Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat sejati
Karena tidak tega. Ben pun akhirnya menelpon kekasihnya. Karena ia sudah dapat kabar dari ayahnya. Kalau Nabil tinggal di tempat Kost sahabatnya. Besok setelah kabar hilangnya kapalnya.
"Halo dek.. Apa kabar.?" Lama Nabil menjawab. Ben gelisah di seberang sana.
Ben pun memindahkan panggilannya. Alangkah kagetnya Ben melihat kondisi Nabil yang tak terurus. ada kantung mata yang hitam sekali. menandakan dia tidak tidur atau kurang tidur.
"Oh.. Sayang..maafkan Abang.." Tak sedikitpun kata yang terucap dari bibir gadis tersebut. Hanya air mata yang mengalir di pipinya.
"Dek. Besok pagi Abang langsung pulang. Maaf telah mengecewakan adek. Dan membuat adek sedih." Ben terus saja berbicara. Hatinya sangat sakit melihat kondisi kekasih hatinya yang menyedihkan.
Nggak tega melihat keduanya begitu. Tria pun berbicara. " Bang. Sudah dua hari Nabil tidak mau makan. Hanya susu dan roti saja yang masuk ke perutnya. Kami takut Nabil ke napa-napa." Adu Tria menjelaskan kondisi sahabatnya yang terpukul sekali.
"Oh.. Dek. Bicaralah... Kalau adek marah. Besok adek boleh pukul Abang sepuasnya. Marahin lah Abang ya. Sekarang Abang temani adek makan." Bujuk Ben yang sudah tersedu di kamar hotel.
Tria pun mengambilkan makanan untuk Nabil. Karena tidak ada pergerakan dari Nabil.
"Bang. Kita batalkan saja. Pernikahan kita. Aku takut pembawa sial untuk Abang." Ujar Nabil akhirnya.
Ben syok mendengarnya. Bahkan handphone nya jatuh. untung saja di atas kasur. Setalah sadar ia segera mengambilnya lagi.
"He..he.. Makasih candaannya. garing sekali candaan adek..he. He.." Ben seperti orang gila. Kadang tertawa sendiri kadang ia menangis.
Tria dan Cindy pun tersedu-sedu yang tak jauh dari Nabil. Ia takut terjadi apa-apa pada sahabatnya itu. Makanya selalu waspada.
Tria mendekati Nabil dan memeluknya. "Sekarang makan ya dek. Bunda sering bilang kan. Kalau perut kosong. Otak juga kosong. Jadi sekarang isi dulu ya. Biar pikirannya jernih. Bang Ben. Abang istirahat dulu di sana. Katanya besok akan pulang. Biar Nabil kami yang urus ya. Maaf Tria matikan dulu." Tria mematikan panggilan tersebut secara sepihak.
Ia harus mengambil tindakan yang sangat lancang. Namun jika di biarkan, bisa kacau semuanya.
"Makan dulu ya dek. Sini Teteh suapi." Tria membujuknya. Tetap saja gelengan yang ia dapati
"Dek. Nggak kasihan sama Ayah Bunda. jika mereka tahu kondisi adek kayak gini. pasti Meraka salahkan kami." Bujuk Tria.Tria memeluk Nabil dan juga diikuti Cindy.
"Teh. Apakah aku ini anak pembawa sial." Ujarnya mengejutkan kedua sahabatnya. sebab Nabil tidak banyak bicara dengan mereka selain urusan kuliah.
"Siapa bilang dek. Biar aku hajar dia?" Ujar Cindy emosi. jiwa karatenya mendidih.
" Buk Cici tetangga ku." Jawab ingat Nabil.
Cindy yang tadinya emosi. Jadi malah tertawa. "Orang sinting kayak gitu di dengar. Bisa kiamat cepat nanti dek. Kalau adek percaya sama dia tuh, tambah rukun iman kita jadinya." Kekeh Cindy yang dapat pukulan dari Tria.
"Tapi dia bilang gitu. Buktinya Bang Ben kecelakaan semenjak berhubungan denganku." Nabil memainkan jarinya.
"Udah. Sekarang makan lagi. Telpon lagi tuh Bang Ben. nggak tahu apa dia gantung diri di batang toge. Karena prestasi di putusin." Ledek Cindy.
walaupun Cindy itu orangnya usil. Tapi ia juga kadang-kadang bijaksana seperti sekarang.
Tanpa permisi. Cindy mengambil handphone Nabil menghubungi Ben. Cukup satu kali saja Ben sudah mengangkatnya.
"Halo dek.." seru Ben bahagia. Karena Nabil menghubunginya lagi. Tadi ia sempat frustasi.
"Eh. masih hidup ya Bang. Kirain Abang tadinya bunuh diri di batang toge." Ledek Cindy.
Ben terkekeh mendengar candaan Cindy. Ia terhibur sekali. Dalam situasi begini Cindy ada gunanya.
"Rencananya sih ia tuh. Tapi takut nanti sahabatnya nyesal dan ikutin jejak Abang." Balas Ben.
"Siapa juga yang mau bunuh diri dibatang toge. Yang ada togenya aku makan." Ujar Nabil mengomel.
Mendengar jawaban Nabil. Ketiganya tertawa. Cindy sampai pegang perutnya karena nggak tahan menahan geli melihat tingkah Nabil yang lugunya.
Nabil yang merasa tidak ada yang aneh. Malah bengong. Ben di seberang sana makin gemes lihat wajah Nabil yang manyun karena di ledek mereka.
"Adek.. Apa jadi makan.. Kita sama makan yuk. Abang lapar nih. Makan yuk." Bujuk Ben. Karena nasi yang di ambil Tria tadi masih utuh.
"Emang Abang makan apa.?" Tanya Nabil balik.
"Makan adek sekarang mau nggak." Goda Ben.
"Eh. 17 keatas. Atu mah " Seru Cindy. Ben terkekeh, dan juga Tria.
Sedangkan Nabil tak paham. Karena tidak makan nasi beberapa hari mungkin, jadi lama sekali loading nya. Ia hanya duduk santai menikmati makanannya. Ben tersenyum memandang kekasih hatinya sudah mau makan.
"Kok. Teteh tahu ini kesukaan ku. Beli di mana Teh.?" Tanya Nabil.
Tria memeriksa kening Nabil spontan. " Nggak panas. Dek. Kan Bunda yang masak untuk kita,sudah tiga hari nggak di makan masakan Bunda yang tiap hari di antar ke sini. Ini benar-benar. Eh Bang harus tanggung jawab nih." Tunjuk Tria pada Ben.
Ben yang tadinya bingung melihat reaksi Tria. akhirnya paham." Oh itu pasti. Abang akan mempertanggung jawabkan semuanya." Jawab Ben mantap.
"Makasih ya Tria, Cindy. telah jaga calon istri Abang. Nggak salah kalau Nabil memilih kalian jadi sahabatnya. Semoga persahabatan kalian berlanjut sampai nanti." Di amin kan mereka.
Ben terharu melihat pertemanan istrinya yang tulus. Saling mendukung satu sama lainnya. Ia saja belum pernah mendapatkan persahabatan seperti itu. Yang ada banyak teman tertawa saja.