Setelah Danton Aldian patah hati karena cinta masa kecilnya yang tidak tergapai, dia berusaha membuka hati kepada gadis yang akan dijodohkan dengannya.
Halika gadis yang patah hati karena dengan tiba-tiba diputuskan kekasihnya yang sudah membina hubungan selama dua tahun. Harus mau ketika kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria abdi negara yang justru sama sekali bukan tipenya.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki abdi negara. Aku lebih baik menikah dengan seorang pengusaha yang penghasilannya besar."
Halika menolak keras perjodohan itu, karena ia pada dasarnya tidak menyukai abdi negara, terlebih orang itu tetangga di komplek perumahan dia tinggal.
Apakah Danton Aldian bisa meluluhkan hati Halika, atau justru sebaliknya dan menyerah? Temukan jawabannya hanya di "Pelabuhan Cinta (Paksa) Sang Letnan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
Paginya menjelang, Aldian merasa sangat bugar setelah tadi malam dan subuh sudah menyalurkan keinginannya dengan tepat sasaran. Dia benar-benar bahagia pagi ini.
"Sayang." Panggilannya pada Haliza tiba-tiba berubah mesra. Tidak peduli Haliza belum ada kata cinta untuknya. Haliza menghindar, lagipula saat ini dia sedang akan meminum pil KB nya.
"Sebentar Mas." Haliza melepas lilitan tangan Aldian di perutnya. Ia segera meminum pil itu. Aldian tersenyum simpul, dia tahu pil itu adalah hanya vitamin yang sudah ia tukar dan bukan pil KB.
"Obat apa sih itu, perasaan kamu meminumnya tiap hari, apakah tidak akan ada efek samping?" tanya Aldian pura-pura tidak tahu.
"Ini vitamin, Mas. Untuk kebugaran tubuh supaya staminanya baik dan semangat," jawab Haliza mengarang bebas, tapi sukses membuat Aldian mengerutkan keningnya. Ia heran karangan Haliza kenapa bisa tepat dan benar.
Setahunya setelah diberitahu sang Apoteker di apotek kala itu, dia menyebutkan bahwa vitamin yang tabletnya sebesar pil KB itu, khasiatnya memang untuk kebugaran dan stamina tubuh.
Aldian tersenyum, dia begitu happy dengan jawaban asal tapi benarnya Haliza itu. "Boleh dong aku minta kalau begitu? Untuk stamina juga agar tiap hari bisa kasih kamu nafkah batin."
"Tidak boleh, ini hanya untuk perempuan saja," kelit Haliza sembari menjauh dari Aldian.
"Kenapa tidak boleh, itu, kan hanya vitamin? Aku juga mau setiap hari punya stamina yang bagus seperti kamu, agar usahaku langsung tokcer, alias diketok encer, ha ha," kekeh Aldian semakin tidak tahan untuk menggoda Haliza atau jelasnya menggiring Haliza dalam jebakannya.
"Sudah aku katakan, ini hanya untuk perempuan. Mas, nggak boleh meminumnya." Haliza segera menghindar dan menyimpan kembali vitamin yang dia minum tadi ke tempat yang kita-kira tidak bisa dijangkau Aldian.
"Sembunyiin saja sampai ke liang semut biar aku tidak meminumnya. Aku juga punya multivitamin yang bisa membuat staminaku semakin bertambah dan kuat. Dan yang jelas, bisa membuatmu cepat hamil," ujar Aldian tidak mau kalah sembari membisikkan kalimat terakhir di depan wajah Haliza.
"Ihhhh," dengusnya sembari berlalu. "Mana bisa aku cepat-cepat hamil, orang aku minum pil KB." Haliza bergumam pelan dan menjauh dari tempat itu.
Enam bulan kemudian
Aldian sudah menandai kalau tepatnya dua hari lagi, vitamin yang dikonsumsi Haliza habis. Dia tidak merasa khawatir karena vitamin pengganti itu sudah disiapkannya dua hari yang lalu. Yang dikhawatirkan Aldian adalah, kapan Haliza akan memesan pil KB nya via online, dan kapan juga sampainya ke rumah.
Aldian tersenyum senang, ia merasa ada ide yang cemerlang untuk mengecoh Haliza. Aldian menghampiri yang saat ini sedang leyeh-leyeh di sofa beranda lantai atas.
"Sayang, tolong dong pesankan aku sempak boxer. Sempak aku sudah usang-usang dan pinggangnya mulai ada yang sobek. Kamu cari yang kualitasnya bagus dan tahan lama dong," ujar Aldian dengan tanpa rasa malu.
"Sempak? Kenapa beli dari online, biasanya Mas beli langsung dan bisa milih sendiri? Lagian sempak milik Mas, masih banyak dan bagus. Buat apa beli lagi, hanya menuhin isi lemari," omelnya tidak setuju.
"Ihhh, kamu ini. Lagian yang mau bayar aku bukan kamu, tinggal pesankan saja tidak mau. Sekalian pesan celana dalam kamu, kebetulan aku melihat sudah ada yang sobek tengahnya. Apa anu kamu setajam silet sampai tengahnya sudah sobek dan bolong-bolong," balas Aldian diimbuhi kekehan.
Haliza melotot merasa dipermalukan, wajahnya memerah seketika.
"Benar, kan? Makanya beli yang sedikit mahal, jangan beli yang harga lima ribu ke bawah. Jadinya cepat sobek, kan?" godanya lagi.
"Mas, apa-apaan sih? Aku mana pernah beli yang lima ribu. Mas, jangan permalukan aku, nanti didengar Bi Kenoh. Aku malu." Haliza menunduk dengan muka memerah. Aldian merasa bersalah, lantas ia menghampiri Haliza dan memeluknya.
"Maafkan aku Sayang," ucapnya sembari mengecup pipi lembut Haliza. Haliza masih saja cemberut.
"Awas dulu, Mas. Aku mau pesan sesuatu. Ini tinggal klik," ujarnya berusaha melepaskan tangan Aldian.
"Pesan apa sih kamu? Kalau pesananmu itu, bisa berapa hari pesan dari toko Lazanda?" pancing Aldian penasaran.
"Estimasinya sih sehari, dan biasanya tepat."
Mendapatkan jawaban seperti itu, Aldian bersorak gembira, tentu saja dia bersorak di dalam hati. Untuk itu, besok dia harus bersiap untuk menerima paket milik Haliza. Tapi, caranya seperti apa, Aldian masih bingung.
"Lagipula, kenapa Haliza belum ada tanda-tanda hamil? Padahal aku merasa sehat. Tiap bulan hanya mendapatkan kabar Haliza datang bulan. Jadi, kapan hamilnya dong?" batin Aldian merasa frustasi. Kenapa Aldian sebegitu ingin memiliki anak dari Haliza, apakah Aldian sudah mencintainya?
Bukan masalah cinta, akan tetapi ini masalah hati dan komitmen dalam diri Aldian yang sudah ia ikrarkan sejak taklik nikah dibacakan pejabat KUA, kemudian ia ikuti sebagai tanda kesungguhan dalam menjaga dan menyempurnakan pernikahannya.
"Cinta itu bakal hadir seiring waktu." Dan Aldian percaya itu, sebab dalam dirinya sudah muncul perasaan itu, meskipun yang ia tahu Haliza belum juga mencintainya. Hanya dengan kehamilannya, dia harapkan bisa menyeret hati Haliza untuk mencintainya.
Hari yang ditunggunya sudah tiba, Aldian sudah merencanakan sesuatu supaya yang menerima paket itu bukan Haliza.
"Bi, kalau ada paket untuk istri saya, tolong terima dan simpan di kamar bibi sampai saya datang mengambilnya." Aldian berpesan sebelum ia pergi dan mengajak Haliza pergi siang itu ke suatu tempat.
"Siap, Den," ujar Bi Kenoh.
Aldian sengaja pulang siang dari kantor dan merencanakan sesuatu untuk membawa Haliza ke suatu tempat. Supaya yang menerima paket itu hanya Bi Kenoh.
Mereka pun kini sedang berada di suatu tempat, di sebuah danau buatan. Aldian mengajak Haliza menaiki perahu angsa yang dikayuh. Pemandangannya sangat indah dan Aldian sangat menikmati sembari sesekali ia mengambil foto Haliza secara diam-diam.
Haliza hanya diam saja tanpa banyak bicara, ia seperti tidak menikmati kebersamaannya di danau ini bersama Aldian. Tidak seperti orang lain, saling bercanda dan tertawa. Kadang Aldian merasa lelah harus pura-pura baik-baik saja. Selama ini dia sudah berusaha merebut hati Haliza dengan berbagai cara. Mulai dari menurunkan ego, seperti menyimpan marah ketika sesungguhnya ia benar-benar kesal dengan Haliza.
Perahu angsa itu sudah menepi ke daratan karena sudah habis waktunya. Aldian meraih tangan Haliza dengan hati-hati lalu membawanya ke daratan. Setelah lelah mengayuh perahu angsa dan rasa lapar sudah mendera perut, tanpa bertanya lagi Aldian membawa Haliza ke kafe di tempat wisata danau itu.
"Ayo kita pulang," ajak Aldian setelah mereka menyudahi makan beberapa saat yang lalu. Haliza setuju, sebab ada sesuatu yang dinantikannya, yakni paket pil KB nya ternyata sudah sampai di rumah. Haliza yakin pasti Bi Kenoh yang menerima paketnya.
Mereka kini sudah berada di dalam mobil, sebelum melajukan mobil, Aldian segera mengirimkan pesan WA untuk Bi Kenoh.
"Kalau istri saya menanyakan paketnya, bilang saja bibi tidak menerima. Katakan bibi tidak dengar ada tukang paket manggil." Pesan terkirim. Setelah itu Aldian segera melajukan mobilnya pulang ke rumah.
Setengah jam kemudian, mobil Aldian sampai di depan gerbang rumah, bersamaan dengan itu seorang pengantar paket turun dari motornya lalu memberikan paket itu ke alamat rumah Aldian.
"Terimakasih, Mas," ucap Haliza.
"Apa itu Sayang, apakah sempak kita?" tanya Aldian sembari tersenyum. Haliza mengangguk tapi kemudian murung. Aldian tahu kenapa Haliza murung, sebab paket pil KB nya diduga belum datang, akan tetapi dalam laporannya justru sudah diterima.