Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Peduli
"Kurang ajar itu wanita.. Berani-beraninya dia ngelawan kita!!" Ucap Anet marah. Wanita itu tidak percaya bagaimana bisa ia kalah dengan seorang wanita yang wajahnya saja ia tidak tahu.
"Mama jadi penasaran, Kayak apa sih wajahnya yang tertutup itu. Jangan-jangan jelek lagi, Jerawatan, Beruntusan, Kusam dan banyak flek nya hiiii..."Begitulah Anet, Ia hanya bisa merendahkan. Padahal belum tahu kenyataannya.
"Kalau jelek, Damian mana mau maa.. Sekarang Mama tahu sendiri kan? gimana sikap dia? Niat kita mau dia nyerah dalam pernikahannya eh.. malah kita yang malu.. "Dinda juga tidak habis pikir, Wanita yang sekarang telah menjadi istrinya Damian bukan orang biasa. Ia harus apa sekarang? Ia sudah kalah dari Arumi, Masa iya kalah sama Adiba yang baru saja Damian kenal sebagai murid. Apa Damian memang sudah di takdirkan berjodoh dengan muridnya? Dulu Arumi sekarang Adiba. sungguh sangat menyebalkan.
"Ini semua juga gara-gara kamu.. Andai tahun lalu kamu gak tiba-tiba masuk ke kamar Damian dan ngejebak dia di kamarnya pasti Damian gak bakalan benci ke kamu.. Keluarganya pun pasti masih berpihak ke kita.."Dinda menatap sang mama dengan tatapan yang amat sangat kesal.
"Kok Mama malah nyalahin Dinda sih?Kan Mama sendiri yang nyuruh aku jebak Damian waktu itu.. Asal Mama tahu ya? Aku bonyok semua waktu itu.. Arumi amukin aku, dia tonjok aku.. " Ia Sudah kesal sejak tadi, Dan sekarang semakin kesal saja. Siapa yang menyuruh dan siapa yang di salahkan.
"Ya, Ya kan Mama gak tahu.. Waktu itu Mama sama papa sedang berada di luar negeri kan? Kamu yang pulang sendiri kesini.. Mama hanya mampu beri kamu saran aja kok gak lebih. Mana tahu Mama akhirnya akan begitu..
Dinda hanya mendengus. Apapun alasannya, Semua ini adalah salah mamanya yang punya rencana itu. Tanpa Dinda sadari bahwa ia juga salah karena mau-mau saja menuruti kemauan Anet.
****
Damian membawa Adiba pulang setelah ada acara yang menyebalkan di depan kampus tadi. Beruntung Edwin segera bertindak. Pria itu segera memberitahu dirinya bahwa ada dua wanita yang datang dengan tekad menemui Adiba di kampus. Lengkap dengan foto dua wanita itu.
Melihat Dinda dan tante anet yang datang. Dengan cepat Damian pulang dari kantor tanpa Permisi. Beruntung meeting yang sudah selesai, jadi ia tidak punya tanggungan apapun lagi.
"Maafkan mas ya, Sayang.. Mas merasa bersalah sama kamu. Gara-gara mas, Kamu jadi kena imbasnya.." Damian peluk tubuh wanita nya dari belakang. Adiba memejamkan matanya menikmati hangatnya pelukan itu. Ia berbalik badan menatap mata sang suami. Terlihat penyesalan yang sangat besar didalam diri pria itu.
"Inilah alasan kenapa mas dulu gak nyentuh kamu. Bukan mas gak mau nyentuh dan gak mau menyempurnakan kamu sebagai istri, Enggak. Inilah yang mas takutkan. Mas bukan pria baik, Mas ini pria yang penuh dengan dosa Adiba! Mas ini seorang pezi-na.. Mas ini...
Ucapan Damian terhenti ketika telapak tangan Adiba menutup bibir Damian agar tidak melanjutkan ucapannya. Wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Berhenti bicara seperti itu mas.. Adiba gak suka. Masalalu mas memang bersama mereka, Tapi masa depan mas bersamaku.. Aku tidak peduli akan hal itu.."Adiba menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya "Walaupun sebenarnya Adiba tidak dapat menampik bahwa rasa sakit itu pasti ada. Namun sekarang, Adiba percaya kok. Mas sudah mulai berubah, Memang perjalanan hijrah itu tidak gampang dan mudah mas..Begitu banyak ujian di saat-saat seorang pendosa ingin memperbaiki dirinya. Cobaan dan ujian orang berhijrah akan datang, Tergantung kitanya sendiri. Kita ini kuat atau tidak? Tapi Adiba harap, Mas tidak menyerah ya.. Harapan Adiba satu-satunya adalah mas tetap istiqamah ya.. Kita belajar bareng-bareng.."Damian mengangguk, Kembali di peluklah sang istri. Dia sangat bersyukur bisa di persatukan dengan Adiba, Walaupun dengan cara yang tidak seharusnya.
.
.
.
Di tempat yang lain, Gus Azka baru saja turun dari kendaraan roda empatnya. Pria tampan itu datang untuk mengunjungi pesantren milik kakek dan neneknya.
Pesantren tersebut adalah salah satu Pesantren yang cukup besar dan banyak di kenal. Namun memang tidak sebesar Pesantren milik Kyai Ibrahimi.
Pesantren yang Gus Azka kunjungi di bangun oleh kakek Abi Rahman, atau bisa di bilang adalah kakek buyut Azka.
Kakek dan nenek buyutnya mempunyai seorang putri yang di nikahi oleh seorang pengusaha kaya raya di kota itu. Hingga lahirlah Abi Rahman.
Maka dari itu, Abi Rahman berperan sebagai kyai maupun seorang pengusaha. Gus Azka masuk setelah mengucap salam.
"Dengan siapa kamu datang Le.."Tanya Nyai Nur, Nenek Gus Azka.
"Azka datang seorang diri Nek.. Gak bareng siapapun...",Jawabnya..
"Gimana kabar Abi kamu..
"Baik Nek..
"Kabar Ummi dan Bunda kamu sama adik kamu juga?" Nyai Nur menanyakan kedua menantunya. Walaupun Nyai Nur tidak terlalu suka dengan Ummi Badriyah tapi wanita itu tetaplah menantunya. Tidak lupa waktu yang tak lagi muda itu menanyakan kabar cucu tirinya.
"Ummi baik, Bunda juga baik, Zia juga. Kemarin Azka dari sana.."Jawab pria itu. Nyai Nur mengangguk, Azka minta izin masuk ke dalam kamarnya yang biasa ia tempati jika sedang berada di sana.
Azka berjalan keluar ke balkon. Matanya melihat-lihat kegiatan para santri yang kelihatan apabila di lihat dari atas. Hingga matanya tak sengaja menangkap seorang santriwati yang memegang kitab sembari berdiri di tengah lapangan.
Sedang apa dia? Batin Azka bertanya-tanya. Azka mendengus, Biasanya santri yang seperti ini adalah salah satu santri yang suka melanggar aturan pondok pesantren. Masih untung di hukum hanya dengan menghafal di tengah lapangan. Tidak di hukum hafalan sambil berkeliling.
"Namanya Aqila, Dia santri baru disini.. Dia adalah cucu sahabat kakek.."Azka menoleh, Di lihatnya sang kakek datang dan mendekat ke arahnya. Seperti biasanya,,Sang kakek selalu tahu apa yang ada dalam pikirannya.
"Dia cantik, Hanya sedikit nakal saja.. Makanya di taruh di pesantren biar gak buat ulah mulu.. Tapi disini juga dia buat ulah.."Ucap Kakek kepada cucu kandungnya itu sembari tertawa.
"Dia juga sepertinya sangat cocok sama kamu.."Gus Azka menghela nafas panjang. Jangan bilang akan ada drama perjodohan antara Dirinya dan gadis nakal itu, Batin Gus Azka.
"Tapi Azka merasa gak cocok kayaknya kalau sana dia kek.. Yang Azka mau itu cuma kayak Ning Adiba. Dia wanita impian Azka kek..Sudah cantik, sholeha,Pintar dan punya segalanya.."Memang tak ada yang lebih baik daripada Ning Adiba. Dia wanita impian semua pria.
"Jangan Ning Adiba terus..Dia sudah menikah Le..
"Tapi dia wanita yang memenuhi semua kriteria kek.. Bukannya ketika minta jodoh itu itu harus yang Du Ilmin, Punya Ilmu. Du Nasabin, memiliki nasab baik. Du Maalin yang punya harta. Dan Du Jemalin, Memiliki paras yang sempurna. Dan Azka rasa Ning Adiba punya empat kesempurnaan itu kek.."Kakek Abdillah menepuk pundak sang cucu.
"Sayangnya, Dia sudah menjadi milik orang lain. Jangan terlalu banyak.milih.. Nanti takut gak laku kamu...
.
.
.
TBC
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku