Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30.
Setelah Hendrik dan Jane selesai sarapan, dan meninggalkan ruang makan, Naila istri Paman Hendrik, langsung mengungkapkan rasa penasarannya, mengenai surat wasiat yang di atur Ayah mertuanya.
"Kalau telah menikahi putri dari keluarga Rydell, Hendrik akan mendapatkan surat wasiat lainnya, surat pengalihan aset keluarga Fernandez, tapi... sepertinya si Hendrik itu belum menerima surat wasiat tersebut!" sahut Naila dengan wajah yang bersemangat, kalau mereka memang punya harapan untuk memiliki surat itu.
"Kau benar istriku, aku juga heran, pada siapa sebenarnya surat itu di berikan!" Gary menatap satu tempat, dengan kosong sembari melamun, memikirkan surat wasiat pengalihan aset kekayaan Ayahnya.
Dalam surat wasiat yang mereka temukan, apa bila Hendrik menikahi putri dari keluarga Rydell, Hendrik secara otomatis yang akan mengambil alih Group Fernandez, dan menjadi kepala keluarga Fernandez.
Juga di katakan, setelah menikahi putri dari keluarga Rydell itu, Hendrik menjadi pemilik sah Mansion Fernandez.
Gary merasa beruntung, ia yang pertama menemukan surat wasiat tersebut, sebelum Hendrik.
Sehingga putra dari kakaknya itu, tidak mengetahui, kalau Hendrik telah mengambil alih secara sah Mansion Fernandez.
Gary berpikir keras memikirkan, siapa sebenarnya, yang memegang surat pengalihan aset keluarga Fernandez.
Ke tiga pengacara keluarga Fernandez sudah ia periksa, mereka mengatakan tidak memegang surat-surat tersebut.
Saat ia memeriksa kamar Hendrik, ia juga tidak menemukan surat tersebut.
Ia tidak menyangka Ayahnya, begitu rapi merahasiakan siapa yang memegang surat-surat itu.
Gary yakin, suatu saat orang itu akan datang, dan akan memberikan surat-surat itu kepada Hendrik.
Sementara itu, Hendrik mengemudikan sendiri mobilnya, untuk membawa Jane ke apartemen istrinya itu.
Sesampainya di apartemen, Jane hanya mengambil beberapa barang, dan pakaiannya.
"Apakah tidak ada yang lain, untuk di bawa lagi?" tanya Hendrik melihat koper kecil, yang telah disusun Jane ke dalam koper.
"Iya, ini saja, kalau perlu yang lainnya, akan aku ambil lagi lain waktu, apartemen ini masih sisa dua tahun lagi masa sewanya!" kata Jane menutup kopernya.
"Baiklah, kalau begitu... Ayo kita pergi!"
"Sebentar, aku akan susun dulu ini!" kata Jane, menunjuk kamarnya yang sedikit berantakan.
"Mari ku bantu!"
Hendrik membantu Jane menyusun kembali barang-barang, yang sedikit berantakan karena Jane mengacak lemarinya, untuk mengambil pakaian yang akan ia bawa.
"Ini tertinggal!" sahut Hendrik meraih sebuah kotak pada Jane, yang hendak menutup lemari pakaiannya.
Jane memandang kotak yang di berikan Hendrik, tapi ia merasa heran, karena merasa itu bukan miliknya.
"Dari mana itu?" tanya Jane heran.
"Dari dalam lemarimu, bukankah tadi kau keluarkan dari dalam lemari?" ujar Hendrik sembari menyodorkan kotak tersebut.
"Sejak kapan aku memiliki kotak ini? rasanya aku baru lihat!" kata Jane kebingungan, menerima kotak itu dari tangan Hendrik.
Jane membawa kotak itu ke atas tempat tidur, lalu membuka kotak tersebut.
"Apa ini? kapan aku menyimpan sesuatu di dalam kotak ini?" kata Jane pada dirinya sendiri.
Hendrik menghampiri Jane, dan berdiri di sampingnya, ikut memeriksa isi kotak itu.
Hendrik melihat banyak surat dan berkas di dalam kotak tersebut, "Ini ada di kamarmu, berarti ini milikmu!" ujar Hendrik.
Jane meraih sebuah map, dan membuka map tersebut, lalu mengeluarkan isinya.
"Surat kepemilikan sah!" gumamnya membaca tulisan pada kertas putih, yang ia pegang, "Kenapa ini ada padaku?" Jane mengerutkan keningnya.
Hendrik meraih map yang di pegang Jane, ia penasaran dengan surat tersebut, yang menurutnya Jane pasti lupa akan surat-surat dalam kotak itu.
"Pengalihan kepemilikan, teruntuk Hendrik Fernandez...!" Hendrik tiba-tiba membeku di tempatnya.
Jane lebih terkejut lagi, mendengar gumaman Hendrik membaca kelanjutan surat tersebut.
"A.. apa? kenapa ada namamu di situ?" tanyanya heran.
Jane meraih kembali berkas yang di pegang Hendrik, dan membaca tulisan yang ada di dalam berkas itu.
"I.. ini surat warisan sah keluarga Fernandez, kenapa ada padaku?" tanya Jane semakin terkejut, dan tangannya gemetar memegang berkas tersebut.
Sementara Hendrik yang telah membaca isi dari surat itu, akhirnya menyadari suatu hal yang ia tidak ketahui selama ini.
Hendrik sontak meraih Jane, dan membawanya ke dalam pelukannya, lalu mendekap Jane dengan eratnya.
Bersambung....