membantu Vero untuk naik di kursi roda karena Vero belum sepenuhnya sembuh, dia juga harus berobat jalan setiap seminggu sekali.
“Gue udah kangen banget Bang, sama rumah ini,” ungkapan Vero.
Naufal meletakan tas Vero di lemari, dia juga meminta Vero untuk beristirahat karena Vero belum sembuh total.
“Udah Lo istirahat ya, gue ke luar dulu.”
Naufal keluar dengan mematikan lampu kamar adiknya, Vero tidak suka jika tidur dalam keadaan terang jadi setiap ingin tidur entah itu siang atau malam dia pasti akan menantikan lampu.
Naufal berjalan menuruni tangga ingin balik ke kamarnya, namun di ruang tamu dia melihat Papa hanya tengah ngobrol serius dengan dia orang bertubuh besar, berpakaian serba hitam dan di kacamata yang menutupi setengah wajahnya.
Naufal pun menghampiri mereka dan ikut duduk di samping Papa, menyimak apa yang mereka bicarakan.
“Pokoknya kalian harus cari tau siapa yang membuat anak saya kecelakaan, gaji kalian saya tambahin dua kalau lipat kalau kalian cepat mencari informasi ini,” terang Abikara, gampang baginya membayar orang untuk mencari apa yang dia inginkan.
Dua orang bertubuh besar itu anak buah Abikara, dimana mereka sering bekerja untuk menjaga perusahaan karena waktu dulu perusahan mereka sering diteror oleh orang yang tidak suka. Dan sekarang mereka harus menjalankan tugas untuk mengamati siapa yang membuat Vero kecelakaan.
Ada rasa senang dan lega dalam hati Vero, Papa mulai membuka hati untuk menerima Vero walaupun ada kejadian yang tidak mengenakan. Vero juga setuju atas penyelidikan kasus ini karena dia juga ingin tau siapa yang sengaja mencelakai Vero dan apa motif nya.
Setelah menerima dua amplop berwarna coklat yang tak lain isinya uang, para bodyguard itu bergegas pergi untuk menjalankan tugasnya, tak lupa mereka juga memberi hormat pada Abiraka sebagai rasa hormat dan siap untuk mengerjakan tugas.
“Makasih ya Pa, Papa udah mau cari tau siapa yang sengaja nyelakain Vero,” kata Vero, dia tidak berhentinya bersyukur.
Dengan ini Naufal akan menyembunyikan identitas asli Vero yang sesungguhnya, dia tidak ingin kehilangan Vero baginya dia separuh jadi jiwanya.
**
Pagi itu cuaca begitu mendukung untuk Naya berbelanja bulanan di supermarket, dengan ditemani Naufal. Sayuran pertama Naya lirik ialah kangkung karena kangkung kesukaan suaminya.
“Mas, kamu tunggu dulu disini ya, aku mau liat kangkung dulu,” ujar Naya.
Naufal yang tidak sibuk menatap layar handphonenya dan berlatih menatap Naya dengan senyuman. Naya yang ditatap itu menjadi salah tingkah dan terheranan.
“Kenapa sih?” tanya Naya.
“Nggak, tadi kamu bilang, Mas?” tanya Naufal, rasanya dia ingin Naya memanggil panggilan itu lagi.
“Iya, Mas Naufal,” jawab Naya.
Naufal mengalihkan wajahnya ke pandangan lain dia begitu salah tingkah sampai merapikan rambutnya. Setelah menekan rasa malunya, Naufal kembali menatap Naya.
“Coba dong sekali lagi, aku mau denger lebih jelas lagi!” Naufal agak sedikit membungkukkan tubuhnya, ia dekatkan telinga nya agar Naya sampai.
Dengan tersipu malu, Naya membisikan Naufal tepat di telinga nya. Naya juga bersalaman dengan mendaratkan satu ciuman di pipi lelaki itu, dengan malu-malu Naya segera berlari menghampiri pejuang kangkung.
Naya melihat kangkung yang begitu segar dan sangat cantik, dia pun ingin mengambil itu, tetapi bukan hanya Naya yang mengambil kangkung itu bersamaan dengan seorang wanita. Sontak keduanya mengoleh bersamaan, keduanya sontak terkejut.
“Airin!”
“Naya!”
Kemudian keduanya berpelukan, melepas rasa rindu kurang lebih 7 bulan tidak berjumpa. Setelah wisuda itu, mereka hilang komunikasi karena Airin berkuliah lanjut S2 di Singapura, tapi akhirnya mereka kembali dipertemukan.
“Sumpah gue kangen banget sama lo, Rin,” terlihat wajah sumringah Naya.
“Gue juga kangen banget sama lo, Nay. Lo apa kabar?” tanya Airin.
“Gue baik kok.”
“Lo sama siapa kesini, Rin?” tanya Naya melihat sekitarnya.
“Gue sendiri, gue cuma mau liat-liat aja sih.” Wajah yang dia tunjukan seperti tidak senang.
Naya bisa merasakan ketidak enakan itu, dengan mengganti suasana Naya pun mengajak Airin untuk berbelanja bersama, dan menyuruh Naufal untuk menunggu di mobil saja. Mereka akan menuangkan rindu itu selama 7 bulan tak berjumpa dengan berkeliling di supermarket.
“Bagaimana pernikahan lo sama Naufal?” tanya Airin tangannya mendorong keranjang belanja yang masih kosong itu. Sedangkan Naya sudah mengambil banyak belanjaan dapur.
“Dulu sih awal-awal menikah kita berantem terus, lama-lama timbul rasa cinta terus kita sama-sama saling cinta dan menjalani komitmen itu. Gue bersyukur banget punya Naufal, dia orangnya bertanggung jawab dan act of service banget,” terang Naya, dia begitu senang jika menceritakan Naufal.
“Wow, gue ikut senang. Apa kan kata gue, pasti lo sama Naufal bakal saling cinta,” timpal Airin.
“Ohh ya, kalau lo gimana, Lo lagi deket sama cowok nggak atau udah punya pacar gitu?” tanya Naya menyenggol lengan Airin.
“Gue juga udah punya suami kok,” jawab Airin.
Naya membulatkan kedua matanya, terkejut sahabatnya juga sudah menikah.
“Wah, bisa tuh dobel dating,” celetuk Naya.
“Kalau bisa, soalnya suami gue dingin orangnya, dia juga jarang di rumah sibuk sama kerjaannya,” jawab Airin, wajahnya begitu sedih.
Naya melihat ada sesuatu yang Airin sembunyikan entah apa tetapi yang jelas dari mata dan mandangannya selalu sedih, seperti dia tidak bahagia.
Asyiknya belanja sampai mereka tidak menyadari sudah sampai kasir.