Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.
Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.
Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...
Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengundang Misteri
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Di dalam kamar apartemen yang kecil namun nyaman, Elara Grey duduk di tepi tempat tidurnya, dikelilingi oleh keheningan malam yang hanya dipecahkan oleh suara detak jam di dinding. “Tak Tak Tak” (Suara jam)
Kini hatinya masih dipenuhi dengan kebingungan. Malam ini terasa begitu aneh. Aiden Valen, bosnya yang kharismatik dan tampak sempurna di luar, telah menunjukkan sikap yang membuatnya semakin penasaran.
“Ada sesuatu yang berbeda darinya, sesuatu yang misterius, tapi apa?” pikir Elara sambil memijat pelipisnya yang mulai berdenyut karena terlalu banyak berpikir, dan tak lama ingatannya kembali ke beberapa hari yang lalu.
Waktu itu, saat dia naik bus dalam kemacetan panjang, peristiwa aneh terjadi. Ketika dia tertidur sebentar, tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sampingnya. Ketika Elara terbangun, pria itu sudah ada di sana, tanpa suara, tanpa gerakan yang membuatnya sadar. Itu adalah Aiden Valen, bosnya sekarang.
Satu hal lagi momen aneh terjadi saat dia gagal dalam interview kerjanya di sebuah perusahaan besar. Waktu itu, dia keluar dari gedung dengan wajah penuh kekecewaan, merasa tidak ada lagi harapan. Namun, tiba-tiba saja Aiden muncul, seperti bisa membaca pikirannya. Dia menghampirinya dan memberikan kartu namanya, serta menawarkan pekerjaan di perusahaannya. Bagi Elara, tawaran itu begitu tiba-tiba, seperti semua sudah diatur sebelumnya.
"Oh Tuhan, apakah ini kebetulan atau lebih dari sekedar itu?" Elara bertanya-tanya dalam hati, matanya menatap kosong ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan kota yang gelap.
Rasa penasaran yang semakin tumbuh. Elara memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Aiden Valen. Mengambil laptop dari mejanya, dan dia mulai mengetik namanya di mesin pencari. Berbagai artikel dan berita tentang Aiden muncul di layar, semuanya memuji prestasi luar biasa yang ia raih dalam waktu singkat. Sebagai CEO baru di perusahaan multinasional, Aiden berhasil membawa perusahaannya menjadi nomor satu. Tapi semakin dia mencari, semakin aneh rasanya.
“Kenapa semuanya hanya berita ini?” ucap Elara.
Elara tidak menemukan informasi tentang pendidikan Aiden, tidak ada universitas, tidak ada sekolah yang tercantum. Asal usul keluarganya pun misterius, seolah-olah dia muncul begitu saja tanpa latar belakang yang jelas. Tidak ada catatan mengenai siapa orang tuanya, tidak ada foto masa kecil, dan sepertinya kehidupan pribadinya benar-benar tersembunyi dari publik.
“Ini benar benar aneh… sangat aneh,” gumam Elara.
“Bagaimana bisa, seseorang yang sangat populer itu tidak memiliki jejak digital yang jelas?”
Elara menyandarkan punggungnya ke dinding, merasa semakin terganggu. “Apakah dia menyembunyikan sesuatu? Atau mungkin… dia bukan seperti yang dia tunjukkan selama ini?”
Pertanyaan itu terus berputar di benaknya, dan meskipun tubuhnya mulai lelah, pikirannya tak mau tenang. Ada perasaan di dalam dirinya, perasaan bahwa Aiden Valen bukanlah manusia biasa.
Pikiran Elara Grey terus berputar, mengulang kejadian-kejadian aneh yang terjadi malam ini. Ada sesuatu yang tidak biasa tentang Aiden Valen. "Kenapa tiba-tiba dia meminta Kevin untuk mengobati lukaku? Kenapa dia tiba-tiba pergi begitu saja?" bisikkan kepada dirinya sendiri, seolah berharap menemukan jawabannya.
Aiden selalu tampak tenang dan penuh kendali di setiap situasi. Namun, malam ini, dia terlihat kacau, seperti sedang melawan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Elara mengingat dengan jelas ekspresi wajah Aiden yang berubah tajam ketika melihat darahnya—wajah yang biasanya penuh kharisma mendadak terlihat tegang dan terisi oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Ketika darah itu mulai menetes dari jarinya, mata Aiden tampak berkilat aneh, seolah berusaha menahan diri dari sesuatu yang mengerikan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Elara. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aiden, sebuah rahasia yang lebih besar dari sekadar kesuksesannya sebagai CEO. Tidak ada bos yang berbicara kasar kepada karyawannya, lalu meminta maaf dengan penuh kesungguhan seperti itu. Jika dia memang tidak berguna seperti yang diucapkan Aiden, bukankah lebih mudah baginya untuk memecat Elara? Namun, sebaliknya, Aiden meminta maaf, seperti menyesali sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata.
“Seharusnya dia memecat ku jika aku memang tidak berguna,” Elara merenung. “Tapi dia malah meminta maaf. Kenapa?”
"dan bagaimana bisa dia muncul secara tiba-tiba di hadapan ku?" lanjut pikir Elara.
Perasaan tak nyaman merayap dalam dirinya. Segala sikap Aiden yang begitu aneh malam ini, ekspresi wajahnya yang terlihat bersalah, tatapannya yang tajam ketika melihat darah, semuanya menambah rasa penasaran Elara. Aiden tidak hanya menyimpan rahasia, tetapi rahasia itu mungkin lebih gelap dan lebih dalam daripada yang bisa Elara bayangkan.
Dengan rasa ingin tahu yang semakin besar, Elara memutuskan untuk tidak menyerah pada misteri ini. Dia harus mencari tahu siapa sebenarnya Aiden Valen. Mungkin malam ini hanyalah awal dari semua jawaban yang akan terungkap.
Sebelum Elara tidur, dia mengingat wajah tampan Aiden Valen yang terlihat misterius, "Aiden Valen... kulitnya putih tapi pucat, matanya sangat tajam dan bersinar, siapa dia? Siapa dia?" Katanya berkali kali.
Kemudian dia tertidur karena kantuk yang sudah berat, namun malam itu jendela kamar yang terbuka membuat angin malam menghempaskan dirinya dengan tenang.
Tanpa di sadari Elara Grey merasa ada seseorang yang datang menghampiri dirinya, tapi dia berpikir itu hanya mimpi.
Aiden Valen ingin melanjutkan niat nya tapi ada yang menghentikan niatnya sesaat ketika matanya tertuju pada foto di samping tempat tidur Elara. Dalam foto itu, Elara memeluk seorang nenek tua dengan senyum yang hangat. Ada sesuatu tentang foto itu yang membuat Aiden merasa tersentuh. Emosi yang selama ini jarang dia rasakan sebagai vampir, tiba-tiba datang menghampirinya.
Dia melangkah mundur, membiarkan keinginannya untuk menghisap darah Elara terhenti. Siapa nenek itu? pikirnya dalam hati. Wajahnya yang tadinya tampak tegas kini sedikit melunak. Seolah ada penghalang yang membuatnya tidak bisa melanjutkan apa yang seharusnya dia lakukan.
Aiden mendekatkan wajahnya lagi ke arah Elara, kali ini bukan untuk menghisap darahnya, melainkan untuk membelai wajahnya yang tenang saat tertidur. Kenapa gadis ini berbeda? pertanyaan itu bergema dalam pikirannya. Seharusnya darah manusia biasa tak punya arti apa-apa baginya, namun kehadiran Elara membuatnya merasa ragu.
Ketika angin malam kembali menghembus melalui jendela, rambut Elara bergetar pelan, dan Aiden merasakan keinginan kuat untuk melindunginya daripada merenggut nyawanya. Dengan lembut, dia menutup jendela dan menatap Elara sekali lagi sebelum menghilang ke dalam kegelapan.
Namun, sebelum pergi, Aiden berjanji pada dirinya sendiri, “Aku harus mengetahui siapa sebenarnya Elara Grey... dan kenapa darah suci ini membuatku ragu.”