Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Sandra di Dimensi Lain
Raka merasa tubuhnya seperti ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat. Dia mencoba bergerak, tetapi lengannya tidak bisa digerakkan, seolah-olah ada tali tak kasat mata yang membungkus seluruh tubuhnya. Di sebelahnya, Aluna dan Melina juga terlihat kesulitan untuk melawan. Dua sosok berjubah hitam itu tampaknya menggunakan semacam sihir pengekang.
"Ini... bukan hal yang baik, kan?" tanya Raka dengan suara pelan, matanya melirik ke arah Aluna.
Aluna tidak menjawab. Matanya tajam, penuh dengan kewaspadaan, tetapi bahkan dia tampak tidak bisa melakukan apa-apa dalam situasi ini. Tongkat sihirnya tampak tidak berguna saat energi tak terlihat ini mengekang mereka bertiga. Melina, meskipun lebih tenang, menatap ke depan dengan raut wajah serius.
Pria berambut perak itu memimpin jalan, melangkah maju dengan percaya diri. "Jangan coba-coba melawan. Kami tidak berniat menyakiti kalian... kecuali kalian memaksa."
"Ah, terima kasih atas peringatannya," gumam Raka dengan nada sarkastis. "Kau sangat... meyakinkan."
Salah satu dari pria berjubah hitam menoleh ke arah Raka dan menggeram pelan. "Diam."
Raka langsung menutup mulutnya, meski di dalam hatinya dia masih ingin bicara. Mereka bertiga digiring melalui hutan, menuju tempat yang belum jelas. Cahaya aneh berkilauan di udara, dan atmosfer di sekeliling mereka terasa semakin menekan. Raka bisa merasakan energi magis yang mengalir di sekitar mereka—sesuatu yang jelas berbeda dari tempat-tempat lain yang pernah ia kunjungi.
"Apa ini... semacam markas rahasia?" bisik Raka lagi, kali ini kepada Aluna.
"Sepertinya begitu," jawab Aluna pelan, meski matanya tetap lurus ke depan, menatap punggung pria berambut perak yang memimpin mereka. "Tapi kita harus waspada. Mereka bisa saja sekutu atau musuh."
Raka mengangguk, meski jelas-jelas dia lebih takut daripada siap. "Yah, mudah-mudahan mereka lebih suka berbicara daripada bertarung."
Mereka terus berjalan melewati pepohonan yang tinggi dan bayangan yang semakin pekat. Akhirnya, di kejauhan, mereka mulai melihat sesuatu yang berbeda—sebuah bangunan besar, tersembunyi di antara pepohonan, dengan dinding-dinding hitam yang memancarkan aura misterius. Cahaya biru pucat menerangi sekitar bangunan itu, membuatnya tampak seperti sesuatu yang keluar dari dunia mimpi buruk.
Raka menelan ludah. "Aku nggak suka tempat ini."
Aluna juga tampak tidak nyaman, tapi dia tetap tenang. "Kita harus tetap waspada. Tempat ini bisa lebih berbahaya dari yang terlihat."
Saat mereka mendekati bangunan itu, dua pintu besar dari besi terbuka dengan sendirinya, mengeluarkan suara berderit yang membuat bulu kuduk Raka merinding. Di dalamnya, ada ruangan luas dengan lantai marmer hitam mengilap dan dinding yang dipenuhi ukiran-ukiran aneh. Di tengah ruangan itu, ada sebuah lingkaran besar yang dipenuhi simbol-simbol magis, berkilau dengan cahaya yang sama seperti yang ada di luar.
"Tunggu... ini bukan ruang interogasi, kan?" tanya Raka dengan cemas.
Pria berambut perak menoleh ke arah Raka, senyum tipis muncul di bibirnya. "Bukan. Ini adalah ruang verifikasi. Kami harus memastikan kalian tidak membawa ancaman bagi dimensi ini."
Raka mengangkat alis. "Verifikasi? Maksudmu... semacam tes magis?"
Pria itu tidak menjawab. Dia hanya memberi isyarat kepada kedua pria berjubah hitam yang masih menjaga Raka, Aluna, dan Melina. Mereka bertiga digiring ke tengah lingkaran simbol magis itu, dan begitu mereka berada di sana, sinar terang muncul dari lantai, membungkus tubuh mereka dengan cahaya hangat.
Aluna merasakan energi itu meresap ke dalam dirinya, tetapi bukan dengan cara yang menyakitkan. Cahaya itu tampak membaca keberadaan mereka, memeriksa setiap sudut dan detail dari siapa mereka sebenarnya. Melina tetap tenang, sementara Raka berdiri kaku, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Ini... terasa aneh," kata Raka pelan, matanya melirik cahaya di sekelilingnya. "Aku merasa seperti sedang dipindai di bandara dimensi."
Aluna tidak bisa menahan tawa kecil. "Setidaknya ini bukan pemeriksaan yang menyakitkan."
Setelah beberapa saat, cahaya itu perlahan memudar, dan pria berambut perak berjalan mendekat. Dia menatap mereka dengan mata tajam, seolah-olah sedang menilai apakah mereka layak dipercaya atau tidak.
"Kalian bukan dari dimensi ini, itu sudah jelas," katanya akhirnya. "Dan alat yang kalian bawa..." Dia menatap alat dimensi di tangan Raka dengan penuh kewaspadaan. "Itu adalah teknologi yang sangat kuno dan berbahaya. Tidak seharusnya ada di tangan orang biasa."
Raka tertawa kecil, meski jelas dia masih tegang. "Yah, aku tidak sengaja mendapatkannya, tahu? Benda ini seperti... menempel padaku."
Pria itu tidak tersenyum. "Benda itu bisa membuka celah antara dimensi, membawa makhluk-makhluk yang seharusnya tidak berada di sini. Jika kalian terus menggunakannya tanpa kendali, kalian bisa menghancurkan keseimbangan antara dunia."
Mendengar itu, Raka terdiam. Meskipun dia tidak mengerti sepenuhnya, dia tahu bahwa situasi ini jauh lebih serius daripada yang dia kira.
"Kami tidak bermaksud menyebabkan kerusakan," kata Aluna, mencoba menenangkan situasi. "Kami hanya berusaha kabur dari prajurit kerajaan di dimensi kami. Alat ini membawa kami ke sini tanpa disengaja."
Pria berambut perak menatap Aluna dengan ekspresi datar, tapi ada sedikit rasa penasaran di matanya. "Prajurit kerajaan? Jadi kalian melarikan diri dari sesuatu yang lebih besar?"
Aluna mengangguk. "Aku putri dari Kerajaan Eldar. Kami kabur karena aku menolak perjodohan dengan pangeran dari kerajaan lain. Kami sedang diburu oleh prajurit kerajaan, dan alat dimensi ini membawa kami ke tempat yang salah."
Pria itu menyipitkan matanya, jelas terkejut dengan pengakuan itu. "Putri kerajaan? Dan sekarang kalian bersembunyi di dimensi lain?"
Raka, yang merasa situasi ini semakin rumit, mengangkat tangan sedikit. "Ya, ya, begitulah. Dan percaya padaku, semua ini bukan ideku. Aku cuma ingin pulang ke tempatku semula, menjual barang-barangku, dan mungkin menikmati hidup dengan tenang. Tapi ternyata hidup punya rencana lain."
Pria itu menatap Raka dengan tatapan bingung, lalu kembali melihat ke arah Aluna. "Jika kau memang putri dari Kerajaan Eldar, maka situasi ini lebih serius dari yang kuperkirakan. Kami tidak bisa membiarkan kalian pergi begitu saja."
Aluna mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"
"Kalian membawa alat dimensi yang berbahaya, dan sekarang kau membawa masalah politik antar-kerajaan ke dimensi ini. Jika kerajaan lain tahu bahwa putri kerajaan sedang bersembunyi di sini, itu bisa menyebabkan perang dimensi."
Raka menatap pria itu dengan ngeri. "Tunggu... perang dimensi? Serius?"
Pria itu mengangguk. "Ini bukan lelucon. Kalian telah melintasi batas yang sangat berbahaya. Tapi mungkin... ada cara lain untuk menyelesaikan ini."
Aluna menatap pria itu dengan tatapan waspada. "Apa yang kau maksud?"
Pria itu tersenyum tipis, tapi senyum itu tidak membuat mereka merasa lebih nyaman. "Kami mungkin bisa membantu kalian, tapi sebagai gantinya, kalian harus membantu kami menjaga keseimbangan antar dimensi. Alat yang kalian bawa adalah kunci untuk itu."
Raka mengerutkan kening. "Jadi... kau ingin kami bekerja untuk kalian? Sebagai... penjaga dimensi?"
Pria itu mengangguk. "Kami adalah bagian dari Penjaga Keseimbangan Dimensi. Tugas kami adalah memastikan bahwa tidak ada yang melintasi batas antar dimensi tanpa izin, dan kalian—dengan alat yang kalian bawa—bisa membantu kami dalam misi itu."