Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelayan Berulah?
"Naya!!!"
"Naya, aku belum selesai bicara!" teriak Fani kesal bukan main, saat ditinggal begitu saja
"Jika kau ingin berteriak, berteriak lah di hutan! Jangan disini, disini bukan hutan. Tempat kau seenaknya berteriak," tegur seorang pria parubaya, membuat Fani terkejut.
"Kakek?"
"Saya bukan Kakek kamu! Saya hanya memiliki dua cucu yaitu Zanders dan Zanaya," ujar Kakek Gerald dengan dingin.
Fani menelan ludahnya kasar, dia tidak tahu jika kakek Gerald berada di Indonesia. Biasanya para pelayan di mansion ini mengabarkan tentang kejadian yang berada di mansion ini, tapi kenapa tidak ada kabar sama sekali.
Fani benar-benar merutuki pelayan mata-mata yang sudah dia dan papanya suap untuk menjadi pengkhianat di mansion ini.
Gadis itu sama sekali belum tahu jika para pengkhianat di mansion ini sudah musnahkan, bahkan org*n mereka telah didonorkan pada orang yang lebih mencintai hidupnya.
"Maaf Tuan, Aku hanya ingin berbicara pada Zanaya, tapi Naya tiba-tiba membenci saya padahal saya tidak memiliki salah apapun!" ucapnya mencoba mengadu dengan wajah polos, menyalahkan Zanaya.
Kakek Gerald terkekeh, "Jangan berpikir saya akan termakan topeng polos mu itu! Beruntung cucuku amnesia, jadi dia tidak lagi termakan topeng busuk mu itu. Saya tahu selama ini kau hanya ingin memanfaatkan nya!" sarkas Kakek Gerald, membuat Fani terkesiap lalu menundukkan kepalanya.
'Sial' rutuknya dalam hati.
"Segera tinggalkan mansion ini jika kau tidak memiliki keperluan lagi," usir Kakek Gerald membuat Fani mengepalkan tangannya kuat.
"Baik Tuan!" ucapnya, menunduk dengan wajah polos, kemudian berlalu keluar dari mansion.
Tapi bukannya ke arah gerbang, gadis itu malah berbelok ke arah belakang tempat pavilium para pelayan tinggal.
Disana dia celingukan mencari orang-orang yang dia bayar, namun nihil. Yang dia lihat hanya pelayan baru semua.
Saat dua orang pelayan berjalan keluar dari mansion, Fani segera menghentikan kedua pelayan itu.
"Eh, tunggu!" Fani bergegas melangkah ke arah pelayan itu dengan dagu terangkat.
"Ada apa Nona?" tanya pelayan itu dengan wajah bingung.
"Apa kalian tahu, kemana pelayan senior pergi atau kepala pelayan Ani?" todong Fani tanpa basa-basi.
Kedua pelayan itu saling pandang, lalu mengernyit heran, "Maaf nona, kami tidak tahu. Sejak kami datang ke rumah ini para pelayan yang lama sudah tidak terlihat," jelas pelayan berkulit Langsat itu jujur.
Fani mengangguk, "Kalau pelayan yang lain apakah mereka tahu?"
"Maaf Nona. Semua pelayan yang ada disini, pelayan baru otomatis mereka juga semua tidak tahu sama seperti kami berdua," terang pelayan kedua itu berwajah hitam manis itu.
Gadis itu mengernyit heran, dia bertanya-tanya kemana seluruh pelayan senior di mansion ini, apakah mereka mengundurkan diri.
Tapi dia sama sekali tidak curiga, gadis itu hanya berpikir jika pelayan itu dipecat atau pulang kampung.
Setelah memutar otaknya, akhirnya dia memiliki ide lain. Kenapa harus cari yang lama jika yang baru bisa dimanfaatkan pikirnya tersenyum licik.
Fani kembali menatap kedua pelayan itu, "Kau mau uang?" tawarnya.
Kedua pelayan itu saling pandang kemudian menatap gadis didepannya, mengangguk. Siapa tak suka dengan uang.
Fani tersenyum manis, "Bagus! Kalau kalian ingin uang, jadilah mata-mata di mansion ini. Bagaimana?" tawar Fani, membuat kedua pelayan itu terdiam.
Pelayan berwajah hitam manis itu langsung merespon, "Maaf Nona, saya tidak bisa. Kalau begitu saya permisi," ujarnya berlalu meninggalkan kedua orang itu dengan tatapan bingung.
Dia sangat ingat perkataan Zanaya, terlebih jika berkhianat. Apalagi mereka telah menelan vitamin kematian, membuatnya bergidik ngeri, gadis pelayan itu masih sayang nyawa.
Bekerja di keluarga Dixon sudah sangat enak, gaji 3 kali lipat dari keluarga yang lain, belum lagi perlakuan majikan mereka tidak semena-mena asal tidak berkhianat, bahkan makanan yang majikan mereka konsumsi, sama dengan makanan para pelayan, sungguh mewah bukan.
"Ada apa dengannya?" tanya Fani bingung, menatap kepergian gadis pelayan itu.
Pelayan berkulit Langsat itu menggeleng "Saya tidak tahu Nona, mungkin ada pekerjaan nya yang belum selesai," jawabnya membuat Fani mengangguk.
"Siapa nama mu?" tanya Fani
"Nama saya Mirna Nona"
"Baiklah Mirna, apakah kau bersedia menjadi mata-mata ku disini, tenang saja aku akan memberikan 20 juta?" ulang Fani lagi.
Mata pelayan itu berbinar terang "Saya bersedia Nona," jawabnya cepat.
"Bagus!"
"Sebagai tugas pertama, taburkan benda ini pada makanan untuk Zanaya, dan tugas lainnya kau bisa melaporkan setiap kegiatan yang ada di mansion ini. Mengerti!" Gadis itu menyodorkan sebuah serbuk putih, pada pelayan itu.
"Ini apa Nona?" tanya pelayan itu sembari mengangkat untuk melihatnya lebih jelas.
"Simpan itu segera! Lakukan saja tugasmu dengan baik!" titah Fani kesal dengan pelayan yang banyak omong ini.
"Baik Nona"
"Ya sudah sana pergi, awas saja jika kau ketahuan," usirnya, pelayan itu bergegas pergi dari sana. Sedangkan Fani menyeringai puas 'Ini pembalasan ku Zanaya, siapa suruh mengambil mobil milik ku' ucapnya dalam hati kemudian melenggang pergi dari mansion tersebut.
Di dalam paviliun pelayan, gadis bernama Mirna itu tersenyum senang saat melihat transferan masuk sebesar 10 juta.
Gadis berwajah hitam manis itu melihat teman sesama pelayannya, "Kau jangan macam-macam Mirna, ingat apa kata nona Zanaya jika kau berkhianat!" peringat nya.
Mirna mendengus "Kau jangan bodoh Susi, mana ada vitamin kematian seperti itu. Nona sombong itu hanya menggertak kita saja, agar kita takut," cibirnya.
"Lagipula siapa yang memberikan kita uang cuma-cuma sebanyak ini," katanya lagi, membuat gadis bernama Susi itu menggeleng.
"Ingat Mirna kita di gaji di tempat ini bahkan 3 kali lipat, belum lagi mereka tidak memperlakukan kita semena-mena, lagi pula tuan besar Gerald sudah mengultimatum kita semua agar tidak berkhianat," nasehat Susi.
"Alah, persetan dengan semua itu, yang penting aku bisa berfoya-foya dan membeli semua kebutuhan serta perlengkapan skincare. Mana tahu, tuan muda Zanders jatuh cinta padaku dan aku bisa menjadi nyonya besar di mansion itu," ujarnya sombong, bahkan kini telah berkhayal menjadi istri Zanders dan bisa mendepak Zanaya.
Gadis cantik yang menurutnya sangat sombong, Mirna merasa iri melihat kecantikan Zanaya yang sangat natural.
Susi hanya menggeleng pelan, tak percaya, "Terserah padamu, yang penting aku sudah memperingati dirimu," ujar Susi.
"Coba kau pikir jika seandainya memang benar apa yang dikatakan si Zanaya itu mungkin aku sudah meledak bukan, tapi buktinya aku masih hidup," ujarnya mengejek temannya itu.
"Terserah kau saja, aku tidak ingin berurusan denganmu lagi. Jangan libatkan aku jika terjadi sesuatu padamu," kata Susi berlalu meninggalkan kamar teman pelayannya itu.
"Dasar pelayan bodoh," cibir Mirna, kemudian menatap ponselnya yang terisi uang 10 juta.