NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DIAPIT OLEH DUA CEO TAMPAN NAN KAYA RAYA

"Semua sudah siap?" tanya Dimi saat Marissa memasuki ruangannya.

"Sudah, Pak. Semua sudah siap. Tinggal menunggu, Bapak saja," jawab wanita itu seraya mengangguk.

"Baiklah, ayo kita berangkat. Bagian hrd dan keuangan apakah sudah siapa?" tanya pria itu lagi karena meeting kali ini memang melibatkan dua bagian itu.

"Sudah, Pak. Ibu Rosi mewakili bagian keuangan sedang hrd diwakilkan oleh pak Ken," pungkas Marissa .

"Baiklah, ayo!" ajak Dimi. Pria itu berjalan menuju lift lalu disusul Marissa yang berjalan tepat di samping kiri sang bos.

Rosi dan Ken sudah menunggu sang bos dan sekretarisnya di lobby bawah.

"Bu Rosi, Pak Ken," sapa Marissa saat berpapasan dengan rekan sejawatnya di lobby.

"Eh, Bu Marissa," sapa balik keduanya.

"Ayo! Kita tidak boleh sampai terlambat dan meninggalkan kesan yang buruk untuk investor kita kali ini," tukas Dimi menghampiri dua pegawai yang sudah menunggunya.

"Baik, Pak," jawab Rosi dan Ken bersamaan.

Mereka ke perusahaan Adam Grup menaiki dua mobil yang berbeda. Dimi dan Marissa memakai mobil pribadi pria itu sedangkan Rosi dan Ken menaiki mobil perusahaan.

Mereka sampai sekitar dua puluh menit kemudian. Dan langsung diarahkan oleh bagian resepsionis ke lantai lima belas.

"Silahkan, Pak," ucap Ken mempersilahkan bosnya masuk ke dalam lift lebih dulu lalu disusul kedua wanita cantik di depannya dan terakhir dirinya. Pria itu menekan nomor lima belas sesuai dengan arah dari resepsionis tadi padanya.

TING

Mereka sampai di lantai lima belas. Tampak terdapat beberapa ruangan disana. Mereka berdecak kagum dengan desain dan kemewahan dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaannya bekerja.

"Wow, amazing!" seru Ken memindai setiap sudut ruangan. "Wah ini kelihatan mewah sekali, tidak salah kalau perusahaan AG ini jadi nomor satu di negeri ini. Dan kita beruntung bisa bekerjasama dengan perusahaan ini," ucap Ken dengan bangga.

"Bekerjalah dengan baik, berikan penampilan terbaik kalian di rapat nanti, oke!" Dimi menimpali ucapan Ken.

Rosi, Ken dan Marissa mengangguk tanda mengerti dengan apa yang dikatakan atasannya itu.

"Ada apa, Isa? Kamu gugup??" tanya Dimi dengan santai dan lupa jika ada dua karyawannya di belakang yang nampak heran dengan bosnya yang nampak akrab dengan sang sekretaris selayaknya seorang teman akrab.

"Sedikit, Pak," jawab wanita itu singkat.

Huft.. Marissa menghembuskan napasnya dengan pelan untuk mengusir kegugupannya.

"Tenanglah, Marissa . Aku yakin kita pasti bisa menyakinkan Tuan Adam dan proyek kita pasti akan berhasil," ujar Ken yang ikut menenangkan rekannya.

"Adam?" ulang Marissa .

"Ya, apa kau tidak tahu AG? Adam Group?" Bukan Ken yang bertanya kali ini, namun Rosi.

Wanita cantik itu tidak menjawab, pikirannya melayang jauh ke tempat lain.

"Adam Group? Sepertinya tidak asing di telingaku. Apakah ini perusahaan Gio?!" Marissa bermonolog dalam pikirannya.

"Astaga dia melamun, Ken!" Rosi lalu mengguncang tubuh Marissa dengan lembut untuk menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

"Yeah," jawab Marissa singkat dan tersenyum. Walau dalam hati ia berharap apa yang dia pikirkan tidaklah benar.

*

*

Mereka berempat menuju ke ruang meeting dengan bantuan sekretaris Giorgio. Wanita yang bernama Jhen itu mengantar keempat orang itu masuk ke dalam ruangan yang akan mereka tempati meeting nanti.

"Silahkan! Tuan Adam sebentar lagi akan kemari," ucap Jhen dengan sopan lalu meninggalkan keempat orang tersebut di dalam sana.

"Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja." Dimi menepuk bahu Marissa yang terlihat gugup.

"Fighting!" seru Rosi dan Ken bersamaan dan membuat Marissa tergelak hingga membuat ruangan sepi itu mendadak riuh karena Rosi dan Ken ikut tertawa. Sedang Dimi, pria itu hanya tersenyum lebar melihat tawa lepas Marissa setelah di hari ketiga mereka bertemu.

"Selamat pagi, maaf membuat Anda menunggu," ucap seseorang yang datang dari pintu yang berbeda dari pintu yang dimasuki mereka tadi.

Ya, pria itu tidak lain adalah Gio, Giorgio Adam. Pemilik sekaligus Ceo dari AG company.

Deg!

Tubuh Marissa tiba-tiba menegang sesaat setelah mendengar suara bariton yang sangat dikenalnya.

"No! Itu bukan suaranya!" seru wanita itu dalam hati. Masih berharap hanya suaranya saja yang sama dengan orang yang dikenal.

"Selamat pagi, Tuan Adam. Terima kasih atas kesempatan dan waktu yang Tuan berikan pada kami," ujar Dimi berdiri dan diikuti Ken dan Rosi yang juga memberi hormat tanpa berjabat tangan dan hanya menunduk hormat.

Dimi mengulurkan satu tangan untuk berjabat tangan dengan orang yang ada di hadapannya.

"Selamat datang di AG Company, Tuan Dimi Robert. Senang bertemu dengan Anda." Giorgio menyambut uluran tangan pria itu dengan mengulas senyum.

Ya, pria itu adalah Gio, Giorgio Adam. Pria yang sama yang ada di bayangan Marissa .

"Bu Marissa, ayo berdiri dan beri hormat pada Tuan Adam," desis Rosi saat wanita yang duduk di sampingnya itu tidak kunjung berdiri.

Rosi akhirnya mencolek Marissa yang tidak kunjung beranjak dari duduknya disaat semua orang menyambut kedatangan pimpinan sekaligus pemilik dari AG Company.

Marissa mengangguk mengerti lalu beranjak dari duduknya lalu memutar badannya lalu menunduk memberi hormat ke arah pimpinan perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja.

Giorgio yang sedang berbincang dengan Dimi pun teralihkan dengan gerakan seorang wanita yang tiba-tiba.

Pria itu menautkan alisnya seraya menatap Marissa lekat.

"Marissa ...." gumam Giorgio pelan. Saking pelannya hanya dia dan Tuhan yang dengar, hehehe.

Wanita cantik itu tidak berani menatap mata Giorgio yang ia yakini jika pria itu sudah menatapnya dengan tatapan tajam.

Roby menyadarkan tuannya yang kini mendapat tatapan dari ketiga orang di depannya itu.

"Gio," bisik Roby ditelinga pria itu.

"Silahkan, silahkan duduk," Giorgio mempersilahkan Dimi dan timnya duduk termasuk Marissa yang ikut duduk di samping atasannya.

Dan tentu saja hal itu membuat pria bermata coklat itu itu sedikit mengetatkan rahangnya ketika melihat interaksi keduanya.

"Baiklah, silahkan presentasikan laporan kalian," Roby membuat meeting mereka karena Giorgio tidak kunjung bicara. Pria itu masih betah menatap kedua orang yang ada di hadapannya.

"Ayo, kamu bisa melakukannya!" ucap Dimi memberi semangat pada Marissa yang terlihat sedikit tegang.

"Ini, Bu Marissa." Rosi dan Ken memberikan dokumen yang akan dipaparkan di depan semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Wanita itu lalu beranjak dari duduknya dengan membawa laptop serta dokumen yang akan dipresentasikan pada pimpinan AG Company.

Marissa mengangguk dan beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke depan dan berdiri tepatnya di samping layar proyektor. Wanita itu mengambil napas dengan pelan dan menghembuskannya untuk mengurangi kegugupan karena tatapan tajam Giorgio sejak tadi.

Wanita itu begitu pasif dan lancar menjelaskan semua presentasi bisnis mereka pagi ini hingga membuat senyum lebar Dimi merekah. Rosi, Ken dan Roby pun tampak puas dengan presentasi bisnis yang dipresentasikan Marissa tadi.

Namun berbeda hal dengan Giorgio yang nampak datar bahkan disepanjang wanita itu menjelaskan pun pria itu tidak berekspresi apa-apa hingga presentasi wanita itu selesai hingga membuat orang-orang yang berada di ruangan itu menatap Ceo dari AG Company itu bersamaan karena sejak tadi pria itu hanya diam saja.

"Bagaimana, Tuan Adam? Apakah penjelasan dari sekretaris saya ada yang kurang? Atau ada hal yang mungkin—" ucapan Dimi terhenti saat melihat isyarat tangan Aldrich.

"Sempurna, terlihat sempurna," ucap pria itu ambigu seraya menyunggingkan senyumnya.

Ken dan Rosi saling bertatapan, mereka tidak mengerti dengan pernyataan dari pria itu. Sedangkan Dimi mengerutkan keningnya saat tidak mendengar kata puas dari calon investornya itu.

"Sempurna, presentasi Nona Marissa sempurna, benar begitu, Pak!" seru Roby pada akhirnya mencairkan suasana karena melihat situasi canggung yang terjadi karena jawaban ambigu atasannya itu.

"Ya tentu saja. Presentasinya Nona Marissa sangat sempurna, saya puas dengannya," sahut pria itu lagi, namun lagi-lagi kalimat ambigu yang keluar dari mulut pria itu. Bahkan kalimat akhirnya membuat Marissa melototkan matanya.

"Menyebalkan, setelah ini apa lagi yang akan diperbuatnya," batin Marissa mendengus kesal. Wanita itu menghela napasnya panjang seraya membereskan meja yang digunakan tadi untuk presentasi.

Roby yang mengerti situasi dan keinginan sang bos pun dengan cepat mengalihkan perhatian Dimi dan kedua rekan kerja Marissa .

"Silahkan, mari," ajak Roby keluar dari ruangan meeting seraya berbincang dengan Dimi untuk mengalihkan perhatian dan meninggalkan Giorgio dan wanita itu di dalam sana.

Marissa yang fokus pada laptop bahkan tidak melihat jika bos dan rekan sejawatnya sudah keluar dari ruangan meeting tersebut.

"Baby," panggil Giorgio saat sudah berada tepat di belakang Marissa .

Wanita itu tersentak saat merasakan pinggangnya dipeluk seseorang karena posisinya memang menghadap belakang.

"Gio … apa yang kau … eemmptt!" Netra biru wanita itu tampak melebar saat mendapat serangan mendadak berupa ciuman dari pria yang entah berstatus apa bagi wanita itu.

Giorgio melepas pagutannya seraya mengelap sisa dari ciumannya.

"Itu morning kiss yang kau lupakan pagi tadi, Baby. Dan ini …." pria itu kembali mencium Marissa dengan melumat bibir wanita itu dengan lama bahkan tangan nakalnya sudah meremas bokong wanitanya itu.

"Kau terlihat cantik dengan pakaianmu ini, tapi aku tidak suka karena artinya semua mata tertuju padamu, terutama para pria yang bersamamu tadi," tambah pria itu posesif.

Marissa memegang tangan Giorgio lalu membalik tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan.

CUP

"Itu untuk ucapan maafku karena tidak sarapan bersamamu pagi tadi. Tapi sekarang aku kesal padamu," ucap Marissa kemudian seraya mencebik.

"Kesal? Padaku? Bukankah aku yang harus kesal padamu, Nona Isa?" Giorgio menyindir.

Wanita itu tahu jika pria itu pasti kesal melihat Dimi dekat dengannya. Ia tahu prianya itu dalam mode jealous padanya.

"Ya, tentu saja padamu. Untung tadi, Roby bisa mencairkan suasananya. Kau nyaris saja membuatku malu di depan rekan-rekanku, kau tahu itu," gerutu Marissa.

"Kau tahu aku, Baby. Aku tidak suka berbasa-basi," jawab pria itu acuh.

"Ya, tapi ini adalah pengalaman pertamaku ikut meeting seperti ini, Gio. Aku sudah bekerja keras agar meeting hari ini lancar dan kau nyaris membuatnya kacau," Marissa melepaskan pegangan tangan Giorgio di pinggangnya lalu mengambil laptop serta dokumen yang tadi dibawanya.

"Baiklah, aku pergi dulu. Sampai jumpa di mansion," pamit Marissa seraya mencium pipi prianya itu dan berlalu menuju pintu keluar.

Marissa yang hendak membuka pintu tiba-tiba tersentak saat pria itu menarik pinggangnya hingga membuat tubuhnya menempel pada tubuh pria itu.

"Kau kira bisa keluar dari sini begitu saja, hem? Tidak semudah itu, Baby." Mendengar itu seolah dirinya akan dieksekusi sebentar lagi. Giorgio menjilat belakang telinga Marissa yang membuat darah wanita itu berdesir panas.

"Gio.. ini masih jam kerja, aku harus kembali. Mereka pasti menungguku di bawah," ujar wanita itu yang seakan tahu jika ia tak menolak pasti mereka akan berakhir dengan bertelanjang bulat di atas meja panjang ini.

"Mereka sudah pulang. Kita selesaikan urusan kita dulu, heum!" ujar pria itu yang entah sejak kapan tangan pria itu sudah berada di dalam rok wanita itu.

"Aaahhhh … Gio …." satu desahan keluar dari bibir tipis wanita itu saat tangan pria itu mengelus daerah sensitifnya.

"Yes, Baby. Aku suka mendengar mu mendesah seperti ini, panggil namaku lagi dengan desahan indah mu itu," balas pria itu yang kini mulai meraba naik tubuh lain dari wanita itu.

Marissa yang mulai terbawa dengan permainan pria itu pun tengah mengalungkan tangan di leher pria itu dengan kedua tangan yang masih memegang tas laptop dan berkas ditangan satunya.

Mereka saling memagut dan melumat, lidah Giorgio bahkan bermain dengan liar di dalam mulut wanita itu dengan bebas.

Giorgio membawa Marissa dan membaringkan tubuh wanita itu di atas meja panjang. Tepat seperti dugaannya.

"I want you!" bisik Giorgio di telinga wanita itu.

Marissa yang sudah dalam mode bernafsu itu pun tidak mengiyakan atau menolak ajakan dari prianya. Wanita itu masih menikmati belaian lembut dari pria itu sampai saat ia mendengar suara dering ponselnya yang tiba-tiba membuat wanita itu tersadar dan akal sehatnya pun kembali.

"Oh astaga ... apa yang kita lakukan di atas meja, huh!" seru Marissa saat menyadari posisi intim mereka.

Wanita itu lalu turun dan memperbaiki pakaiannya yang terlihat acak-acakan. Dan jangan lupakan dengan make up serta rambut yang berantakan karena ulah pria itu.

"Aku pergi. I love you." Ucap wanita itu seraya mengecup bibir Giorgio singkat.

Saat akan membuka pintu, Marissa dikagetkan dengan kedatangan Dimi yang membuka pintu dan disusul Roby yang berada di belakang pria itu.

Roby mengedikkan bahunya saat melihat tatapan mata Giorgio padanya.

"Isa!" seru Dimi saat melihat orang yang dicari ternyata masih berada di dalam ruang meeting.

Sebenarnya Roby sudah sejak tadi menahan Dimi untuk tidak menyusul Marissa di atas, namun setelah menunggu hampir satu jam akhirnya pria itu tak bisa lebih lama lagi menahannya.

Roby yakin jika perhatian yang terkesan berlebihan itu bukan hanya karena mereka datang bersama atau karena hubungan bos dan sekretaris saja, namun karena pria itu memiliki perasaan suka sebagai pria dewasa.

"Tuan, Adam? Anda di sini juga!" seru pria itu heran melihat Giorgio masih berada di dalam ruangan yang sama dengan Marissa .

"Ya tentu saja. Ini kantorku dan ruangan ini juga milikku, jadi ... aku bebas berada di sini, kan?!" jawab Giorgio dengan lugas dengan menaikkan alis.

"Ya, tentu saja. Maafkan saya, bukan itu yang saya maksud. Saya berasumsi Anda sudah berada di ruangan Anda, itu sebabnya saya mengatakan itu. Sungguh saya tidak bermaksud apa pun dengan apa yang saya katakan sebelumnya," terang Dimi, pria itu tidak ingin terjadi kesalahpahaman yang akan berdampak pada kerjasama dua perusahaan besar itu.

Sungguh Dimi tidak bermaksud menyinggung Ceo dari AG Company itu karena pria itu bertanya memang hanya untuk sekedar basa basi saja tanpa ada niatan lain.

"Oke, lupakan saja. Bagaimana kalau kita sekalian makan siang? Bukankah ini sudah waktunya makan siang," ajak Giorgio seraya menatap mata indah wanitanya.

"Ya, tentu saja. Kita bisa makan siang bersama, anggap ini sebagai permintaan maafku," jawab Dimi mengulas senyum.

"Bagaimana, Isa? Apakah jadwal tidak berbenturan dengan meeting kita selanjutnya?" tanya Dimi pada sang sekretaris.

"Yah, tentu saja bisa. Kita bisa makan siang lebih dulu sebelum meeting dengan, Tuan Sean di kantornya," jawab Marissa to the point. Kini wanita itu sudah dalam mode profesional jadi sebisa mungkin ia bersikap selayaknya seorang sekretaris di hadapan orang-orang, termasuk didepan Giorgio.

"Mari, Tuan Dimi, silahkan," kata Roby mempersilahkan.

Dimi keluar dan disusul Marissa serta Giorgio yang berjalan beriringan menuju lift.

Ceo RG Company itu tampak memulai pembicaraan lebih dulu karena sejak tadi Giorgio tampak diam dan hanya terus menatap punggung Marissa di depannya.

Dimi melihat tatapan mata pria disampingnya itu namun ia tak berpikir macam-macam karena hal itu wajar mengingat Marissa memang berdiri tepat di belakang pria itu.

Saat sudah berada di lobby, Marissa keluar lebih dulu kemudian disusul oleh Giorgio, Dimi dan terakhir Roby .

Giorgio sengaja berjalan lebih cepat karena ingin menyusul wanitanya yang sudah berada jauh di depannya. Tidak ingin kalah, Dimi pun melakukan hal yang sama dengan berjalan menyusul Marissa hingga terjadilah formasi wanita itu berada di tengah, diapit oleh dua Ceo tampan nan kaya raya.

Roby yang berada di belakang pun hanya bisa mendesah pasrah melihat bagaimana dua pria berpengaruh di negara ini begitu tergila-gila pada satu wanita yang sama.

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!