Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengalah
Hari-hari kembali berganti. Hubungan Damian dan Adiba berjalan seperti biasanya. Bahkan mereka terlihat semakin harmonis saja.
Semenjak Damian mempublish status hubungan mereka. Adiba tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Ia bisa lebih lega karena bisa memanggil sang suami jika sedang butuh.
Hal tersebut tentu saja membuat yang iri menjadi semakin iri. Apalagi sikap Damian yang terlampau amat manis sungguh membuat beberapa dari mereka meleleh di buatnya.
Sama seperti hari ini, Adiba masuk kelas siang. Sementara Damian punya jadwal pagi. Beruntung Damian juga mengisi kelas siang namun di kelas lain. Pria itu berangkat terlebih dahulu, dan meminta sang supir agar mengantarkan sang istri ke kampus.
Belum juga keluar dari mobilnya,,Damian sudah standby menunggu Adiba. Dengan cepat Damian membukakan pintu untuk istrinya.
"Makasih mas.."Ucapnya dengan senyum manis. Adiba sangat suka di perlakukan seperti ini. Begitupun dengan Damian. Bukankah pria itu telah berjanji akan meratukan wanita yang perlahan telah mengisi pikirannya itu.
"Hari ini kelas siapa Ning?
"Hari ini? Kalau gak salah kelas pak Risky mas..."Damian mendengus, Selalu saja Damian malas mendengar nama itu.
"Kenapa sih mas? Selalu deh kalau ada kelas pak Risky ekspresi nya kayak gitu...
"Kamu tidak perlu bertanya sayang.. Kamu sudah tahu jawabannya. Mas tuh gak suka sama dia karena dia tuh Brondong tahu.. Dia juga pernah bilang suka dan penasaran sama kamu.."Jawab Damian dengan jelas. Pria itu memang kurang suka dengan dosen muda yang bernama Risky itu. Usianya memang satu tahun lebih tua darinya, Hanya saja Damian kurang suka karena dosen Risky suka tebar pesona.
"Emang kapan pak Risky bilang begitu?
"Udah lama sih, Sebelum kita nikah..
"Udah lama juga.. Dan sekarang Adiba udah jadi milik mas Damian. Mas gak perlu khawatir okey.. " Adiba mengusap rahang tegas yang di tumbuhi bulu-buli halus itu.
"Yaudah, Sekarang masuk gih.. Mas juga harus ngisi kelas lain soalnya.."Adiba mengangguk. Damian mengantar sang istri di ambang pintu. Mengawasi takut ada yang buat macam-macam terhadap wanita kesayangan itu.
"Mas..Udah sana.."Usir Adiba merasa tidak enak dengan teman-temannya yang lain. Damian menurut saja, Pria itupun pergi. Baru beberapa langkah Damian kembali lagi.
"Mas apalagi?
"Setelah pelajaran, kamu tunggu mas ya, Kita mampir ke butik hari ini. Mas dapat undangan dari perusahaan.."Adiba kembali mengangguk. Hanya itu saja yang Damian katakan tidak ada lagi.
Kevin dan teman-temannya hanya diam saja. Seperti biasa mereka selalu berisik dan membuat ulah. Namun untuk kali ini, Mereka tidak lagi mengganggu Adiba. Tak terkecuali Erika dan kedua temannya. Mana berani mereka,,Walaupun terkadang Erika ingin sekali berbuat sesuatu terhadap Adiba. Akan tetapi tidak ia lakukan mengingat siapa Adiba yang sebenarnya.
"Ciee..Makin romantis aja nih paksu.."Goda Syifa kepada sang sahabat. Adhiba hanya tersipu malu saja.
"Apa-apaan sih Cipa aahh..."Adiba meraih tangan Syifa dan melihat sebuah cincin yang tersemat di jari manis gadis itu.
"Wah..cincinnya bagus.. Ini?" Syifa senyum-senyum tak jelas di depan Adhiba.
"Kamu tahu gak? Kayaknya ini memang rejeki aku deh?" Bisik Syifa di telinga Adhiba.
"Rejeki?
"Iya..Kamu tahu gak? Aku semalem di jodohin sama seseorang..Dan pasti kamu akan kaget siapa cowok yang do jodohin ke aku..
"Siapa..
"Aku di jodohin sama Ryan, Dhiba.. Sama Ryan! Dan semalem kita juga langsung resmi tunangan..
"Alhamdulillah deh kalau gitu..
"Iihh..Kamu kok gitu sih..
"Loh kamu mintanya kayak gimana?
"Ya punya ekspresi kaget kek gimana gitu? Masa biasa aja.."Kata Syifa cemberut.
"Udah lah ya.. yang penting doaku buat kalian. Walaupun kalian itu di jodohin seenggaknya kamu berdoa agar selamanya kalian bisa berjodoh..
"Aamiin...
Adiba tersenyum, Adiba senang dengan kabar ini. Karena memang sejak awal Syifa sudah menaruh hati terhadap pemuda yang bernama Ryan itu. Harapan Adiba ialah, Semoga mereka langgeng hingga sampai ke jenjang pernikahan. Kasihan Syifa jika harus patah hati mengingat sikap Ryan yang terlalu datar dan dingin.
.
.
.
Masih di hari yang sama namun di tempat yang berbeda. Abi Rahman menghentikan mobilnya di halaman sebuah rumah minimalis lantai dua. Senyumnya tidak luntur, Sebelah tangannya menenteng paperbag.
Abi Rahman kembali mendatangi Ayunda, Istri keduanya. Abi Rahman menyodorkan sebuah gambar yang cukup mewah dan mungkin harganya tidak main-main.
"Bagaimana? Kamu suka?
"Ini sih bukan gamis mas.. Tapi lebih ke gaun. Berapa harganya? Pasti mahal ya?" Tanya Ayunda kepada sang suami.
"Kamu gak perlu tanya berapa harganya..Yang penting, Lebih baik sekarang kamu siap-siap..Kita akan pergi ke ibu kota untuk menghadiri acara disana. Mas di undang oleh salah satu perusahaan.. Dan kita akan ikut hadir. Jadi mulai sekarang kamu..
",Oohhh!! begitu ya!? Sekarang Abi udah gak mau ngajak ummi lagi? Iya!!? " Abi Rahman memejamkan matanya. Sungguh ia paling muak dengan semua ini.
"Kamu tuh bisa gak sih? Masuk harus ngucap salam dulu..
"Gak usah mengalihkan pembicaraan.. Abi mau ngajak jallang ini..
Plaakkk!!
Bukan hanya Ummi Badriyah yang tercengang tapi Ayunda juga. Selama mereka menjalani kehidupan rumah tangga, Tidak sekalipun Abi Rahman memukul. Baik kepada istri pertama atau dengan istri keduanya.
Tapi sekarang? Ini adalah dua kalinya Ayunda melihat secara langsung suaminya menampar istri pertamanya. Begitupun dengan Ummi Badriyah yang merasakan tamparan ini lebih keras dari pada yang kemarin.
"Abi nampar Ummi?" Tanya Ummi Badriyah dengan nada yang lirih. Masih kurang percaya saja bahwa sang suami yang cintai selama ini tega berbuat sedemikian.
Hanya cinta. Ya! Hanya cinta yang mampu Ummi Badriyah berikan kepada sang suami. Selain itu tidak ada. Abi Rahman adalah seorang suami, Tapi ia tidak pernah merasa di hormati sebagai seorang suami oleh Badriyah sendiri. Walaupun Ummi Badriyah memberikan cinta, tetap saja Abi Rahman merasa tidak cintai.
Abi Rahman sadar akan hal itu. Mungkin semua ini adalah balasan karena dulu Abi Rahman tetap kekeuh menikahi Badriyah padahal kedua orang tuanya tak merestui.
"Berhenti menyebut Ayunda Jallang Ryah!! Kau tahu aku sangat mencintainya..Bersama Ayunda, Aku bisa mendapatkan apa yang tidak pernah aku dapatkan darimu.. Dan semua itu Ayunda mampu mewujudkannya. Dan selama menjadi suami pun, Aku juga selalu berlaku adil kepada kalian berdua. Terkadang kau mengambil apa yang menjadi milik Ayunda.. Dan sekarang? Hanya perkara aku mengajak Ayunda kau seperti orang kesetanan seperti ini. "Abi Rahman mengusap wajahnya kasar.
"Mas, Udah mas gapapa.. Kalau memang Mbak Ryah yang mau pergi, Yunda ngalah. "Hanya itu yang bisa Ayunda katakan. Ia lebih baik mengalah daripada harus melihat sepasang suami dan istri itu selalu bertengkar karena nya.
"Jika kamu gak ikut, Lebih baik kita tidak jadi pergi. ."Abi Rahman berlalu, Namun tidak sendiri melainkan membawa istri keduanya.
.
.
.
TBC
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku