"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.
Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.
Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Memang benar teman dekat Mamanya ada yang berulang tahun, tapi pestanya sudah digelar 2 hari yang lalu. Malam ini hanya ada acara makan malam antar 2 keluarga dengan maksud terselubung di dalamnya. Wanita muda di hadapan Xander adalah buktinya. Tanpa di beri tau sekalipun, Xander sudah bisa menebak tujuan makan malam kali ini. Wajah Xander yang semula biasa saja, mendadak tidak bersahabat. Dia memasang wajah dingin sejak masuk ke dalam ruang VIP ini.
"Xander, kenapa nggak menyapa Elea dan orangtuanya.?" Lirih Alice sambil menyenggol lengan putranya yang duduk seperti patung, tegap tanpa senyum dan tidak bicara sedikitpun.
Wajah Xander semakin tidak bersahabat, dia bukan orang yang suka basa-basi, apalagi harus pura-pura baik di depan orang lain. Xander akan memilih diam jika berhadapan dengan orang yang sejak awal sudah membuatnya malas.
"Selamat malam." Sapa Xander tanpa minat. Sikap acuh yang ditunjukkan oleh Xander membuat dua orang paruh baya itu saling pandang, mereka merasa Xander tidak bersikap sopan dan tidak menghargai orang. Kalau saja kedua orang tua Xander bukan teman baik mereka, mungkin Xander akan mendapat teguran keras
"Kak Xander apa kabar.?" Suara lembut dari mulut gadis cantik itu terdengar senang saat menyapa Xander. Bola matanya yang bulat tampak berbinar, dia menatap Xander dengan kekaguman. Lagipula wanita mana yang tidak akan kagum jika melihat pria seperti Xander.
"Baik." Jawab Xander singkat. "Apa ada kepentingan sampai harus mengadakan makan malam tertutup seperti ini.?" Tanya Xander ketus. Dia menatap semua orang bergantian.
Bola mata Alice membulat sempurna, dia menegur putranya agar tidak bicara macam-macam lagi.
"Alice, kami menyetujui ajakanmu untuk makan malam bersama karna berfikir putramu bisa bersikap baik pada kami. Tapi lihat, sejak tadi dia bersikap acuh." Seloroh Naomi, mulutnya tidak bisa di tahan untuk tidak mengutarakan isi hatinya tentang sikap Xander.
Alice dan Abraham terlihat malu ketika di tegur Naomi. Mereka berusaha meminta maaf atas sikap Xander dan membujuk mereka untuk menyelesaikan makan malam kali ini.
"Kami benar-benar minta maaf atas sikap Xander. Naomi, Antoni, tolong jangan dimasukkan hati ucapan putra Kami." Ucap Abraham.
Antoni menghela nafas berat. "Sudahlah, lupakan saja soal rencana perjodohan ini. Saya nggak akan melepaskan Elea pada pria seperti itu." Ujarnya kesal.
Xander tersenyum miring. Dia tidak perlu repot-repot mencari alasan untuk menolak perjodohan kali ini karna pihak wanitanya sendiri yang memilih mundur sebelum mulai.
"Papi, Elea ingin bicara berdua dulu dengan Kak Xander. Boleh kan.?" Elea menatap memohon pada orang tuanya.
Dengan berat hati, Naomi dan Antoni mengijinkan putrinya bicara 4 mata dengan Xander. Keduanya kemudian keluar dari ruangan tersebut. Xander tidak menolak sama sekali ketika diajak bicara berdua dengan Elea, dia justru senang karna ada kesempatan untuk membuat Elea mundur.
...*****...
"Kedua orang tua kita berteman baik sejak lama, aku harap kita juga seperti itu." Ujar Elea dengan pandangan lurus ke depan. Saat ini mereka berdua sedang berada di rooftop restoran.
"Aku sudah lama mengagumi Kak Xander. Ketika Mami membicarakan soal perjodohan, aku sangat bersemangat karna akan dijodohkan dengan Kak Xander." Tuturnya dengan mata berbinar. Wanita berusia 25 tahun itu kemudian mengharap ke samping untuk menatap Xander.
"Apa Kak Xander nggak suka kita dijodohkan.?" Tanyanya dengan tatapan serius.
"Elea, sepertinya kamu harus tau hal ini." Lirih Xander kemudian mendekatkan wajahnya di telinga Elea. Wanita itu mendadak salah tingkah karna berfikir Xander ingin menciumnya. Wajahnya sampai memerah dan sudah memejamkan mata. Namun begitu mendengar Xander membisikkan sesuatu, bola mata Elea langsung membulat sempurna dengan mulut menganga. Dia menatap Xander tak percaya.
"Mana mungkin Kak Xander seperti itu. Kalau memang nggak setuju bilang saja, nggak perlu berbohong agar aku mundur." Kata Elea.
Xander terkekeh santai. "Memangnya kamu siapa, sampai aku harus bohong pada mu.?" Sahut Xander.
Ela menggeleng. "Kata Tante Alice, Kak Xander baru putus dari pramugari itu, artinya Kak Xander suka wanita." Ujarnya yakin.
Tawa Xander kembali terdengar. "Kamu sudah tau penyebab kami putus.?" Tanyanya.
Elea menggeleng.
"Mantan pacarku hamil dengan pria lain. Kalau aku suka wanita, nggak mungkin pacarku dihamili pria lain. Elea, aku lebih tertarik dengan Papimu dibanding kamu." Lirih Xander di akhir kalimat, bahkan seperti berbisik di telinga Elea. Gadis itu sampai merinding dan memilih pergi dengan berlari kecil.
Xander tertawa melihat Elea ketakutan. Sekarang perjodohan ini benar-benar sudah batal. Xander tidak perlu menentang orang tuanya lagi karna pihak Elea sendiri yang akan mundur.
...*****...
Pukul 11 malam Xander sampai di apartemennya. Dia menolak menginap di rumah orang tuanya karna suasana hatinya sedang buruk setelah ditipu dengan alasan makan malam. Walaupun pada akhirnya perjodohan itu bisa digagalkan.
Xander melemparkan jas ke sofa ruang tamu dengan sembarangan. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan wanita.
"Aw,,!! Dokter apa-apaan ngelempar Serra pakai jas.?!" Serra menggerutu sambil menyingkirkan jas milik Xander dari wajahnya dan mengubah posisi menjadi duduk.
Xander bengong melihat Serra ada di apartemennya. Apalagi Serra seperti habis tidur dan terbangun karna terkena lemparan jas milik Xander.
"Kamu ngapain disini.? Saya nggak ada nyuruh kamu dateng." Soloh Xander dengan wajah masam.
Serra menyengir kuda kemudian menghampiri Xander dan memegangi lengannya. "Serra lagi butuh uang banyak Dok buat bayar hutang. Dokter mau nggak tongkatnya diurut biar sembuh. Tapi kalau sudah sembuh, Dokter harus lunasin hutang Serra." Rayunya tanpa malu.
Kening Xander dipenuhi kerutan halus dengan mata menyipit menatap Serra. "Kamu hutang sama siapa.? Buat apa.?"
Wajah Serra langsung berubah cemberut karna teringat kejadian siap yang menimpanya.
"Serra nggak sengaja nabrak mobil sampai rusak. Pemiliknya minta Serra membayar semua tagihan perbaikan mobilnya sebesar 50 juta.!" Serunya geram. "Coba Dokter bayangkan, darimana Serra dapat uang sebanyak itu." Ujarnya frustasi.
Xander menatap lekat wajah Serra dan memindai matanya. Dia tidak langsung percaya begitu saja dengan ucapan Serra. Bisa saja Serra berbohong untuk menguras dompetnya.
"Apa.? Dokter berfikir Serra bohong.?" seloroh Serra ketika sadar Xander menatapnya curiga.
Serra kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan chat dan nomor yang diberi nama monyet sialan. Di sana ada bukti foto kwitansi pembayaran sebesar 50 juta.
"Dokter lihat sendiri kan.? Serra nggak bohong." Katanya dengan wajah memelas. Serra kemudian duduk lesu di sofa.
Xander ikut duduk di sebelah Serra dan sejak tadi tidak memberikan komentar apapun. Serra lantas kembali beraksi, dia dengan berani menggoda Xander dan duduk di pangkuannya. Xander sempat terkejut, tapi kembali bersikap santai karna sudah terbiasa dengan aksi Serra yang tiba-tiba.
"Bagaimana Dok.?" Tanya Serra dengan tatapan menggoda. Jemarinya mulai melepaskan dasi dari kemeja Xander dnegan gerakan perlahan.
Xander tampak menelan ludah. Dia masih memiliki hasrat, namun miliknya tidak bisa merespon.
"Hmm, lakukan saja." Lirih Xander kemudian memejamkan mata. Sepertinya dia memang harus sembuh agar bisa menikah dan membuat keluarganya tidak khawatir lagi.
Serra tersenyum lebar setelah mendapatkan lampu hijau dari Xander. Jemarinya yang lentik tampak lihai membuka kancing kemeja Xander. Serra juga bergerak perlahan untuk memancing milik Xander.
Tubuh keduanya sudah polos, posisi Xander ada di atas dan sedang mencoba membuka segel milik Serra. Namun sekuat apapun mereka mencoba, nyatanya belum berhasil menjadikan Serra mantan pera wan.