Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.
Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.
Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka Nikah Muda?
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Ketika kumemuja penuh harapan, tapi do'a dari penjuru lain lebih direstui Semesta.—...
...٩꒰๑ '∇'๑꒱۶...
"Mengakulah, Nona Ikan Guppy!" tekan Puri dengan nada gamblang.
Kumandang angin dan rintik menemani balasan dari Saila yang berupa kebungkaman.
"Saila Guppy, gue udah kenal Dikta dari lama. Sekilas dia memang kelihatan nakal dan pecicilan, tapi setelah gue cerna semuanya tentang dia, Dikta itu terlalu memikirkan banyak risiko untuk mengumbar rasa sukanya! Dan lo cewek yang beruntung udah berhasil bikin dia jatuh teramat dalam!" terang Puri sekaligus mencermati Saila yang berpalis muka.
"Udah jam empat sore, guru lesku pasti sampai ke sini sebentar lagi," hindar Saila yang lebih mengutamakan wujud arloji di lengan kirinya, daripada meladeni kicauan Puri.
Alangkah dongkolnya Puri sampai dirinya meledak, "DUA TAHUN ITU BUKAN WAKTU YANG SEBENTAR, SAILA!"
Setitik bulir bening yang hangat nyaris meluncur dari pelupuk mata Saila. Ia menegarkan suasana hati semampunya atas serbuan amarah Puri.
"Ngomong, Saila! Ngomong!" kesal Puri menggoyang-goyangkan raga Saila yang pasrah. "Lo Nona Ikan Guppy pujaan Dikta, kan?"
"Jangan lupa minum air putih minimal delapan gelas dalam sehari," pesan Saila dengan netra basah.
Percuma, tak mendapat jawaban yang dihendaki. Puri lekas meninggalkan Saila yang masih berdiri gundah di depan pagar bersama asisten yang kembali memayungi.
Lingga memperhatikan kekasihnya yang masuk kembali ke mobil dengan raut masam.
"Udah ngebahas datang bulannya? Kok kayak tegang banget kalian berdua tadi?" ledek Lingga memutar stir.
"Udah. Gitu 'lah pokoknya," jawab Puri bersikap santai tanpa mempedulikan Dikta yang terlihat penasaran dengan obrolan yang sebenarnya.
"Kayaknya bukan ngomongin itu deh," yakin Dikta sengit menatap Puri.
"Mau gue jelasin gimana rasanya datang bulan, Tuan Kuda Laut kesayangan nenek?" senyum lebar Puri menoleh ke belakang.
Dikta memutar pupilnya malas, terpaksa mundur dari perdebatan itu.
"Motor gue masih di sekolah," ujar Dikta memberi tahu Lingga untuk menurunkannya di SMA Permata Laut.
Lingga melirik ke cermin depan. "Nggak mau nemenin kita berdua beli hp baru, Ta?" tawar Lingga usai memeriksa kartu ATM yang masih aman di dalam dompetnya walau sempat diinjak geng Skull. Syukurnya, uang dan kartu berharganya tak ternodai.
"Ya udah, terserah," balas Dikta santai. Sebenarnya, dia sudah memupuk rindu pada nenek, tapi Dikta menahannya sebentar demi menemani dua sahabatnya itu.
Puri kaget mendengar penuturan Lingga, "Kita berdua beli hp?"
Dikta mendekatkan kepalanya di antara jok Lingga dan Puri, lalu berkata, "Kayak nggak tahu Lingga aja. Lo tinggal merem langsung dapet hp baru, Pur-ikan!"
"Ih, nggak usah!" tolak Puri, "Nggak enak sama mama lo, Ga. Masa gue apa-apa dibeliin terus sama lo? Gue nanti ngomong sama papa dan mama gue aja."
"Gimana, sih?" sebal Lingga menyetir sekaligus menatap Puri, "Lo 'kan bini gue di masa depan." Menjulurkan lidah untuk meledek sang kekasih, lalu Lingga menatap ke depan lagi.
"Terkabullah do'a ini," ucap Dikta membantu doa untuk harapan Lingga tersebut, meskipun Dikta yakin jika Semesta sudah tahu lebih pasti siapa jodohnya Puri dan siapa jodohnya Lingga.
Semesta pun mendengar seruan do'a Lingga, tapi Lingga tidak mengetahui jika ada do'a dari penjuru lain untuk Puri.
"Ya, tapi ...," bantah Puri menatap pada netra Lingga yang memohon. "Hmmm, oke," pasrahnya yang akan dibelikan smartphone baru oleh Lingga.
"Good girl." Tangan Lingga tergerak mengusap lembut kepala Puri beberapa kali sampai gadis itu malu-malu menikmatinya.
"Ehm!" deham Dikta yang tidak ingin dijadikan nyamuk di dalam mobil.
Lantas, Puri menoleh ke belakang dan meminta dengan kitty eyes andalan, "Ta, minta permen kentang tadi."
"Nggak!" geleng Dikta kuat.
"Please! Gue bayar lima puluh ribu!" rayu Puri memohon, saking kegilaan dengan permen kentang tersebut. "Gue udah nyari permen itu di toko sini sama toko online, tapi nggak dapet!"
Lingga menoleh miris ke arah Puri, "Astaga, permen kentang secuil mau dibayar lima puluh ribu?!"
"Ya udah," sebal Puri cemberut, "nggak usah beli'in gue hp. Sebagai gantinya, beli'in permen kentang yang ada di Dikta!"
"Oy, Ta!" panggil Lingga frustrasi, "Kasih dulu permennya untuk Puri. Lo tinggal minta lagi sama Nona Ikan Guppy!"
Dikta menepuk jidat, lalu membalas, "Nanti gue kasih setelah misi tentang Nona Ikan Guppy selesai! Sabar dulu."
Puri mendengus, lalu meminta hal lain lagi. "Ta, minjem hp."
"Buat apa? Buat bajak medsos gue kayak waktu itu? Nggak mau!" tolak Dikta yang trauma. Dulu banyak sekali foto Puri di akun pribadi Dikta. Jika Puri melakukannya lagi, bisa-bisa nanti Lingga kembali cemburu besar.
"Ih, nggak!" geleng Puri, "Minjem buat mantau akun si Kentang yang lucu itu."
Lingga menggeleng tentang pembahasan pacarnya, "Kentang lagi. Kentang lagi. Tadi permen kentang, sekarang kentang macam apa lagi yang kalian bahas?"
Dikta tertarik mendengar hal yang dibahas Puri, lalu bertanya, "Kentang si kucing unik yang akunnya udah dua tahun nggak ada kabar itu?!"
K-kucing?! batin Lingga terperanjat ngeri. Jadi, Kentang itu nama kucing? Hiiih, geli! Tolooong!
Puri mengangguk energik, "He'em, tapi walaupun dia nggak pernah posting lagi, akunnya selalu ngebales kalau gue ngirim pesan pribadi. Dan asal lo tahu, Ta. Gue difollback sama si Kucing Kentang!"
"Serius?!" kaget Dikta iri. "Berarti masih aktif dong. Mungkin manusia yang punya tuh kucing udah terlalu sibuk buat ngepost tentang kucingnya kali?"
Lingga yang tidak terlalu paham tentang pembicaraan mereka pun malah menjadi kepo, "Akun kucing apa'an, sih? Puri, kok gue nggak tahu, sedangkan Dikta tahu? Kalian beneran main di belakang gue, ya?"
"Sejak kapan lo tertarik sama kucheng?" sindir Dikta, "Yang ada entar lo teriak-teriak karena takut kami ngebahas itu terus!"
"Pfffttt!" Puri mentertawai Lingga yang takut atau geli dengan kucing.
"Isss," sebal Lingga, "walaupun gue bukan pecinta kucing kayak kalian, bagi-bagilah cerita. Lihat nih, ujung-ujungnya gue nggak tahu apa yang kalian obrolin. Berasa diselingkuhin!"
"Heh!" kesal Dikta menowel kepala belakang Lingga. "Nggak ada gue selingkuh sama Pur-ikan!"
Puri pun melancarkan aksinya menggunakan smartphone Dikta. Dia mulai mengetik nama @kentang_sang_bintang pada pencarian akun.
"Woooaaah! Satu jutaaa!" takjub Dikta dan Puri yang kesilauan. Mereka melihat jumlah followers akun kucing tersebut makin bertambah walau sudah lama tidak update.
"Lebay!" sindir Lingga memonyongkan bibirnya dan tetap fokus menyetir. "Heran gue sama orang, follow kucing udah sampe satu juta jiwa! Giliran mutualan sesama manusia aja jual mahal banget sedunia!"
Berikutnya, Dikta dan Puri cekikikan berdua saat memperhatikan foto-foto lawas kucing lucu itu. Kepala Dikta menempel pada jok tempat Puri bersandar. Semua kegemasan itu membuat Dikta dan sahabatnya melupakan sejenak kengerian tentang tubuh Lingga yang sembuh total; pedang hantu; dan suara samar Dirham yang hanya didengar oleh Dikta.
"Heh, yang punya akun kucing ini ... cowok?" bahas Dikta yang baru melihat foto tangan seorang cowok yang memegangi kucing kentang populer itu.
"Pantas aja tuh akun ngefollback Puri gue yang cantik! Ternyata, cowok genit! Mana lihat muka pemilik kucing itu?!" sebal Lingga cemburuan.
"Nggak kelihatan kok mukanya, tangannya doang," kata Puri jujur.
"Nggak usah ditutup-tutupin! Gue mau lihat!" paksa Lingga agar Puri segera menunjukkan smartphone Dikta.
Nih!" tunjuk Puri tepat di muka Lingga.
Lingga yang ditunjukkan full foto muka kucing pun refleks berteriak, "AAAAA! SINGKIRKAN MONSTER SERAM BERBULU ITUUU!"
Puri segera memberikan kembali smartphone itu kepada Dikta, lalu mencibir Lingga, "Dibilangin nggak percaya. Kucing ini tuh lucuk banget lho, Ga! Enak buat diuyel-uyel!"
"Nggak lucu! Lucuan gue!" sebal Lingga keringat dingin.
"Pokoknya ...," kata Puri dengan tatapan penuh harap, "pas udah nikah nanti dan punya rumah sendiri, gue mau melihara kucing lucu kayak si Kentang!"
"Terserah, ya. Mau melihara naga terbang pun gue izinin, tapi jangan kucheng seram itu!" larang Lingga berat hati.
Dikta membatin heran, Perasaan sereman naga terbang daripada kucing? Walau belom pernah ketemu naga langsung. Hewan mitos!
Dikta lantas membayangkan wujud naga yang seperti ular raksasa dengan kumis panjang, bahkan ada yang seperti kadal bersayap. Itu berdasarkan penelusuran di berbagai artikel jagat maya.
"Ya udah, gue nikah sama yang mau nerima kucing aja!" lawan Puri tak mau kalah.
"Oh, ya udah," pasrah Lingga.
"Oke," balas Puri malas.
"Serah!" celetuk Lingga meninggi.
"Gue nikah ama Dikta yang nggak benci kucing!" ancam Puri mencak-mencak.
Dikta mendelik karena namanya diseret lagi atas hubungan dua pasangan itu.
Ya Tuhan, selamatkan diri ini! batin Dikta ngeri, tak ingin bergaduh dengan Lingga karena baru berdamai.
"Heh! Gue cekik si Manik-manik!" kesal Lingga cemburu lagi mendengar ancaman Puri yang terdengar sungguh-sungguh.
"Astaga!" keluh Dikta mengurut kening. "Eh, Pur-ikan! Gue di masa depan belum tentu melihara kucing, tapi cita-cita gue mau bikin akuarium besar khusus untuk melihara kuda laut!"
"Terserah!" sebal Puri, "Pelihara kuda laut dan pelihara kucing juga! Pokoknya gue nikah sama Radikta Manik!"
"Puri jahat!" sedih Lingga, "Nikah sama orang lain aja, jangan sama Dikta! Nggak sanggup gue!"
"Oh, sama orang lain beneran boleh dong! Bye!" rajuk Puri membuang muka.
"Nggak gitu, Ayang!" cemas Lingga mencolek-colek pipi Puri. "Gue asal ngomong tadi. Maaf!"
"Argh! Jangan sentuh gue sebelum bilang mau melihara kucing sama gue nanti sampai hari tua!" amuk Puri memaksa.
Dikta membiarkan kedua pasangan itu bertengkar kecil. Paling lima menit baikan lagi, batin Dikta sudah terbiasa meski masih panikan juga. Karena membahas tentang pernikahan masa depan, hati Dikta terenyuh kembali mengingat hadirnya Saila yang telah menguasai kepingan sanubarinya.
Apa benar Saila dan Juna satu rumah? batin Dikta resah.
Bersambung ... 👑
dipikir saila mainan?/Sob/