Awalnya pertemuan tak sengaja dan berujung di ranjang tetangga.
Saking kesepiannya, Intan Novalia berselingkuh dengan tetangganya yaitu seorang dosen bernama Doni pratama.
Keseringan di tinggal dinas oleh sang suami yaitu Indra Arshaka. Intan, secara diam-diam menduakan suaminya sendiri tanpa sepengetahuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 23
Berharap Indra mendengarkan ucapannya, namun justru Indra malah menolaknya dengan alasan lelah.
Intan hanya menatap suaminya sambil terkekeh. "Woah.. capek?"
"Intan, kumohon. Jangan mengajakku bertengkar hari ini. Aku capek, aku ingin beristirahat." Ucapnya memelas.
"Hm, baiklah. Kalau begitu, jangan salahkan aku untuk mendua!" Celetuknya.
Deg
Indra langsung melototkan matanya terkejut. Bisa-bisanya Intan dengan santai berkata mendua. Emosi Indra mulai memuncak, kali ini dia akan menghukum sang isteri dengan tegas.
Srettt
"Kyaaa!!"
Intan menejerit saat tangannya di sered paksa oleh Indra menuju kamar.
Doni pun ikut terkejut mendengar Intan yang menjerit nampak kesakitan. Namun dia bingung, jika dirinya keluar, Intan pasti akan semakin di salahkan.
"Bangsat, apa yang harus kulakukan sekarang...?! Aku harus memikirkan cara, agar Indra tak berbuat lebih kasar lagi."
Setelah 5 menit lamanya.
Doni membuka pintu kamar untuk menyelinap keluar. Tak lupa dia mengamati situasi agar tak ketahuan oleh Indra.
Tap.. Tap.. Tap..
Saat itu juga, Doni melangkahkan kakinya dan memastikan keadaan Intan.
Saat menyeret Intan ke kamar, Indra tidak menutup pintunya dan membiarkannya terbuka. Doni melihat Intan yang tangannya terikat oleh dasi milik Indra, dan membuat Intan terlentang di atas ranjang.
Tangan Doni mulai mengepal, rahangnya pun ikut mengeras saat menyaksikan Intan dengan keadaan tangan terikat dan air matanya yang terus menangis.
Perlakuan kasar Indra membuat Intan ketakutan. Karena selama ini, Indra tidak pernah berprilaku kasar kepadanya meskipun sedang marah. Ini pertama kalinya Intan melihat Indra bersikap kasar.
"Hiks.. lepaska....."
Srekkk
Indra menarik paksa handuk yang di kenakan Intan dan membuangnya ke lantai. Keadaan Intan kini telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.
"Mas, lepaskan ini. Sakiiiit!!" Pekiknya meringis kesakitan.
"Bukannya ini yang kau mau, hm? Aku akan memuaskanmu dan membuatmu hamil." Ucapnya sambil fokus membuka bajunya di hadapan Intan.
Intan memang mendambakan sentuhan Indra, namun bukan seperti ini caranya. Sikap kasar Indra malah membuat Intan ketakutan.
Alih-alih berhenti, justru Indra dengan cepat mengukung Intan dan meremas dua bulatan yang ada di depannya dengan kuat.
"Awhh.."
Bukan desaahan yang keluar, melainkan rintihan rasa sakit yang keluar. Intan sama sekali tidak merasakan kenikmatan apapun ketika Indra menyentuhnya, dia terus menangis dan memohon untuk berhenti.
Indra tak menggubris tangisan Intan dan dirinya beralih ke bawah. Wajahnya saat ini, tepat di depan area milik Intan.
Perlahan Indra mendekatkan wajahnya dan langsung melahap lembah tersebut untuk membuatnya cepat basah.
"Shhtt.."
Dengan lihai Indra memainkan liidahnya di bawah sana. Sementara Intan, karena tangannya terikat, dirinya tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa meringis.
Tanpa Indra sadari, Doni sudah ada berdiri tepat di belakangnya. Intan yang mengetahui itu, langsung berekspresi terkejut dan seketika tangisannya berhenti.
Intan melihat tatapan Doni dengan tajam seperti tatapan membunuh. Intan merasa tak berdaya hanya bisa menatap sendu Doni seakan meminta pertolongan darinya.
"DASAR KEPARAAT!!"
Bugh.
Doni dengan cepat memukul tengkuk leher Indra dan membuatnya pingsan seketika. Intan mematung saking terkejutnya melihat adegan tersebut.
"M-mas...." Ucapnya menatap Doni.
Doni tak menjawab, dia langsung melepaskan ikatan yang menjerat tangan Intan. Setelah itu dia membangunkan Intan dan membantunya untuk berdiri.
Srettt
Arah mata Doni menuju ke lemari baju. Dia membuka lemari tersebut dan mengambil satu set pakaian untuk Intan pakai.
"Pakai ini. Setelah itu, ayo kita keluar." Ucapnya bernada lembut sambil mengulurkan tangannya memberikan pakaian.
Intan hanya mengangguk pelan dan setelah itu dia memakai pakaiannya tepat di depan Doni.
"Kita pergi, kamu bisa menenangkan diri di apartemenku."
"Tapi...."
"Aku akan tetap di sisimu, jangan takut. Jika dia macam-macam lagi, kali ini aku akan membunuhnya." Ucapnya dengan wajah datar.