Anak itu tumbuh di keluarga kaya. Dia mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan segala macam hal-hal yang penting bagi orang kaya. Namun, dia terlalu fokus pada semua itu. Anak itu tumbuh menjadi orang egois, dia merasa tidak pernah bantuan orang lain, uang bisa melakukan segalanya. namun suatu ketika ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan, dia tinggal sendiri bersama para bawahannya, tapi ketika dia sakit, seluruh hartanya di curi dan semua bawahannya meninggalkannya. dalam keadaan menderita dia terbaring di rumah sakit, tanpa keluarga dan istri. dia baru menyadari pentingnya seorang istri, dan keluarganya. meninggal dalam penyesalan dan bereinkarnasi di Dunia lain. Dunia yang unik dan penuh dengan kultivasi. di sini dia akan berjuang demi kehidupan yang layak dan berdiri di puncak kultivasi.
Namun dia tidak punya akar spiritual, bagaimana dia bisa berdiri di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peri bawah tanah
Ketika menjelang siang, cahaya matahari mulai menyengat. Xiao Li tidak akan menyukainya. Dia berdiri dan hendak kembali, tapi seorang gadis kecil berdiri di depannya. Wajahnya terlihat terkejut, dan ada kotoran tanah di wajahnya. ‘Dia sangat kotor’ sepertinya gadis itu sebelumnya bermain lumpur dan menangkap ikan di sungai.
Gadis itu sedikit tertawa, menampilkan gigi-giginya yang sedikit kekuningan. “Aku ketahuan.”
Xiao Li hanya mengangguk. Dia tidak punya jawaban lainnya dan juga tidak mengenal gadis itu. Dia mungkin seumuran dengannya dan jika di bandingkan sangat berbeda; Xiao Li anak yang bersih dan rapi, sementara gadis itu sang kotor dan acak-acakan. Xiao Li tidak akan menyentuhnya. Dia tidak terbiasa dengan lumpur atau bermain di sungai. Hari-hari biasanya selalu berbaring di kursi santai sambil menikmati pemandangan kolam renang dan tentu saja dilengkapi dengan buku.
Kedua orang tuanya di masa lampau menyukai buku dan menanamkannya kepadanya. Xiao Li belum melihat buku di Dunia ini, dia berharap akan mendapatkannya.
“Namaku Tang Ning’er.” Gadis itu mengulurkan tangannya.
Xiao Li menatap tangan yang basah dan penuh lumpur itu. “Tanganmu kotor,” katanya. Wajahnya tidak jijik tapi sangat tenang.
Tang Ning’er memandang tangannya, lalu mengusapkan pada pakaiannya. “Sekarang tidak kotor lagi.”
Xiao Li sang terkejut melihatnya. Dia berkomentar, “Kau sangat menjijikkan.”
“Menjijikan?” Tang Ning’er penasaran. Menarik tangannya lalu berkata, “Ibuku yang akan mencuci pakaianku nanti dan gaunku akan kembali bersih. Aku harus berganti terlebih dahulu.”
Tang Ning’er berbalik pergi tanpa mempedulikan Xiao Li.
Xiao Li juga tidak mempedulikannya, namun sebagai perjaka, jika diberi tubuh gadis itu dia akan sangat kegirangan. Tapi kembalikan lagi, dia tidak tahu apa benar-benar berani melakukannya. Menghela nafas lalu berjalan pergi.
Dia akan berjalan di jalan tanah di samping sungai.
Rumahnya berada di utara dan tidak terlalu jauh.
Sepanjang hari, kereta kuda dan orang-orang akan melewati jalan itu. Musim semi debu-debu tidak terlalu naik, tapi ketika musim kemarau tiba, debu-debu itu menjadi tragedi baginya. Xiao Li sering batuk-batuk Karenanya. Tubuhnya tanpa akar spiritual sangat lemah dan menyedihkan.
Ketika dia melewati lapangan, ada kakek-kakek tua dan beberapa anak-anak sedang duduk di bawah pohon leci besar. Kakek itu sedang bercerita dan anak-anak mendengarkannya.
Xiao Li penasaran lalu berjalan mendekat.
Kakek itu berkata, “Ketika peri abadi hampir menjadi dewa seutuhnya, dia menjadi sosok yang sangat kuat dan mengguncang dunia. Sembilan langit dan bumi bertekuk lutut di hadapannya. Tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkannya. Ketika jarinya sedikit bergerak, ribuan gunung akan hancur. Dalam satu kata, getaran hebat akan muncul.”
“Apa peri itu menjadi dewa?”
“Ketika ujian Langit datang, dia hampir berhasil.”
“Dia gagal?”
Kakek itu mengangguk. “Peri abadi itu tidak menerimanya dan menentang surga. Surga sangat marah dan menguburnya di dalam tanah dan memiliki gelar peri bawah tanah. Nama peri itu, Zhou Chen.” Kakek itu lalu mengelus-elus janggutnya. “Baiklah, sampai di sini saja.”
Para anak-anak kesal dan mereka lalu memberi beberapa koin kepada kakek itu. Ketika pria itu memasukkan uangnya ke dalam koin, dia menyadari Xiao Li belum memberinya uang dan tidak juga pergi.
Xiao Li menyadarinya, mengambil beberapa koin dan menyerahkannya lalu bertanya, “Bagaimana keadaan Peri bawah tanah itu sekarang?”
Menyimpan uangnya lalu menjawab, “Seperti yang kukatakan, peri Zhou Chen di segel di bawah tanah, di bawah kita.” Pria itu menunjuk ke bawah.
Xiao Li entah kenapa merasa getaran di bawanya dan keadaannya menjadi sedikit hening.
Pria tua itu berdiri. Xiao Li lalu bertanya, “Apa yang anda katakan benar-benar nyata?”
“Aku hanya mengatakan seadanya.”
Pria itu lalu pergi.
Xiao Li memperhatikannya dan berdiri.
