NovelToon NovelToon
Between Hate And Love

Between Hate And Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Dira Namari, gadis manja pembuat masalah, terpaksa harus meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pindah ke Jakarta. Ibunya menitipkan Dira di rumah sahabat lamanya, Tante Maya, agar Dira bisa melanjutkan sekolah di sebuah sekolah internasional bergengsi. Di sana, Dira bertemu Levin Kivandra, anak pertama Tante Maya yang jenius namun sangat menyebalkan. Perbedaan karakter mereka yang mencolok kerap menimbulkan konflik.

Kini, Dira harus beradaptasi di sekolah yang jauh berbeda dari yang sebelumnya, menghadapi lingkungan baru, teman-teman yang asing, bahkan musuh-musuh yang tidak pernah ia duga. Mampukah Dira bertahan dan melewati semua tantangan yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rumah baru

Kedua anak itu, laki-laki dan perempuan, menoleh dan memberikan tatapan tajam kepada Dira. Perasaan gugup mulai merayapi Dira, dan ia merasa seperti sedang diawasi dengan penuh penilaian oleh mereka. Rasa canggung menyelimuti dirinya saat mereka terus menatap tanpa berkata sepatah kata pun. Tiba-tiba, seorang wanita yang tampak seumuran dengan ibunya keluar dari rumah. Ia mengenakan daster sederhana yang terlihat kontras dengan kemegahan rumah tersebut. “Eh, sudah datang! Kamu Dira, ya? Anak Maura?” sapanya dengan nada ramah.

“Hehe, iya tante,” jawab Dira dengan senyum, berusaha menjaga kesopanan. Wanita itu memandang Dira dengan seksama, seolah menilai setiap detail penampilannya. “Pantas saja Maura bilang susah mengurus anak ini,” ujar wanita tersebut, matanya melirik Dira dengan penilaian yang tak bisa disembunyikan. Dira merasa

jengah, dalam hati bertanya-tanya, "Ini sebenarnya siapa sih? Temannya ibu atau pembantu rumah ini?" Rasa heran menyelimuti dirinya saat ia melihat wanita tersebut yang hanya mengenakan daster di rumah sebesar ini, sebuah kontras mencolok dari kesan pertama yang ia dapatkan.

Dira dipersilakan duduk di ruang tamu yang elegan, sementara wanita yang menyambutnya tadi bergegas menuju dapur untuk membawakan minuman. “Kayaknya yang tadi benar-benar pembantu deh,” pikir Dira, semakin yakin setelah melihat wanita itu pergi ke dapur.Tak lama kemudian, dua anak yang tadi mencuci mobil dan motor di luar masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di kursi di seberang Dira, semakin menambah rasa bingung dan canggungnya. Dira mencoba menghindari tatapan mereka yang tajam dan sulit diartikan.

Wanita yang tadi menyambutnya kembali muncul, kali ini dengan minuman di tangan. “Dira, silakan diminum dulu,” katanya sambil tersenyum. “Oh iya, kenalin. Nama tante ini Maya. Anak-anak tante, yang satu Vanya, kelas satu SMA, dan yang bungsu Rico, kelas dua SMP.”Vanya dan Rico menatap Dira dengan tatapan yang sulit dibaca, menambah rasa tidak nyaman Dira di hadapan mereka. “Hai, kenalin, nama gue Nadira Namari, gue kelas dua SMA,” ujar Dira sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Vanya dan Rico. Vanya, anak perempuan yang duduk di seberangnya, meraih tangan Dira dengan sopan. Namun, Rico hanya duduk diam, tidak memperhatikan atau menyambut Dira sama sekali.

Dira merasa semakin bingung. “Oh, jadi dua anak ini anaknya tante Maya, ya?” pikirnya penasaran. “Tapi kenapa mereka tadi cuci motor dan mobil di luar?” Rasa ingin tahunya semakin mendalam saat ia mencoba memahami situasi aneh di sekelilingnya. “Oh iya, di rumah ini tidak ada pembantu, semua pekerjaan rumah dilakukan secara bergantian setiap harinya. Jadi, Dira, kamu harus mulai terbiasa dengan peraturan di sini, kamu harus bangun pagi-pagi sekali untuk merapikan rumah sebelum berangkat ke sekolah, sekolah dimulai sekitar jam tujuh pagi, dan setelah itu, kamu akan mengikuti les bahasa sesuai permintaan ibumu hingga sore hari. Karena kamu akan satu sekolah dengan Vanya dan anak pertama saya, kalian bisa berangkat bersama setiap hari."

“Iya, Tante,” jawab Dira pelan, mulai memahami kebiasaan-kebiasaan di rumah ini yang begitu berbeda dengan kehidupannya di rumah. Setiap kata yang diucapkan Tante seakan membuka lembaran baru yang harus ia pelajari, dengan ritme hidup yang jauh dari yang ia kenal. Dira melangkah pelan menuju kamar yang telah disediakan untuknya di rumah itu. Saat tangannya meraih gagang pintu dan membukanya perlahan, matanya langsung melebar. Ia terkejut melihat suasana kamar yang benar-benar tak sesuai dengan kepribadiannya. Segala sesuatu di dalam kamar itu serba pink, dinding berhiaskan wallpaper bunga-bunga, seprai kasur berwarna merah muda, bahkan bantalnya dihiasi renda-renda lembut.

“What? Kamar apaan ini? Udah kayak kamar anak bayi,” gumamnya, tak mampu menyembunyikan keterkejutan. Dira hanya bisa berdiri terpaku di ambang pintu, kehilangan kata-kata menghadapi pemandangan yang baginya aneh dan tidak cocok dengan dirinya.Tiba-tiba, suara dering telepon memecah keheningan. Dengan cepat Dira mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan melihat nama yang tertera di layar.

"Nadin, lo harus tahu. Ini rumah aneh banget, sumpah! Kayak istana," kata Dira, mengomel tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya di seberang. "Bagus dong!" jawab Nadin singkat. "Iya, tapi Din, di sini nggak ada pembantu sama sekali! Semua orang di rumah ini ngerjain tugas rumah sendiri, otomatis gue juga harus bantu-bantu di sini. Lo tahu kan, Din, gue tuh nggak bisa ngapa-ngapain!" keluh Dira, suaranya penuh frustrasi.

Nadin tertawa kecil di seberang sana, "ya, bagus dong, Dir! Biar lo jadi mandiri, kayaknya emang sengaja tuh, nyokap lo naruh lo di sana biar lo bisa belajar urus diri sendiri,"tapi, ada satu lagi, Din..." Dira menghela napas panjang. "Kamar yang gue dapat super cringe, nggak banget. Bentar, gue fotoin biar lo lihat sendiri."

Dira segera mengambil gambar kamar itu dan mengirimkannya pada Nadin. Beberapa detik kemudian, telepon di tangannya kembali bergetar. "Ya ampun, Dir! Kamarnya bagus banget kok, cuma... ya nggak cocok aja sih sama lo yang edgy abis, tiba-tiba dikasih kamar pinky kayak gini. Tapi lo harusnya bersyukur, masih dapet kamar, kan? Gue kira lo bakal kayak di sinetron-sinetron tuh, yang ditaruh di kamar gudang terus dijadiin pembantu!" jawab Nadin sambil tertawa

“Tok, tok, tok...” Suara ketukan terdengar dari pintu kamar Dira.“Din, nanti gue telpon lagi ya. Ada yang ngetok pintu,” Dira buru-buru mematikan telepon, lalu berjalan menuju pintu. Saat membukanya, terlihat Vanya, gadis kecil yang tinggal di rumah itu, berdiri dengan senyum lebar. “Kak, ini seragam sekolah buat besok. Baru saja seragamnya datang,” kata Vanya sambil menyodorkan seragam kepada Dira.

“Oh, iya, makasih ya,” jawab Dira sambil menerima seragam tersebut. Setelah sejenak hening, Vanya kembali bicara dengan semangat. “Kak, gimana kamarnya? Suka nggak? Aku yang dekor loh.” Wajahnya tampak penuh harap. Dira tersenyum tipis, berusaha terdengar ramah. “Ah, bagus kok, makasih ya. Kamarnya jadi cantik banget.” Meski hatinya terasa canggung, ia mencoba menunjukkan rasa terima kasihnya dengan kata-kata manis.

Vanya, yang sepertinya tidak menyadari kecanggungan Dira, memiringkan kepalanya penasaran. “Oh iya, kak. Boleh tanya nggak? Kakak kenapa pucet banget? Itu makeup-nya model apa sih?” tanya Vanya sambil mengamati wajah Dira dengan ekspresi bingung. “Ini anak nggak ngerti apa, ini kan gaya makeup Avril Lavigne, idola gue...” Dira menggerutu dalam hati, tapi tetap menjaga senyumnya. “Oh, ini namanya smoky eye,” kata Dira sambil menunjuk matanya. “Biar mata gue kelihatan lebih tajam. ”Vanya tiba-tiba tertawa kecil, lalu berkata tanpa pikir panjang, “Oh, biar nggak keliatan kayak orang Cina ya?”

Dira tersentak mendengar pertanyaan itu. “Pertanyaan rasis macam apa ini?” pikirnya, merasa kesal. “Mentang-mentang mata gue sipit, dia nggak tahu aja kalau gue asli kota kembang, mojang Priangan nih!” Dira mengumpat dalam hati, tapi memilih menahan diri, hanya tersenyum kaku. “Enggak, aku emang suka aja makeup kayak gini,” jawab Dira dengan senyum ramah, meskipun dalam hatinya sedikit kesal.Vanya tersenyum puas dan mengangguk,“yaudah deh, Kak. Selamat istirahat, ya, besok kan hari senin, jangan sampai telat upacara,” ujarnya sebelum berbalik pergi ke kamarnya.

1
merry jen
jgn slhinn dri mu dirr dsnii kmu knn ngebelaiin dr kmu perbuatan Naomi jg ke terlaluan wjr lhh kmu blss
merry jen
Dira berushh sndrii ajj ,,kmu gk bs MTK tp kn kmu pyn kelbhnn yg lainn ,semngtt
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 menuju Hiatus
pocipan mampir
yu follow untuk ikut gabung ke Gc Bcm thx
Iind
halooo kak,.iklan meluncuuurrr ✈️✈️
merry jen
knp lgg tuu Dinda ,,
and_waeyo
Semangatt nulisnya kak, jan sampai kendor❤️‍🔥
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!