Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 05 Desakan Dari Pak RT dan Warga
Bibi Shafina begitu syok mendengar penuturan dari keponakannya itu, sebagai seorang bibi yang memang mendapatkan wasiat dari kedua orang tua Shafina dirinya merasa gagal mendidik keponakannya itu, apalagi selama beberapa bulan ini, tidak ada tanda-tanda kecurigaan, ataupun keanehan yang di lakukan oleh keponakannya, tapi berita ini sungguh benar-benar membuat hatinya hancur.
"Ya Allah Nak, kenapa bisa menjadi seperti ini, tiba-tiba saja kamu melahirkan seorang bayi kapan hamilnya," ucap bibi Shafina sambil mengelus dada, pasalnya dia tidak pernah melihat perut keponakannya itu menyembul.
"Maafkan aku Bibi, sudah membuat Bibi malu seperti ini," mohon Shafina.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa Nak, rasa kecewa itu pasti ada, tapi balik lagi kamu itu, anakku almarhum ayah dan ibumu dulu sudah menitipkan mu padaku, bibimu ini tidak bisa marah kepadamu, karena itu semua terjadi karena kelalaian bibi, lalu siapa ayah yang ada di perutmu itu, apakah ini anak dari Seno?" tanya Bibi Mina, yang memang sudah tahu kalau keponakannya itu berhubungan dengan Seno.
"Iya, Bi," ucap Shafina sambil mendekap bayi mungilnya itu.
"Bibi tidak menyangka kalau Seno akan berbuat seperti ini terhadap dirimu, lalu di mana? Keberadaannya!" sentak Bi Mina, dirinya benar-benar tidak terima.
Mereka berdua saling menangis berpelukan, beruntung bibi dari Shafina tidak menghakimi keponakannya itu, dia dari dulu selalu menyayangi Shafina layaknya anaknya sendiri, tapi di lain tempat para tetangga dan saudara yang lain, sudah mulai heboh membicarakan Shafina, hingga ada dari salah satu mereka yang memanggil pak RT untuk mendatangi rumah bibi Shafina.
"Assalamualaikum Bi Mina," ucap Pak RT dan salah satu warga.
"Walaikumsalam," sahut Bibi Mina, sedang Shafina dan Adli hanya diam, mereka seakan memiliki firasat kalau keadaan tidak baik-baik saja.
"Maaf Bu Mina, kedatangan saya kemarin ingin memastikan sendiri, apa iya, keponakan Bi Mina ini sudah memiliki seorang bayi?" tanya Pak RT, yang memang sudah di desak oleh warganya.
"Iya, Pak RT," sahut Bi Mina.
"Bi Mina tahu sendiri kan kalau, kalau di kampung kita terjadi hal seperti ini, maka keponakan Bibi, harus di nikahkan dengan pria yang sudah menghamilinya, kalau tidak maka Shafina harus keluar dari kampung ini," terang Pak RT.
"Aku, akan bicarakan ini dengan keponakan ku, dan tolong beri kami waktu," mohon Bi Mina.
"Baiklah kalau begitu, kalau di dalam waktu 24 jam Bi Mina tidak ada kejelasan, ataupun jawaban maka dengan terpaksa, kami akan mengeluarkan Shafina dari kampung ini," tegas Pak RT.
Jantung Shafina berdesir dia tidak pernah membayangkan kalau perbuatannya ini akan berdampak besar dalam kehidupannya kelak, apalagi dia sudah tahu sendiri kalau kekasihnya itu, untuk saat ini masih belum bisa untuk menikahinya, lantas dirinya harus meminta pertanggungjawaban dari siapa? Kalau tidak dengan ayah biologis dari bayinya.
"Fina, kamu secepatnya harus hubungin pria itu, kalau tidak bisa kita datangi lagi rumahnya," suruh Adli.
"Iya Nak, kamu harus bicara dengan Seno," timpal Bi Mina.
"Kamu punya nomornya gak?" tanya Adli.
Shafina pun langsung mengambil benda pipihnya, lalu kemudian dirinya mencoba menghubungi Seno, meskipun selama satu bulan ini Seno tidak pernah mengangkat telponnya tapi pria itu tidak pernah memblokir nomornya, maka dari itu Shafina masih bisa menghubungi, kekasihnya itu.
Handphone berdering menandakan sang pemilik masih aktif, tapi tidak di jawab panggilan tersebut, tapi Shafina tidak menyerah gadis itu tetap saja menghubungi kekasihnya itu hingga berkali-kali, dan di panggilannya yang ke sembilan Seno langsung mengangkatnya, kali ini yang berbicara bukanlah Shafina tetapi Bi Mina, karena dia merasa geram dengan perbuatan Seno yang telah merusak keponakannya itu.
"Assalamualaikum," ucap Bi Mina.
"Walaikumsalam," sahut laki-laki yang berada di seberang sana.
"Seno secepatnya kamu harus datang ke rumah, ini keadaan sudah genting," perintah Bi Mina.
"Memangnya ada apa Bi?" tanya Seno dengan khawatir.
"Sudah kamu jangan banyak tanya ada hal yang harus bibi sampaikan kepadamu, jadi bibi mohon jangan ada alasan untukmu tidak menemui bibi," tukas Bi Mina, lalu mengakhiri panggilannya.
Panggilan pun terputus, Bi Mina yakin kalau Seno pasti akan datang, kalau pun tidak pasti wanita paruh baya ini akan mendatangi rumah Seno dan membuat kegaduhan di sana, dia tidak pernah takut dengan keluarga Seno yang notabennya orang kaya itu, karena pasalnya di sini keponakannya yang di rugikan, kalau sampai Seno benar-benar lepas dari tanggungjawabnya.
Karena merasa sudah selesai mengantar tugasnya Adli pun berpamitan untuk pulang, dirinya tidak mau kalau sampai orang-orang kampung, tambah menyalahkan Shafina, karena keberadaannya di sini, sehingga pemuda itu, berinisiatif sendiri untuk pulang, meskipun di dalam hati kecilnya ada rasa tidak tega jika harus meninggalkan mahluk mungil itu, yang kemarin dia selamatkan di rumah kosong tempatnya bermabuk miras dengan para teman-temannya.
"Fina, Bibi, aku pamit pulang dulu ya, nanti kalau ada apa-apa jangan sungkan ya meng hubungi ku, ini no handphoneku," ucap Adli sambil menyodorkan no handphonenya.
"Mas Adli terima kasih banyak sudah sudi menolongku dan anakku ini," sahut Shafina.
Bi Mina pun juga sangat merasa berterima kasih kepada Adli, karena sudah membantu keponakannya, setelah kepergian Adli, tidak lama kemudian Seno pun datang, dan hal itu sudah di yakini bibi Mina, sebenarnya masih ada rasa cinta yang terpancar di hati Seno.
Hanya saja, dia tidak bisa menentang kedua orang tuanya, yang memang tidak merestui hubungannya dengan Shafina yang merupakan gadis sederhana, tapi bagaimanapun keadaan Shafina sekarang membutuhkan tanggung jawabnya, karena memang ada sosok mungil yang hadir merupakan buah cinta keduanya.
"Seno akhirnya kamu datang juga," sahut Bi Mina.
"Bibi ada apa, menyuruhku datang kemari?" tanya Seno.
"Plaaak," tamparan itu melesat begitu saja ke pipi Seno.
"Apa yang sudah kau perbuat terhadap keponakan saya, hah!" geram Bi Mina.
"Maafkan saya, Bi," sahut Seno.
"Maaf saja tidak cukup Seno, kamu harus bertanggungjawab atas perbuatanmu itu," cetus Bi Mina.
"Untuk saat ini aku masih belum bisa Bi, karena di dalam keluargaku masih ada masalah," terang Seno.
"Apa masalah kau bilang, kamu pikir ini tidak masalah besar, ingat ya, keponakan saya harus terusir dari kampung ini, jika dirimu tidak segera bertanggungjawab, apa menurutmu itu tidak masalah besar, enteng bener kamu berucap!" geram Bibi Mina.
Sedangkan Shafina hanya bisa mengelus dada mendengar pernyataan Seno, yang masih kukuh dengan pendiriannya itu, apa pantas seorang kekasih berucap seperti itu, di saat keadaan genting dan mendesak seperti ini.
"Sudah Bi, jangan memaksa orang yang memang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu, biarkan saja aku dan bayiku ini yang harus keluar dari kampung ini," ucap Shafina penuh dengan kekecewaan.
Catatan penulis :
Selamat pagi kakak-kakak maaf ya kemarin libur dua hari karena memang sibuk, di dunia nyata, semoga kalian suka ya dengan kelanjutan ceritanya terima kasih❤️❤️❤️🙏🙏🙏
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤