Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga empat.
Hingga sore harinya, Diva sudah semakin membaik dan itu membuat mereka merasa lega.
Terutama Darmendra yang belum rela harus kehilangan istri tercinta. Karena Diva jarang sekali sakit, jadi Darmendra takut jika istrinya harus pergi lebih dulu.
"Aku tidak apa-apa hubby, sekarang sudah merasa lebih baik," kata Diva.
Sementara yang lain sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Ars sudah pulang sejak tadi. Karena ia juga khawatir dengan Oma nya.
Ibra dan yang lainnya langsung kemari setelah pulang kerja. Karena istri-istri mereka sudah datang sejak tadi.
Garren dan Septy yang mendengar sang Oma sakit pun datang untuk menjenguk. Akhirnya semua berkumpul di mansion keluarga Henderson.
Diva yang berada diantara mereka terus tersenyum. Ia benar-benar bahagia disamping suami dan anak-anak cucu serta cicitnya.
"Selalu sehat ya Oma buyut, biar bisa melihat kami besar," ucap Carlos mengelus tangan Diva.
Diva hanya meneteskan airmata haru. Dan Diva tidak bisa berjanji, karena umur manusia tidak ada yang tahu.
"Dapat melihat kalian yang sekarang pun sudah Alhamdulillah, Oma buyut tidak berani jamin bisa melihat kalian besar," ucap Diva.
Mereka semua sedih mendengar ucapan Diva, namun mereka juga membenarkannya. Karena ajal adalah rahasia Sang Pencipta.
Akhirnya waktu makan malam pun tiba, Darmendra dengan telaten melayani istrinya. Karena Diva ingin makan bersama mereka.
Setelah selesai makan malam, mereka berkumpul kembali diruang keluarga. Sementara anak-anak diminta untuk beristirahat.
"Mommy sebaiknya istirahat," kata Cahaya.
Diva pun mengangguk, kemudian Darmendra pun membawa Diva kedalam kamar. Karena memang sudah waktunya untuk istirahat.
Keesokan harinya, setelah selesai sarapan, mereka pun pulang. Karena Diva sudah sehat sepenuhnya.
Dan mansion inipun kembali seperti sebelumnya. Dan mereka akan berkunjung lagi di hari libur nanti.
Sementara Garren dan Septy langsung ke perusahaan, setelah kemarin tidak masuk kerja.
"Sayang, apa kamu sudah tahu cerita Oma Diva dulu?" tanya Garren.
Septy menggeleng, ia memang belum mengetahui cerita tentang wanita hebat itu. Yang mampu mendidik keluarga menjadi harmonis.
Garren pun menceritakan tentang asal-usul Omanya yang Garren ketahui. Meskipun tidak lengkap, namun Septy dapat menangkap inti dari cerita tersebut.
"Jadi Oma bukan ibu kandung Om kembar tujuh?" tanya Septy. Garren mengangguk.
"Aku tidak bisa bayangkan Mas, usia 17 tahun masih remaja loh, tapi Oma sanggup menjaga anak kembar tujuh sekaligus. Meskipun ada baby sitter. Oma benar-benar hebat ya Mas," kata Septy lagi.
"Kamu juga hebat sayang, bisa berjuang hidup hingga sekarang menjadi wanita karir."
Septy menoleh ke suaminya. "Ya, aku harus kuat Mas, demi anak-anak panti dan Bu Sum."
Akhirnya merekapun tiba di perusahaan. Septy perlahan menghapus airmata nya. Saat Garren bercerita tadi, airmata nya langsung menetes dengan sendirinya.
Septy tidak menyangka, dibalik keluarga yang harmonis dan bahagia terdapat perjuangan seorang wanita dalam membesarkan anak-anak yang bukan anak kandungnya.
Garren yang melihat hal itu segera memeluk istrinya. "Jangan sedih, semua itu sudah berlalu. Dan sekarang kami sudah hidup bahagia dengan keluarga besar yang selalu rukun. Dan berharap akan selamanya seperti itu."
"Aku terharu Mas, aku juga ingin seperti Oma yang tangguh dalam segala hal."
Garren pun mengajak istrinya keluar dari dalam mobil. Keduanya pun berjalan bergandengan tangan.
"Tuan," sapa Tomi menunduk hormat, saat ini Garren dan Septy berada di lobby.
"Hmmm, apa ada yang penting?"
"Tuan Alton dan keluarganya ingin bertemu Nona Septy. Mereka menunggu di hotel tempat biasa," jawab Tomi.
"Hmmm, baiklah."
Garren pun menelpon klien nya itu, dan membuat janji untuk bertemu saat makan siang nanti. Alton tentu saja setuju.
Jauh-jauh ia datang bersama keluarganya hanya untuk memenuhi keinginan putrinya yang akan menemui Septy.
Kemudian Garren pun menyudahi panggilannya lalu memberitahu Septy tentang itu. Septy pun senang, ia juga merindukan gadis kecil yang bernama Delila itu.
"Kamu terlihat begitu senang, sayang?" tanya Garren. Saat ini mereka sudah berada didalam ruangan Garren.
"Tentu saja, aku sudah lama tidak bertemu dengan gadis kecil itu. Meskipun tidak bisa bicara, tapi aku merindukan nya."
Garren tersenyum, kemudian ia merangkul istrinya kedalam pelukannya. "Mama tidak salah memilihmu sayang, sebenarnya sejak dulu aku kagum denganmu. Namun karena ego ku terlalu tinggi."
"Kagum banyak macamnya Mas, tapi bukan berarti itu perasaan cinta. Aku ngerti kenapa kamu mengajukan perceraian, karena kamu tidak mencintaiku."
"Semua sudah berlalu sayang, dan jangan diungkit lagi. Sekarang aku mencintaimu dengan tulus."
Septy melepaskan pelukannya dari Garren karena ia ingin bekerja. Jika terus-terusan begini, ia tidak bisa kerja.
Dan bisa-bisa ia dikurung di kamar pribadi milik Garren. Septy walaupun istri seorang CEO, ia juga tidak ingin semena-mena.
Garren pun pasrah membiarkan istrinya melanjutkan pekerjaannya. Tapi sebelum Septy keluar dari ruangan Garren, Garren lebih dulu mengecup kening dan bibir Septy.
"Sudah ya, aku ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaanku yang sudah menumpuk."
Garren pun mengangguk sebagai jawaban. Ia tersenyum karena tidak menyangka akan begitu dalam mencintai Septy. Hanya dalam waktu singkat, Septy sudah berhasil membuatnya jungkir balik.
Garren kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia melihat berkas yang juga menumpuk di meja kerjanya. Seketika ia menghela nafas.
Namun meskipun demikian, ia juga harus mengerjakan berkas tersebut hingga selesai. Jika tidak maka akan semakin menumpuk.
Sementara Septy juga sibuk dengan pekerjaannya. Ia ingin cepat menyelesaikan semuanya.
Paling tidak hingga waktu makan siang pekerjaannya sudah tidak banyak lagi. Jadi sore harinya ia bisa sedikit santai.
Waktu terus bergulir, hingga tidak terasa hampir waktunya untuk istirahat makan siang. Pintu ruangan Septy diketuk, Septy pun segera membukanya.
"Sudah siap? Kita harus ketempat janjian sekarang."
"Sebentar ya Mas, aku ambil tasku dulu."
Septy pun mengambil tasnya dan kemudian menggandeng tangan suaminya untuk segera pergi menemui klien nya.
Tiba di lantai bawah, para karyawan masih belum istirahat, karena masih ada waktu satu jam lagi untuk waktu istirahat.
"Apa tidak terlalu cepat, Mas?" tanya Septy setelah mereka masuk kedalam mobil.
"Klien kita akan pulang setelah ketemu kita. Mereka datang hanya ingin bertemu denganmu," jawab Garren.
Septy manggut-manggut, ia menduga jika Alton pasti memenuhi keinginan anaknya. Seketika Septy tersenyum membayangkan ketemu gadis kecil itu.
Mobil pun bergerak perlahan keluar dari pintu gerbang gedung perusahaan. Kemudian melaju dijalan raya.
Kebetulan jalanan tidak macet, jadi semuanya berjalan lancar sesuai yang mereka harapkan. Hingga mobil Garren pun terparkir diparkiran hotel tersebut.
Keduanya masuk dan langsung menuju tempat pertemuan, yaitu restoran hotel. Ternyata Alton dan keluarganya sudah menunggu di meja restoran tersebut.
semngat thor..
itu sih yg aq tau dari ceramah nya UAS