Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 16 - Kuli Bangunan
Saking senangnya pemikiran Aruni jadi tidak seluas pikiran Adrian, sedikitpun dia tidak menduga bahwa keberuntungan yang dia dapatkan sekarang karena campur tangan Gionino.
Aruni sudah sangat percaya bahwa ini semua adalah kehendak Tuhan, sudah saatnya bagi dia untuk membahagiakan sang anak. Terlepas dari kemiskinan dan penderitaan yang selama ini menjerat kedua kaki.
Namun Adrian juga tidak berniat untuk menjelaskan apapun pada sang ibu, bahwa kejanggalan ini adalah campur tangan tuan Gionino. Adrian sudah sangat senang melihat ibunya tersenyum lebar seperti itu.
Rasanya setelah sekian lama baru kali inilah Adrian melihat ibunya tersenyum lagi, senyum kebahagiaan bukan senyum palsu.
'Aku tidak perlu mengatakan apa-apa pada ibu, tapi aku akan mengucapkan terima kasih pada tuan Gio,' batin Adrian.
Adrian bukanlah anak yang tidak tahu diri, meskipun sang ibu melarangnya untuk terhubung lagi dengan tuan Gionino, tapi dia akan tetap mengucapkan kata terima kasih tersebut.
Karena perasaannya yakin betul semua keberuntungan ini berkat pria kaya raya itu.
"Adrian, segera kemasi bajumu. Pamitlah baik-baik dengan papa jika papamu ada di rumah," ucap Aruni, mereka kini sudah berada di depan rumah Yanti.
Meskipun Aruni memiliki berjuta-juta kenangan buruk bersama Hendra, tapi dia tidak ingin meneruskan kebencian ini pada sang anak. Aruni tetap ingin Adrian menghormati Hendra sebagai ayahnya.
"Iya Bu," jawab Adrian dan mereka berpisah.
Saat masuk ke dalam rumah Adrian tidak melihat sang ayah dimana pun. Rumah ini terasa sepi sekali, juga cukup berantakan di ruang tengah dan kamar ibunya dulu.
Tadi Hendra kembali mencari dimana yang tabungan yang Aruni maksud, namun dia tidak menemukan apapun. Mereka kesal akhirnya dia putuskan untuk keluar.
Hendra mana tahu jika tabungan yang Aruni maksud sudah Adrian selamatkan semalam, telah diserahkan pula kembali pada sang ibu.
"Lebih baik aku segera pergi, tidak perlu pamit pada Papa," gumam Adrian. Dia memiliki banyak barang dibandingkan sang ibu, sebab ada buku-buku sekolah juga yang harus dia bawa.
1 tas berisi pakaian, 1 tas ransel untuk beberapa peralatan sekolah dan juga satu kardus berisi buku-buku.
Dengan membawa semua barang itu Adrian mendatangi rumah bude Yanti. Aruni yang telah menunggu langsung berlari untuk menyambut, membantu sang anak membawa barang-barang itu.
"Biar aku saja Bu, aku masih kuat," ucap Adrian.
"Kalian yakin pergi sekarang? kenapa tidak besok pagi saja?" tanya Yanti, sedikit cemas saat melihat Aruni dan Adrian yang hendak pergi.
Apalagi Yanti belum melihat secara langsung kos-kosan yang telah dibayar oleh Aruni, dia takut tempat itu sebenarnya tidak layak untuk dihuni. Ketika Aruni mengatakan bahwa kos-kosannya bagus itu hanya untuk membuatnya tenang saja.
"Iya Mbak, lagi pula kos-kosannya bersih. Kita bisa langsung menempatinya," jawab Aruni dengan antusias.
"Tunggu sebentar," ucap Yanti, dia kembali masuk ke dalam rumah dan menyiapkan bekal makan untuk Aruni dan Adrian, jadi saat tiba di kosan nanti mereka tidak perlu mencari makanan lagi.
"Bawalah ini, maaf aku tidak bisa memberi apa-apa."
"Ya Tuhan Mbak, terima kasih banyak atas bantuannya. Selama ini mbak Yanti selalu ada untukku dan Adrian." Aruni dan Yanti saling memeluk erat, setelahnya Yanti juga memeluk Adrian.
Rela tidak rela akhirnya mereka berpisah, sore menjelang malam itu akhirnya Aruni dan Adrian berjalan kaki menuju rumah tinggal mereka yang baru.
Bagi Aruni dan Adrian terus berjalan kaki seperti ini sudah hal biasa, jadi sedikitpun tidak memberatkan.
Sampai di tempat tujuan, Aruni membuka pintu rumahnya dengan melantunkan banyak doa di dalam hati, berharap setelah ini hanya ada kebahagiaan yang akan dia dapatkan bersama sang anak.
"Syukurlah, kita punya tempat tinggal baru Adrian, meskipun masih mengontrak," ucap Aruni.
"Iya Bu, aku juga sangat bersyukur."
"Mulai sekarang kamu jangan ragu untuk tetap fokus pada pendidikan, ibu mohon sekali, kamu harus kuliah."
"Iya Bu."
Jam 8 malam ibu dan anak itu baru selesai merapikan rumah. Ibu kos datang tiba-tiba untuk mengantarkan kasur, kata beliau kasur ini sudah tidak dipakai lagi di rumahnya, jadi Aruni bisa memakainya.
Keberuntungan yang bertubi-tubi sangat Aruni syukuri. Setelah mereka membersihkan tubuh, Aruni dan Adrian duduk bersama di ruang depan, menyantap makan malam yang tadi diberi oleh Yanti.
Rasanya nikmat sekali.
Keadaan yang berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Hendra saat ini.
Ketika pulang, rumah nampak gelap seperti tak berpenghuni. "Adrian!" panggil Hendra yang suaranya langsung terdengar lantang.
Ketika dia menyalakan lampu Hendra tidak melihat siapapun di rumah, dengan cemas dia memeriksa kamar sang anak. Lalu melihat semua barang-barang milik Adrian sudah tidak ada.
"Dasar Aruni kurang ajar! Pasti dia yang mengajak Adrian pergi!" makinya dengan kedua tangan yang terkepal kuat.
Padahal kini hanya Adrian satu-satunya harapan yang bisa dia gunakan untuk pencari uang. Adrian tidak perlu sekolah, anak itu bisa bekerja jadi kuli bangunan atau apapun.
Hendra makin marah saat merasakan kini perutnya yang begitu lapar.
"Argh!" pekik Hendra.
do'akan saja pak mereka bisa bersatu dan bahagia.. entah lah org tua Gio masih ada atau ga ya??? sebab sekarang kan sdh 45 tahu.. waktu temen2nya masih baru2 nikah kek nya masih ada sih ya kak???
menjadi pembeda dari sekian banyaknya cerita yang ada
suka sekali dengan lika liku alur ceritanya
very nice to read 👍
wes pokoke Iki Jan kisah nyata jaman aku cilik, bedanya bapak sayang anak, gak bejat kek Bapake Adrian.
Lunoxs 💋💋💋💋💋
aku nek pas lagi jalan trus beli makanan selalu tak bungkus, sebab nek wes nyampe di rumah iso tak tambahin nasi lagi biar bisa wareg di makan bersama anak² 🤣🤣
Semangat ya Gio untuk mendapatkan hati Aruni lagi😊