Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang dipertemukan dengan banyak anggota gangster terkocak dalam pengalaman seumur hidupnya. Bagaimana dirinya harus menghadapi segala hal tingkah yang ia rasa sungguh garing dan lawak. Sebuah kehidupan rasa garing, kocak dan asin atau asing.
Garing tapi juga mengandung bawang.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Pasrah
Panas terik yang membakar suasana markas Geoxsa Andaran seketika membuat Reyva menyipitkan matanya.
Sebelum akhirnya ia terkejut begitu anggota Geoxsa Andaran generasi baru benar-benar datang semuanya.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam, wih, ada Bang Haikal nih! Aduh, kapan lo gak sibuk sih, Bang?" tanya Jordi menyapa kakaknya Salsha di antara banyaknya anak-anak berumur 18 tahunan.
Haikal tersenyum miring. "Gue kagak sibuk kuliah doang, ada ngurus bisnis juga. Makanya gue jarang ke sini, oh iya, gimana markas? Aman gak?"
Farel, Eza, Andi dan Erlangga saling menatap satu sama lain. Sebelum akhirnya Erlan menghela napas berat.
"Dengan rasa gak enak hati, Bang. Kemarin belum lama markas ini diserang anak Raxor. Tapi, ada lucunya nih, Bang. Lo tau gak?" ujar Erlan sudah geleng-geleng kepala sendiri.
"Apa? Kan belum lo kasih tahu," jawab Haikal sembari meminum minuman dingin dari Babeh Jaki.
"I-iyaa ... Jadi, gini, Bang ... Kemarin kita diserang mendadak sama anak Raxor. Nah, kocaknya tuh satu anggotanya masuk warung Babeh Jaki. Sebenarnya kalo diliat sih tuh orang kayaknya mau ngabisin Zidan, cuma malah berujung dia laper, Bang. Sumpah, di situ kita semua jadi ketawa berjamaah lah, terus kawannya pada malu sendiri dan gak lama setelah adu mulut mereka pergi kabur." jelas Erlangga terkekeh.
Haikal menghela napas sabar.
"Emang aneh kalau geng motor begitu masih bocah. Makanya gue ke sini buat kumpulin generasi baru berapa aja, kalian masih SMA atau SMK boleh, tapi pemikiran jangan kayak bocil lagi." ucap Haikal langsung menjadi pusat perhatian.
Alfian dan Danis berdecak kagum. "Ini sih bukan kita kebanyakan disetir sama senior, tapi emang pas awal gue masuk sini tuh berasa sekolah cuma beda tempatnya aja. Bayangin aja lah, kalau ada yang punya PR masa dikerjain di sini semua. Diliat tuh kek bukan umumnya anak tongkrongan yang biasanya cuma bisa nongkrong ngopi dan segalanya. Ini malah ngerjain tugas bareng, ngurusin anak jalanan, jadi rumah buat orang-orang yang gak punya rumah di luar sana. Gue salut banget sih sama Geoxsa Andaran ini, terbentuk bukan jadi geng motor, tapi jadi rumah persaudaran baik sedarah maupun gak sedarah." kata Alfian.
Danis menepuk bahu ketuanya. "Dan nilai yang gak mudah juga bagus di sini. Kayak yang masih umur 18 tahunan seperti gue ini, kita gak dianjurkan pacaran, karena bakal ribet nanti kalau minta ketemuan di markas. Kedua, kalau ada yang umurnya kayak senior, mereka boleh bawa pasangannya ke sini. Dan yang paling sulit nih, Bang. Menahan kebiasaan untuk tidak berkata kasar itu sangat susah!" Danis tertawa dengan ucapannya sendiri.
Zidan menarik sudut bibirnya.
"Yaa ngomong kasar itu boleh sebenarnya ya, Bang Haikal. Cuma kalau dibolehin secara terang-terangan nanti kalian jadi kebiasaan ngomong gitu." sahut Zidan.
Dalam suasana yang penuh kelucuan, Eza tiba-tiba angkat bicara.
"Gue mau tanya nih, satu hal yang bikin kalian kagum sama Geoxsa Andaran ini?"
"Toleransinya, Bang!" seru satu generasi baru menjawab.
"Kalau yang muslim pasti tahu lah ya, di sekitar markas sebesar ini juga ada mushola. Dan yang non muslim ya mereka toleransinya beuh banget, jadi di sini tuh gak ada kata tersinggung kalau ditanya atau menanyakan soal kepercayaan masing-masing." ujar Reyza.
Salsha melihat kekompakan dalam Geoxsa Andaran begitu terasa hangat. Zidan disebelahnya pun menoleh.
"Kamu kenapa? Pengen ke Bang Haikal? Atau bagaimana?"
Perempuan itu menggeleng.
"Kamu dilihat-lihat ganteng juga ya?" senyum jahil terbentuk di bibir seorang Salsha.
Zidan mengerucutkan bibirnya.
"Gak seganteng malaikat, masih gini aja kok. Lebih ganteng Bang Haikal lah, adiknya aja secantik ini."
Salsha hanya mencubit lengan tangan Zidan karena terus saja menjahilinya.
Sementara Eja dengan Reyva malah saling diam, sebelum akhirnya gadis itu merasa ngantuk secara tiba-tiba.
"Eh, kenapa mau jatuh gini? Kamu ngantuk apa gimana?"
Mendengar suara Eja yang sedikit ketus lagi, Reyva segera duduk dengan tegak di sebelahnya Eja.
"Sebenarnya agak ngantuk sih, Mas." ungkapnya karena sudah sangat mengantuk.
"Ya ampun, yaudah kamu tiduran aja di bahu aku. Gak papa, daripada jatuh nyungsep 'kan gak enak?"
Reyva dengan nurutnya langsung tidur bersandar di bahu Eja. Laki-laki itu pun mulai mengusap kepala Eva yang terbalut hijab.
"Kasihan, ngantuk banget dia. Apa dia biasa tidur siang ya? Gila sih, cewek selembut dia. Mana polos juga nih anak." lirih Eja di antara kawan-kawannya yang tengah asik mengobrol.
Beberapa menit kemudian Haikal yang tadinya sedang berbincang kecil dengan adiknya, tiba-tiba berdiri hingga mengalihkan pandangan para anggotanya.
"Oke, guys. Gue gak mau basa basi ya, sesuai hasil rapat gue sama Zidan barusan. Akhirnya kita memutuskan untuk Eja, menggantikan posisi Daniswara sebagai wakil ketua. Dan tak hanya itu, bocah yang lagi tidur di bahu nya Eja pun akan jadi putri di Geoxsa Andaran. Yang artinya, seorang Reyva itu harus kalian lindungi. Yah, sama seperti Zidan dan Salsha dulunya."
Perkataan Haikal sontak membuat Eja menggeleng.
"Kan gue udah bilang, Bang. Gue gak mau jadi selain anak biasa di sini. Gue aja hobinya pecicilan di sini, gak ada istimewanya gue buat jadi wakil ketua." protes Eja dengan raut wajah datar.
Danis menatap Haikal, "Tapi, gue gak bisa buat ngelanjutin ini, Ja. Lo yang paling bisa ngurus anak-anak kalau lagi susah dibilangin."
Masih dalam posisi yang sama, namun Eja kali ini tidak berani menolak selain berdiam pasrah. Karena ada Reyva juga di bahu nya.
"Terima aja, Mas Eja."
"Hah?"