Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Sulit yang Harus Diambil
Di dimensi lain, Raka terbangun dengan suara mendengkur lembut di dekatnya. Fluffernox, si makhluk kecil berbulu biru, masih tertidur nyenyak di sebelah Raka, mendengkur dengan suara seperti dengungan lebah yang menenangkan. Raka meregangkan tubuhnya dan mengusap matanya, mencoba mengingat di mana dia berada.
"Ah, ya," gumamnya pelan, menyadari bahwa mereka tidak lagi di desa Melina. Mereka berada di markas Penjaga Keseimbangan Dimensi, tempat misterius yang seolah-olah mengapung di antara dimensi.
Raka duduk di tepi tempat tidurnya, melihat Aluna yang berdiri di dekat jendela besar, memandang ke luar. Matanya terpaku pada hutan aneh yang memancarkan cahaya hijau kebiruan dari daun-daunnya. Wajah Aluna tampak serius, seperti sedang memikirkan sesuatu yang penting.
"Hei," sapa Raka pelan sambil bangkit dari tempat tidur. "Kau nggak tidur sama sekali?"
Aluna menoleh, senyum tipis muncul di wajahnya. "Aku tidur sebentar. Tapi terlalu banyak yang harus kupikirkan."
Raka menggaruk kepalanya yang masih kusut. "Iya, aku tahu apa yang kau maksud. Soal tawaran dari Penjaga Keseimbangan Dimensi itu? Jujur saja, aku masih nggak ngerti sepenuhnya. Mereka bilang kita bisa menjaga keseimbangan antar dimensi, tapi itu terdengar seperti tanggung jawab besar."
Aluna mengangguk pelan, matanya kembali menatap keluar jendela. "Ini bukan hanya tentang tanggung jawab, Raka. Ini tentang alat yang kau bawa. Alat itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Jika jatuh ke tangan yang salah, semua dimensi bisa hancur."
Raka mendesah, menatap alat dimensi yang masih tergantung di sabuknya. "Aku bahkan nggak tahu bagaimana benda ini bekerja dengan benar. Setiap kali aku menekannya, kita selalu terlempar ke tempat yang salah."
Aluna tersenyum samar, kali ini ada sedikit kehangatan dalam suaranya. "Tapi kau juga menyelamatkan kita lebih dari sekali dengan alat itu, meskipun tidak sengaja."
Raka tertawa kecil. "Iya, mungkin keberuntungan ada di pihak kita... setidaknya sampai sekarang."
Suasana di antara mereka sejenak menjadi lebih tenang. Raka bisa merasakan beban yang tergantung di bahu Aluna, meskipun gadis itu selalu berusaha bersikap kuat. Dia tahu betapa beratnya kabur dari kehidupan kerajaan dan semua tekanan yang datang dengan statusnya sebagai seorang putri.
"Jadi," lanjut Raka sambil mendekat, "apa menurutmu kita harus menerima tawaran mereka? Maksudku, menjadi Penjaga Keseimbangan Dimensi kedengarannya seperti pekerjaan pahlawan, tapi juga... bisa bikin kepala pecah."
Aluna memandangi Raka dengan serius. "Aku belum yakin, Raka. Mereka mungkin bisa membantu kita, tapi ini bukan keputusan yang bisa kita buat dengan mudah. Jika kita setuju, kita akan terikat pada tugas besar ini. Kita tidak akan bisa kabur lagi."
Raka mengangguk pelan, memikirkan betapa beratnya tanggung jawab yang mereka hadapi. "Yah, kabur sepertinya memang nggak ada di rencana kita. Setiap kali kita mencoba kabur, kita malah ketemu masalah yang lebih besar."
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan seorang Penjaga Keseimbangan Dimensi masuk. Kali ini bukan pria berambut perak yang sebelumnya mereka temui, tetapi seorang wanita tinggi dengan jubah gelap dan aura tenang namun penuh wibawa.
"Selamat pagi," katanya dengan suara lembut tapi penuh otoritas. "Pemimpin kami ingin tahu apakah kalian sudah membuat keputusan."
Aluna dan Raka saling berpandangan sejenak sebelum Aluna menjawab. "Kami masih memikirkan tawaran kalian. Ini keputusan yang besar, dan kami butuh waktu untuk mempertimbangkannya."
Wanita itu mengangguk, seolah-olah sudah menduga jawaban tersebut. "Tentu saja. Kami memahami bahwa ini bukan keputusan yang mudah. Tetapi waktu kita terbatas. Alat yang kalian bawa semakin tidak stabil, dan setiap kali kalian menggunakannya tanpa kendali, ada kemungkinan besar kalian akan membuka celah antara dimensi yang bisa menarik makhluk-makhluk berbahaya."
Raka memegang alat di pinggangnya dengan canggung. "Tunggu... tidak stabil? Maksudmu... benda ini bisa meledak atau semacamnya?"
Wanita itu tersenyum tipis. "Tidak meledak, tapi bisa menyebabkan kerusakan besar jika digunakan tanpa kehati-hatian. Kami telah memantau energi yang keluar dari alat itu, dan itu semakin meningkat."
Aluna menatap wanita itu dengan serius. "Jadi, apa yang kau sarankan?"
"Jika kalian memutuskan untuk bergabung dengan kami," jawab wanita itu, "kami akan membantu kalian mengendalikan alat itu. Kalian akan dilatih untuk memahami bagaimana cara kerjanya, dan bagaimana memastikan bahwa alat itu digunakan dengan aman. Dengan begitu, kalian bisa melindungi diri sendiri dan dimensi lain dari ancaman yang lebih besar."
Raka berpikir sejenak, lalu menatap Aluna. "Mungkin... ini adalah jalan keluar terbaik kita. Maksudku, kita memang butuh bantuan. Dan kalau kita bisa belajar cara mengendalikan alat ini, kita nggak akan terus-terusan terlempar ke dimensi yang salah."
Aluna terdiam, memikirkan kata-kata Raka. Dia tahu bahwa tawaran ini mungkin satu-satunya cara untuk memastikan mereka tidak terus berada dalam bahaya. Tapi di sisi lain, ada perasaan bahwa mereka bisa saja terjebak dalam sesuatu yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
"Aku akan mempertimbangkan ini dengan lebih serius," kata Aluna akhirnya. "Tapi untuk sekarang, beri kami waktu."
Wanita itu membungkuk hormat. "Tentu. Kami akan menunggu keputusan kalian. Tapi ingat, waktu kita terbatas. Jika alat itu terus digunakan tanpa kendali, ada kemungkinan celah yang terbuka semakin besar dan makhluk-makhluk yang lebih kuat bisa masuk."
Setelah wanita itu pergi, ruangan itu kembali sunyi. Raka menatap Aluna dengan ekspresi bingung. "Jadi... apa yang kita lakukan sekarang?"
Aluna mendesah pelan. "Kita harus membuat keputusan, Raka. Tapi sebelum itu, aku ingin tahu lebih banyak tentang alat ini. Mungkin ada sesuatu yang belum mereka katakan."
Raka mengangguk pelan, meski jelas-jelas dia masih bingung. "Baiklah. Kita cari tahu lebih banyak, lalu kita buat keputusan. Tapi... gimana caranya kita menemukan informasi lebih banyak soal alat ini?"
Aluna berpikir sejenak, lalu tersenyum kecil. "Aku punya rencana."
---
Sementara Raka dan Aluna mulai memikirkan langkah selanjutnya, jauh di dimensi lain, rencana pencarian Aluna oleh Radit mulai bergerak maju. Namun, waktu mereka semakin menipis. Setiap keputusan yang dibuat oleh Aluna dan Raka akan berdampak besar, tidak hanya pada mereka, tetapi juga pada keseimbangan semua dimensi yang ada.
---