NovelToon NovelToon
Nikah Dini

Nikah Dini

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ela W.

Aku tidak tahu bahwa cinta adalah sebuah kepalsuan semata. Kupikir kebebasan adalah kesenangan yang abadi. Faktanya, aku justru terjebak di sebuah lobang gelap gulita tanpa arah yang disebut cinta.

Aku gadis belia yang berusia 17 tahun dan harus menikah dengan orang dewasa berusia 23 tahun beralasan cinta. Cita-cita itu kukubur dalam-dalam hanya demi sebuah kehidupan fiksi yang kuimpikan namun tidak pernah terwujud.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ela W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 34

Kali ini Dewa betulan muncul ke khalayak dan bersaksi bahwa ia tidak pernah membawa kabur siapa pun, jika ada hubungan dengan Raisa, dengan gagah dan berani ia mengaku ada hubungan sebagai kekasih sejak SMA dulu, tapi untuk ke jenjang yang serius belum terpikirkan apa lagi sampai membawa pergi.

"Kami masih sama-sama kuliah, masih banyak yang harus diraih, buat apa berpikir nikah muda apa lagi nikah lari, itu semua di luar keinginan kami." ujarnya pada media, pembicaraannya terlihat meyakinkan sehingga hampir semua orang terperdaya oleh gestur tubuhnya yang memang terlihat pantas dipercaya. "Saya harap, Raisa bisa cepat pulang atau ditemukan, dan untuk siapa pun kamu yang membawa Raisa, tolong, bawa ia pulang. Kasihan Tante dan Om yange menunggu di rumah." sambungnya lagi, aktingnya bagus, bahkan jika boleh dikata, tidak ada yang mencurigakan, semua peralatan disusun rapi dan disampaikan penuh hati-hati, itu pasti atas ajaran nyonya besar.

Jauh di sana, seorang pria muda menatap pada layar gawai pribadinya sambil menonton berita online pagi ini. Sekarang ia berbalik kecewa, rencana untuk memancing pengakuan Dewa tidak membuahkan hasil, Dewa justru dengan tegas mengatakan tentang kepulangan Raisa.

"Kurang ajar," bisik pria tersebut penuh rasa kecewa.

*****

Aku terperanjat dari ranjang tempatku berbaring, setelah terjaga tadi pagi, aku memang langsung scroll handphone sampa menemukan berita soal klarifikasi Dewa soal hilangnya Raisa.

"Lantas kalau bukan Dewa, siapa?" ujarku membenak. "Apa Dewa hanya sedang bermain-main atau sekedar akting demi melindungi nama baiknya, tapi apa mungkin?" keraguan timbul dalam naluri, aku dibuat Bing Ng dengan kondisi ini. Tidak menunggu lama, langsung saja kuhubungi Lia dan juga Denada dalam satu panggilan grup untuk menanyakan apakah mereka juga sudah tahu kabar terbaru dari drama keluarga Dewa dan Raisa?

[Hai guys,] sapa Denada setelah Lia terlebih dahulu mengangkat telepon dariku.

[Udah liat berita di sosial media atau media online belum?] tanyaku sambil menggeser kan tubuh berniat untuk ke kamar mandi.

[Apaan?] tanya Lia yang memang terlihat Barus sekali bangun dari tidur. [Soal apa?] Denada juga tidak menyadari.

[Dewa keluar dari persembunyian, dan klarifikasi bahwa dia bukan biang kerok atas hilangnya Raisa.]

[Hah] serentak Lia dan Denada kaget.

[Di mana nontonnya?] Lia ingin memastikan.

[Scroll aja IG, entar juga ketemu.] sahutku santai menuju kamar mandi.

[Link, link.] Denada nampak tidak ingin ribet.

Aku langsung mematikan saluran dan mencari berita tadi untuk segera diseret link-nya pada Denada dan Lia. Mereka harus bereaksi tentang ini.

Kami bertemu di cafe sebelum kampus untk mendiskusikan semua hal yang berhubungan Raisa dan Dewa.

"Tapi melihat sikap Dewa tadi, dia termasuk berani karena sudah bicara penuh ketenangan." ujarku setelah menyeruput jus buah yang dipesan tadi.

"Setuju kalau soal itu, tapi yang masih aku pikirkan, kalau bukan Dewa lalu siapa?" Denada meraba-raba. Aku menelan ludah getir, menggaruk kepala yang tidak gatal, ikut bingung pada teka-teki yang masih sulit ditemukan titik terangnya. Lia belum ikut bersuara, ia masih bungkam dan memikirkan sesuatu yang aku pun tidak tahu apa yang ada di benaknya.

Bukkk.

Suara seseorang terjatuh tidak jauh dari kami, aku Lia dan Denada menoleh bersamaan karena refleks oleh rasa kaget.

"Siapa?" tanya Lia, aku hanya memainkan baju. Bukan karena kehilangan rasa empati untuk.menolong, kebetulan yang jatuh adalah seorang pria, dan di sana sudah ada pak satpam juga waiters yang datang untuk membantu. Laki-laki tersebut menggunakan sweater Hoodie berwarna hitam, topi hitam dan masker mulut. Aku masih menatap, menerka apakah aku mengenalnya, tapi ia terlihat sangat terburu-buru, setelah dibantu dengan berbisik ucapan terima kasih, ia lantas pergi dengan langkah cepat.

"Aneh," Lia mengomentari.

"Ada-ada saja pola tingkah orang zaman sekarang, dibantu kok seperti tidak ada rasa terimakasih, ucapan hanya basa-basi." timpal Denada terlihat kesal.

"Sudah lah, kita juga sama kok, ada yang jatuh diem saja." singgunganku membuat dua teman langsung bungkam tanpa suara.

Kami bergegas ke kampus terlebih dahulu dan kembali memikirkan cara bagaimana Raisa mau keluar dari tempat persembunyian atau ia sungguhan diculik. Karena Dewa sudah terbukti tidak menculik siapa pun, lantas bagaimana cara agar Raisa bisa segera ditemukan, pulang dan berkumpul lagi bersama keluarga. Ada kecemasan yang tiba-tiba menyusup dalam pikiran, kenapa semua seperti permainan belaka yang harus ditebak, siapa yang sebetulnya ada dibalik semua rekayasa menjengkelkan ini.

"Kita harus ketemu Dewa." aku berinisiatif setelah turun dari mobil dan berjalan menuju kelas.

"Aku juga tadi mikirnya begitu." lanjut Lia menegaskan.

*****

"Tante kami ingin bertemu Dewa, boleh?" pintaku setelah berdiri di depan gerbang yang tidak kunjung dibuka karena pak satpam harus meminta persetujuan terlebih dahulu pada pemilik rumah. Kali ini bukan nyonya besar, tapi sepertinya nya dia ibu dari Dewa, karena perawakannya seperti bisnis women, sudah berusia tua namun terlihat awet muda.

"Emh, ya sudah. Masuk yuk," sahutnya sangat ramah. Gerbang besi berukuran jumbo dan menjulang tinggi dibuka untuk mempersilahkan kami masuk. Usai sampai di ruang tamu dan duduk di sofa yang pernah kami singgahi beberapa Minggu lalu, Dewa dipanggil untuk segera keluar menemui kami. Jujur saja, aku tidak mengenal Dewa, kami hanya tahu karena sering melihat ia dekat bersama Raisa, namun kami tidak begitu saling tahu. Dewa keluar dari kamar dan terlihat kaget saat menjumpai kami di dalam rumahnya. Ia mendekat dan duduk tidak jauh dari Denada. melirik gestur tubuhku yang kurang nyaman, mama Dewa sepertinya nya paham dan pamit untuk pergi meninggalkan obrolan kami.

"Dew, plis. Di mana Raisa?" Denada langsung menembak dengan pertanyaan menyudutkan.

"Sumpah aku tidak tau." sahut Dewa dengan wajah memerah, entah malu atau marah.

"Kalau bukan kamu yang melakukan, lalu siapa?" tekanku.

"Logikanya aja, aku tidak mau serius dengan Raisa, lalu buat apa aku bawa dia?" katanya sambil berbisik. Ia tidak berani menyaringkan suara karena anggota keluarganya tidak ada yang pergi bekerja menjaga keamanan rumah karena belum kondusif. Ia takut ada paparazi atau bahkan pembenci yang nekat meneror seperti sebelumnya, apa lagi sudah tahu bahwa Dewa telah pulang ke rumah.

"Menurutmu siapa yang membawa Raisa?" tanya Lia mengimbangi suara Dewa. Ia paham kondisi saat ini sedang tidak stabil sehingga tidak boleh ada suara yang mengganggu, atau emosi akan menyeruak ke permukaan.

"Sejauh ini aku belum bisa menerka-nerka. Karena Raisa tidak pernah terlihat dekat dengan pria mana pun." jelas Dewa lagi.

"Tapi Raisa sungguhan hamil, kan?" ujarku memecah fokus menciptakan keheningan sementara waktu. Dewa kikuk, menggaruk leher beberapa kali, gugup dan takut terlihat dari sorot matanya.

1
Eyla II
Bantu Subs guys.
Eyla II
Bantu subs well
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!