Mengulik kehidupan selebriti di belakang layar. Novel ini menceritakan tentang, Kayla Aruna, selebriti kurang terkenal yang sudah lama berkecimpung di industri dunia hiburan itu harus menerima kritikan pedas dari netizen setelah dia tampil di salah satu program variety show bersama Thaniel Hanggono.
Namun di tengah kontroversi yang menimpa Kayla, tawaran untuk bermain film bersama Thaniel justru datang dari salah satu production house dengan bayaran yang cukup mahal. Kayla yang menerima tawaran itu karena tertarik dengan naskahnya pun semakin banyak menerima hate comment karena dianggap panjat sosial menggunakan nama Thaniel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haters
"Artis nggak tahu malu. Pansos!"
"Nggak laku."
"Udah nggak laku, ya? Makanya pansos."
"Secantik apasih lo sampai ngelihat Thaniel kayak begitu?"
"Mean girl."
Begitulah komentar-komentar netizen di internet saat Kayla baru saja membuka notifikasi akun media sosialnya. Sebenarnya Kayla belum terbiasa menerima hujatan-hujatan yang sedari kemarin menghampirinya, tapi sekali lagi dia berusaha untuk baik-baik saja, sekali lagi meyakinkan diri bahwa itu hanya sebuah kata-kata, sekali lagi meyakinkan diri bahwa nanti juga dia akan baik-baik saja.
Alih-alih tenggelam dalam pikiran buruk yang mulai menghampirinya, Kayla memilih menyibukkan diri dengan membersihkan kamar apartemennya yang tidak terpakai. Rencananya dia akan membuat ruang kerja untuk dirinya sendiri. Mendirikan manajemen atas nama dirinya. Memang sulit, tapi berada di manajemen yang salah juga bukan pekara yang mudah, karena itu Kayla berpikir untuk memulai semuanya dari awal, menanggung resiko tanpa memiliki prasangka buruk terhadap orang lain.
Kayla membersihkan kamar itu dengan telaten, lalu mendekornya sesuai dengan seleranya. Setelah itu dia membuat akun media sosial baru dengan nama Kay.management. Kayla juga memperbaharui biodata akun media sosialnya dengan menautkan akun manajemennya di sana supaya jika ada orang yang ingin bekerja sama dengannya mereka akan tahu di mana harus menghubungi.
Kayla menyenderkan kepalanya ke punggung kursi sambil menatap layar komputer yang menampilkan profil manajemennya yang baru. Beberapa saat kemudian satu notifikasi pesan muncul. Kayla menggeser kursor mouse-nya untuk membuka pesan tersebut.
"Halo Kayla! Kami dari team brokoli ingin mengundang anda untuk hadir sebagai bintang tamu. Kalau bersedia dimohon untuk membalas pesan ini, terima kasih."
Melihat pesan itu, Kayla hanya mendengus sebal. "Bodo amat sama engagement, gue nggak mau dateng."
Satu buah pesan kembali masuk ke akun manajemen baru Kayla. Kali ini dia dihubungi oleh salah satu podcaster terkenal dengan tujuan yang sama. Lagi-lagi Kayla mengabaikannya. Dua, tiga, empat podcaster kembali menghubungi Kayla namun lagi-lagi dia mengabaikannya, sampai pada akhirnya salah satu akun produk makanan mengirimi satu pesan yang menawarinya untuk meng-endors produk mereka.
Kayla tersenyum semringah. "Nah, ini baru bener."
Kayla lantas mengetik pesan balasan yang menyatakan bahwa dirinya setuju untuk meng-endors produk tersebut. "Awal yang bagus." Gumamnya.
Keesokannya Kayla telah menerima produk yang akan dia endors. Dengan peralatan yang dia punya, Kayla lantas merekam dirinya sendiri di kamera, melakukan beberapa pose beserta produk itu, dia lantas mengedit video yang dia rekam dengan bantuan tutorial di internet. Setelah menghabiskan waktu hampir seharian penuh, Kayla akhirnya mengunggah video endors-nya ke media sosial miliknya. Tak berapa ujaran-ujaran kebencian pun memenuhi kolom komentar media sosial Kayla. Mereka mengutuk Kayla karena dituduh telah memanfaatkan situasi.
"Nggak tahu diri."
"Ada juga produk yang endors dia."
"Siapa yang mau beli?"
"Udah minta maaf sama Thaniel belum, Kayla? Jangan kayak orang nggak punya dosa, deh."
"Eww, star syndrome."
Kayla mengelus dada membaca komentar-komentar itu. Sekarang dia harus beradaptasi dengan citra baru yang dia miliki. Beberapa saat kemudian bel rumahnya berbunyi. Kayla beranjak dari tempatnya kemudian bergegas membukakan pintu.
"Selamat atas pembukaan kantor baru, Aunty." Noah berseru begitu Kayla membukakan pintu sambil menyodorkan sebuket bunga.
Perempuan itu tersenyum lebar. Dia lalu meraih bunga yang dibawakan Noah. "Makasih banyak, Noah sayang." Katanya lalu memeluk Noah.
Bukan hanya Noah, Maura juga memberikan ucapan selamat pada Kayla lalu menyodorkan bingkisan kue yang dibawanya.
"Sorry banget gue baru datang sekarang, kemarin sibuk banget di toko."
Kayla mengulum senyum. "Gue malah seneng banget kalau toko lo ramai. Lagian juga nggak ada yang gue siapin. Cuma seadanya doang."
Mereka masuk ke dalam dan menuju ruangan manajemen Kayla yang baru.
"Kalau ini berjalan lancar, nanti gue pindah ke tempat yang lebih baik. Untuk sekarang lumayan, lah."
"Lo pasti bisa, Kay. Lo udah banyak mengalami hal nggak mengenakkan selama berkarir di industri hiburan. Gue bakal selalu dukung apapun keputusan lo." Kata Maura.
Kayla memeluk sahabatnya. Baginya Maura adalah tempat bersandar terbaik yang pernah dia miliki. Semenjak berada di ibu kota dan menjalani karirnya sebagai seorang selebriti, Kayla selalu menganggap Maura dan keluarganya sebagai keluarga baru yang sama berharganya seperti keluarganya sendiri kampung halaman. Dia tidak akan melupakan hal-hal baik yang pernah Maura dan keluarganya lakukan untuknya. Mereka sangat berjasa di hidup Kayla.
"Aunty, ayo makan kuenya. Aku pengen makan sekarang." Noah menghampiri Kayla lalu menggandeng tangan perempuan itu.
Kayla tertawa. "Iya sayang, kita makan kuenya sekarang."
"Noah! Jangan makan banyak-banyak. Gigi kamu nanti sakit, loh." Maura memperingati, tapi anak itu tidak benar-benar mendengarkannya. Dia buru-buru keluar dari ruangan sambil menarik tangan Kayla.
"Udah sih, biarin aja." Dari luar Kayla berteriak membela Noah.
Maura mendengus sebal, dia tahu kalau sahabatnya itu akan membela Noah. Dari pada lama-lama kesal karena tidak ada yang mau mendengarkannya, Maura memilih untuk melihat akun media sosial baru milik Kayla. Dia tersenyum karena sahabatnya itu berhasil bangkit dari orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. Hingga beberapa notifikasi muncul di akun itu media sosial itu. Mereka menghujat Kayla, mengolok-olok, bahkan ada yang menghina fisik Kayla yang tidak cantik seperti selebriti lain.
Membaca komentar itu, Maura lantas mengeluarkan ponselnya sendiri, membuka akun media sosialnya, kemudian mengetik kalimat-kalimat pembelaan untuk Kayla.
"Siapa bilang Kayla nggak cantik? Bahkan kalau disandingkan sama putri kecantikan di negeri ini, Kayla nggak kalah cantik! Kalian pada nggak nonton film-film yang dibintangi Kayla? Kalian lihat nggak kalau akting para pemeran utama selalu kebanting sama akting Kayla? Nggak usah bicara sok paling tahu film kalau kalian bahkan nggak tahu mana akting yang bagus dan mana yang masih kurang."
Begitulah pembelaan Maura yang dia tulis di akun media sosial manajemen Kayla. Meski Maura tahu kalau dia akan ikut dihujat, tapi Maura juga tidak bisa diam saat orang-orang mulai menjelekkan Kayla. Dia harus membelanya.
"Fans Kayla datang guys."
"Akting bagus kalau nggak pernah jadi pemeran utama apa gunanya? Wkwkwk."
"Ngakunya akting bagus tapi flop. Wkwkwk."
"Akting Kayla nggak sebagus itu, sih. Lebay."
Maura meradang membaca komentar-komentar itu. Dia ingin menulis kalimat panjang untuk membela Kayla, tapi yang dibicarakan itu justru keburu datang dan mengambil ponsel Maura.
"Udah, nggak usah diladenin. Capek tahu." Kayla berkata santai, tapi Maura terlihat tidak terima.
"Tapi Kay,"
"Biarin aja." Kayla berusaha meyakinkan. Dia lantas menarik lengan Maura dan mengajaknya keluar untuk makan kue bersama Noah.